"Orang itu adalah Pak Farlin!""Pak Farlin sudah muncul!"Begitu mendengar suara lantang lansia itu, orang-orang yang berkerumun di tempat itu kembali gempar.Saking bersemangatnya, para wartawan bergegas menghampiri Farlin.Julman yang tadinya masih menjadi sorotan semua orang, kini sudah didorong, bahkan sampai-sampai sudah tidak kelihatan lagi di antara kerumunan orang itu."Pak Farlin, murid Bapak mengatakan Bapak diculik oleh Grup Hatari, apakah itu benar?"Farlin memelototi wartawan yang mengajukan pertanyaan itu padanya, lalu berkata, "Kalau aku benar-benar diculik, apa aku masih bisa berdiri di sini menerima wawancara kalian? Apa indra penglihatanmu kurang baik? Bagaimana kalau aku menghubungi beberapa teman lamaku untuk mengobati matamu?!""Lalu, kalian semua, tolong jangan selalu berpikiran untuk mendapatkan berita yang menggemparkan dan mengabaikan hati nurani kalian!"Dengan sorot mata penuh amarah, lansia itu langsung memarahi para wartawan tersebut.Sama seperti Ardika, d
Suara teriakan penuh amarah Amir terdengar dari ujung telepon.Dia juga punya teman di dunia media, jadi dia langsung menerima informasi mengenai apa yang telah terjadi di depan pintu Grup Hatari.Dia tidak menyangka Farlin tidak hanya bekerja sama dengan Grup Hatari, melainkan juga mengungkapkan tindakan buruk antara Perusahaan Investasi Mahasura dengan Julman di hadapan awak media.Amir bisa membayangkan nanti Perusahaan Investasi Mahasura yang akan menjadi target makian publik.Jadi, dia segera menghubungi Julman untuk memperingatinya menanggung semua tanggung jawab itu tanpa melibatkan Perusahaan Investasi Mahasura!Selain menyetujui permintaan Amir, Julman juga tidak punya pilihan lain lagi.Hatinya diselimuti penyesalan dan kebencian yang mendalam.Sebelumnya kalau dia langsung menandatangani kontrak dengan Grup Hatari, dia juga tidak akan berakhir menjadi seperti ini!Namun, penyesalan tidak ada gunanya.Saat ini, sudah tidak ada seorang pun lagi yang memperhatikan Julman. Semua
Bisa membalikkan keadaan Grup Hatari, Luna juga sangat senang.Merasakan tangan Ardika yang meraba-raba tubuhnya, dia hanya bisa memutar matanya dengan wajah memerah."Ardika, terima kasih, ya. Kali ini berkat solusi yang kamu berikan, yaitu dengan mengundang Pak Farlin menjadi Duta Promosi, masalah ini baru bisa terselesaikan. Kalau nggak, aku benar-benar nggak tahu bagaimana caranya untuk melewati krisis ini.""Apa gunanya hanya mengucapkan terima kasih saja? Sini, cium aku."Sambil tersenyum, Ardika menyodorkan bibirnya ke bibir istrinya.Dengan wajah memerah, Luna memukul Ardika dengan pelan dan berkata, "Pergi sana, aku masih harus bekerja. Eh, lepaskan aku. Hmmphhh ...."Ada pihak yang berbahagia, tentu saja ada pihak yang tidak senang.Di Rumah Sakit Kota Banyuli.Suasana di dalam bangsal Teodor sangat tegang.TV yang tertempel di dinding bangsal sedang menayangkan liputan wawancara Farlin di Grup Hatari.Selain suara laporan berita tersebut, beberapa orang di dalam bangsal hamp
