"Apa informasi ini bisa dipercaya?!" tanya Amir pada asistennya dengan nada seakan-akan ingin memastikan.Farlin tidak pernah menerima penawaran pekerjaan dunia bisnis, semua orang sudah mengetahui hal ini.Walaupun Amir sangat senang sekaligus bersemangat mendengar informasi itu, tetapi tetap ada kecurigaan yang menyelimuti hatinya."Informasi ini seratus persen bisa dipercaya. Julman sendiri yang mengatakannya," kata asisten Amir.Amir menganggukkan kepalanya dan berkata, "Nggak peduli di mana pun dia berada, Julman selalu membangga-banggakan dirinya adalah murid Pak Farlin. Saat dia ingin membuka jalur distribusi untuk perusahaannya, dia pernah meminta bantuanku. Karena kata-kata itu keluar dari mulutnya, maka pasti seperti itulah kenyataannya."Dia dan Julman sudah lama saling mengenal satu sama lain, dia sudah mengenal karakter orang itu dengan jelas.Dengan memanfaatkan identitasnya sebagai murid Farlin dan reputasi Farlin, hanya dalam kurun waktu beberapa tahun saja, pria itu su
"Kenapa