Tanpa ragu, Teodor dan Ratna bergegas menuju ke Grup Hatari.Saat ini, masih ada banyak awak media yang menunggu di depan pintu tanpa meninggalkan lokasi.Walaupun Farlin sudah pergi, tetapi mereka masih ingin mewawancarai anggota Grup Hatari.Terutama Luna, presdir Grup Hatari dan Ardika, suaminya.Mengapa demikian? Karena kedua orang itu memiliki potensi untuk memberi mereka bahan pemberitaan yang menggemparkan.Yang satunya adalah seorang presdir cantik yang terkenal, sedangkan yang satunya lagi adalah menantu benalu yang pernah menyebut-nyebut dirinya sebagai Dewa Perang dan menjadi topik hangat perbincangan netizen.Para wartawan ingin mengorek lebih dalam lagi, bahkan kalau bisa mereka menginginkan wawancara eksklusif dari kedua orang itu.Namun, sayangnya, Luna dan Ardika sama sekali tidak memedulikan mereka.Tepat pada saat ini, Teodor dan Ratna tiba di lokasi.Begitu melihat kedatangan mereka, para wartawan tertegun sejenak, lalu segera mengerumuni mereka."Kak Teodor, sebelum
"Bu Luna, ini ...."Nikita segera membuka mulutnya, hendak meminta Luna untuk menghentikan Ardika. Dia merasa kalau bertindak seperti itu pada Duta Promosi mereka sudah keterlaluan. Terlebih lagi, kelak mereka masih harus bekerja sama dalam waktu jangka panjang.Luna hanya meliriknya sekilas tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Namun, samar-samar terlihat sorot mengancam di matanya, sampai-sampai membuat Nikita segera menutup mulutnya.Setelah kejadian sebelumnya, yaitu Nikita ingin menggantikan posisinya, dalam hal-hal tertentu, Luna tetap menghormati pendapat Nikita yang merupakan manajer profesional berpengalaman itu. Namun, dia sudah tidak sepenuhnya membiarkan wanita itu bertindak sesuka hati lagi.Sebagai seorang pemimpin, harus tahu kapan waktunya memberikan apresiasi dan kapan waktunya memberikan teguran. Intinya, seorang pemimpin harus menjaga wibawa sendiri."Ardika, jangan dikasih hati, minta jantung kamu, ya. Aku sudah meminta maaf, apa lagi yang kamu inginkan? Apa kamu bena
Begitu kata-kata itu keluar dari mulut Ardika, semua orang di dalam ruang pertemuan itu langsung tercengang.Mata Teodor langsung memerah. Dia menunjuk Ardika dan berkata dengan marah, "Dasar sialan! Bisa-bisanya kamu melanggar janji!"Jelas-jelas dia sudah memenuhi semua keinginan Ardika. Dia sudah berlutut di hadapan Ardika dan memberi klarifikasi.Dia menanggung semua penghinaan itu demi bisa lanjut menjadi Duta Promosi Grup Hatari dan memanfaatkan popularitas Farlin.Dia sama sekali tidak menyangka Ardika malah mengatakan ingin membatalkan kontrak dengannya!Merasakan sorot mata penghinaan Ardika, Teodor benar-benar kesal setengah mati. Dia sudah hampir menggila.Dengan ekspresi muram, Ratna mengalihkan pandangannya ke arah Luna dan berkata dengan dingin, "Bu Luna, melanggar janji adalah bentuk kepercayaan yang ditunjukkan oleh Grup Hatari dalam berbisnis?"Luna mengerutkan keningnya.Ardika tertawa dingin dan berkata, "Siapa bilang kami melanggar janji? Aku nggak bilang setelah di
"Elsy dasar wanita jalang! Kamu begitu terburu-buru ingin bercerai denganku karena ingin bersama dengan Ardika si pecundang yang hanya tahu mengandalkan wanita itu, 'kan?""Istrinya lebih cantik dan lebih kaya darimu! Apa kamu pikir setelah kamu bercerai denganku, maka dia akan menikahimu?""Kulihat otakmu benar-benar sudah bermasalah. Dasar wanita jalang ...."Di ujung telepon, terdengar kata-kata tajam dari Jiko."Jiko, kulihat kamu sudah menggila."Elsy berusaha menahan amarah yang bergejolak dalam hatinya, lalu berkata dengan dingin, "Aku nggak ada hubungan apa pun dengan Ardika. Aku ingin bercerai denganmu karena kamu mencoba untuk mencelakai Livy. Hal itu sudah melampaui batasanku.""Intinya, pernikahan kita sudah nggak bisa dipertahankan lagi. Bercerai adalah akhir yang baik untuk kita berdua."Sebelumnya Jiko memanfaatkan Livy untuk mengelabui Elsy ke tempat parkir bawah tanah mal itu.Kemudian, dia dan putrinya dibawa ke Restoran Barudan secara paksa. Mereka hampir saja disiks
"Aku bersedia!"Airin tahu ini adalah sebuah kesempatan yang sangat bagus untuk mengembangkan kemampuannya dan kariernya. Dia buru-buru berkata, "Pak Ardika, hari ini aku akan pergi ke sana untuk membantu Bapak melihat-lihat situasi di Perusahaan Investasi Gilra ....""Oke, aku akan memberi tahu Tina kamu akan pergi ke sana."Ardika sangat puas melihat sikap semangat Airin dalam bekerja. Dia segera menghubungi Tina.Menerima panggilan telepon dari Ardika, tentu saja Tina kembali berbicara dengan nada menyindir."Ardika, ternyata kamu masih tahu diri juga. Baguslah kamu bisa tahu kurangnya kemampuanmu dalam bekerja dan mengundang seseorang untuk membantumu. Namanya Airin, 'kan? Oke, nggak masalah. Kamu langsung suruh dia ke perusahaan saja ...."Walaupun melontarkan kata-kata sindiran pada Ardika, Tina tetap melaksanakan tugasnya dengan cepat.Awalnya dia memang hanya berniat menempatkan nama Ardika di posisi manajer umum Perusahaan Investasi Gilra saja. Dia tidak berharap banyak, dia h
"Memintaku untuk menjadi presdir? Apa kamu takut identitasku terungkap terlalu lambat?"Ardika melirik Cahdani sekilas dengan sorot mata acuh tak acuh.Dilirik oleh Ardika seperti itu, jantung Cahdani langsung berdegap dengan kencang. Dia buru-buru berkata, "Nggak, nggak, nggak, bukan begitu. Aku nggak bermaksud seperti itu. Kak Ardika, kamu seperti ini juga cukup baik. Tapi, menjadi seorang karyawan biasa sama sekali nggak cocok untuk identitasmu. Bagaimana kalau kamu menjabat sebagai seorang petinggi level menengah?""Kak Ardika, dengan begini kamu nggak perlu khawatir identitasmu terekspos, juga bisa mencampuri urusan perusahaan secara terang-terangan."Ardika mengangguk perlahan dan berkata, "Benar juga. Kalau begitu, begini saja. Jabatan Kalris sebelumnya untukku saja.""Manajer departemen?"Cahdani mengangguk dan berkata, "Hmm, boleh dibilang juga sudah termasuk petinggi level menengah. Kalau begitu, ditetapkan seperti ini saja.""Kalian sudah dengar apa yang kukatakan, 'kan? Ngg
Kalris langsung menoleh. Saat itu juga, dia berkata dengan gigi terkatup, "Cahdani, kamu yang menjebakku dari belakang!"Cahdani yang kedua lengannya masih terbalut perban, berjalan melenggang masuk dengan membawa beberapa orang anak buahnya."Kalris, 'kan? Dengar-dengar tadi malam kamu memakiku saat berada di Hainiken, apa kamu cari mati?"Begitu masuk, Cahdani langsung mempertanyakan Kalris dengan tajam sekaligus dingin.Walaupun Kalris sangat arogan, tetapi menghadapi Cahdani yang luar biasa arogan, dia masih kalah telak.Mendengar ucapan ini, jantung Kalris langsung berdegap dengan kencang. Dia berkata dengan suara bergetar, "Cah ... Cahdani, ini hanya kesalahpahaman.""Kesalahpahaman apanya?!"Cahdani langsung menendang Kalris hingga tubuh Kalris terpental dan membentur sebuah meja kerja hingga hancur berkeping-keping.Melihat Kalris yang tergeletak di lantai sambil menutupi perutnya dengan ekspresi kesakitan tanpa bisa mengucapkan sepatah kata pun, Cahdani langsung melambaikan ta
"Oke, Jeslin, nanti kita baru ngobrol lagi!"Kalris melambaikan tangannya. Kemudian, dia menyalakan sebatang rokok dengan santai, lalu mengisapnya satu isapan sebelum berkata sambil tersenyum, "Eh, Ardika, kamu mau pergi sendiri, atau aku bantu kamu?""Di Grup Goldis, kamu nggak akan bisa menang dariku!"Ardika berkata tanpa menyetujui, juga tidak menyangkal ucapan pria itu, "Oh? Siapa bilang?""Aku yang bilang!"Kalris mengembuskan asap rokoknya dengan arogan.Ardika tersenyum dan berkata, "Maaf, tapi sebentar lagi kata-katamu sudah nggak ada artinya lagi."Kalris tertawa meremehkan dan berkata, "Kenapa? Apa mungkin kamu bisa mengusirku dari Grup Goldis ....""Siapa yang namanya Kalris?!"Begitu dia selesai berbicara, tiba-tiba sekelompok orang berjalan memasuki ruangan dengan memasang ekspresi dingin.Seorang wanita paruh baya dengan ekspresi galak yang memimpin sekelompok orang itu mengajukan pertanyaan tersebut dengan dingin.Kalris mengerutkan keningnya, lalu berkata dengan kesal,
"Plak ...."Kalris langsung memukul tangan Ardika, lalu berkata dengan dingin, "Bonus enam miliar? Mimpi saja kamu! Apa kamu pikir perusahaan ini adalah milik keluargamu?!""Jangankan bonus sebesar sepuluh persen, bonus sebesar empat persen yang sudah ditetapkan sebelumnya juga nggak ada!""Ingin menjadi karyawan tetap? Hari ini kamu baru mulai masuk kerja, kamu sudah ingin menjadi karyawan tetap? Nggak ada aturan seperti ini! Aturan Grup Goldis adalah, paling singkat masa percobaan orang baru juga membutuhkan satu bulan!"Siapa sangka di bawah tatapan banyak orang, Kalris malah menjilat ludahnya sendiri.Ardika memicingkan matanya, lalu bertanya dengan nada bicara agak dingin, "Kalau begitu, Tuan Muda Kalris berencana untuk mengingkari janji?""Tadi bukan seperti ini ucapanmu."Kalris mendengus dingin dengan acuh tak acuh, lalu berkata, "Sebelumnya aku memang bilang begitu. Tapi yang kubilang adalah kamu harus menangani Juki dan yang lainnya. Setelah mereka menandatangani kontrak, bar
Walaupun pihak Grup Goldis sudah membicarakan tentang pembelian dengan beberapa departemen ini cukup lama, hanya saja karena beberapa waktu yang lalu Grup Goldis mengalami pergolakan, departemen-departemen ini memilih untuk mengamati situasi terlebih dahulu. Jadi, mereka tak kunjung menandatangani kontrak.Akan tetapi, saat ini mereka langsung menandatangani kontrak tersebut tanpa melihat isi kontrak sama sekali.Pemandangan ini benar-benar membuat orang sangat terkejut."Tuan Ardika, kami sudah selesai menandatanganinya."Usai menandatangani kontrak tersebut, Juki mengumpulkan beberapa kontrak lainnya, lalu menyerahkannya pada Ardika dengan penuh hormat.Ardika menerima kontrak tersebut dengan santai, lalu berkata sambil tersenyum, "Semuanya, terima kasih sudah repot-repot datang kemari. Aku akan mengingat kebaikan kalian ini.""Sudah seharusnya kami melakukan ini!""Bisa melayani Tuan Ardika adalah kehormatan bagi kami!"Juki dan beberapa orang lainnya segera menanggapi ucapan Ardika
Orang ini tidak lain adalah Juki, Kepala Departemen PUPR.Setelah dia buka suara, empat petinggi departemen di bawah naungan pemerintah ibu kota provinsi juga ikut maju dan menyapa Ardika. Mereka semua bersikap penuh hormat pada Ardika.Menyaksikan pemandangan itu, semua karyawan di tempat tersebut pun tercengang.Kalris tercengang!Jeslin juga tercengang!Apakah adegan di hadapan mereka ini nyata?Ardika bisa memanggil petinggi dari lima departemen hanya dengan satu panggilan telepon? Mereka benar-benar tidak bisa memercayai hal ini.Selain itu, hal yang lebih mengejutkannya lagi adalah, orang-orang ini tidak hanya tiba dalam setengah jam, bahkan tiba lebih awal, tetapi tetap saja menunjukkan bahwa mereka khawatir Ardika telah menunggu lama!Bagaimana mungkin?!Hal yang lebih tidak bisa mereka berdua terima lagi adalah, beberapa orang petinggi departemen ini bersikap penuh hormat di hadapan Ardika yang mereka pandang rendah, seolah-olah Ardika adalah seorang tokoh besar yang sangat he
"Kalau sampai kamu mengucapkan beberapa kata lagi, dia nggak bisa terima, lalu bunuh diri dengan melompat dari gedung, kita harus bagaimana?"Kalris berbicara dengan seulas senyum dingin menghiasi wajahnya. Ucapannya hanya dipenuhi dengan sindiran."Itu salahnya sendiri, siapa suruh mentalnya serapuh itu, nggak ada hubungannya dengan kita!"Dengan memasang ekspresi dingin, Jeslin berkata dingin, "Ardika, cepat minta maaf pada Tuan Muda Kalris dan rekan-rekan ini!""Kalau nggak, kamu baru mulai bekerja kurang dari setengah jam saja, kamu sudah dipecat! Aku juga yang malu!"Saat ini, Jeslin benar-benar sudah muak pada Ardika.Sebagai seorang pria dewasa, Ardika bukan hanya tidak punya kemampuan, sekarang demi harga diri sendiri, Ardika malah kembali membual, dipermalukan oleh orang lain.Apalagi, itu terjadi tepat di hadapannya.Bagi orang yang tidak mengenal Ardika, ya sudah. Akan tetapi, apa gunanya pria itu membual di hadapannya?Setelah diusir oleh keluarga istrinya di Kota Banyuli,
Ardika berkata dengan acuh tak acuh, "Kalau begitu tunggu saja. Dalam setengah jam, kamu akan malu sendiri."Melihat Ardika masih bersikap begitu arogan, sekujur tubuh Kalris sampai gemetaran saking kesalnya.Biarpun hanya kerabat jauh, dia adalah keponakan Wilgo. Bahkan di kalangan kelas atas ibu kota provinsi, orang lain juga akan mempertimbangkannya dan memanggilnya Tuan Muda Kalris.Bahkan dia saja tidak punya cara untuk membuat Juki dan yang lainnya mempertimbangkannya dan menandatangani kontrak pembelian.Setelah berpura-pura melakukan panggilan telepon, orang kampungan seperti Ardika malah berani mengatakan dalam setengah jam dia ingin Juki dan yang lainnya datang secara pribadi untuk menandatangani kontrak.'Cih, memangnya dia pikir dia siapa?!'Kalris tidak tahan melihat Ardika berlagak hebat seperti itu, dia benar-benar ingin melayangkan satu tamparan keras ke wajah bocah itu.Namun, dia juga tahu konsekuensi dari melakukan hal seperti itu adalah, kemungkinan besar sebelum di
Raut wajah Kalris langsung berubah menjadi muram. Dia berkata dengan dingin, "Eh, Ardika, sekarang bukan saatnya membicarakan ini, jangan coba-coba mengalihkan topik pembicaraan.""Dengar baik-baik, tugas sudah kuserahkan padamu! Kalau kamu nggak bisa menyelesaikan tugasmu, pergi dari sini sendiri!""Grup Goldis nggak memelihara pecundang yang hanya menerima gaji buta saja!"Ardika tersenyum, tidak menyetujui, juga tidak menyangkal pernyataan pria itu. "Oh? Nggak memelihara pecundang yang hanya menerima gaji buta saja, ya? Kamu yang mengatakannya sendiri."Saat berbicara, dia mengeluarkan ponselnya dan mengirimkan sebuah pesan."Eh, Ardika, apa maksudmu?!"Kalris memelototi Ardika, dia merasa bocah yang satu ini terkesan misterius.Ardika berkata sambil tersenyum, "Tuan Muda Kalris, kamu bilang Grup Goldis nggak memelihara pecundang, tapi kamu bahkan nggak tahu Kepala Departemen PUPR bernama Juki Tandio, sedangkan Kepala Departemen Perhubungan bernama Daslim Yendia.""Ini yang kamu mak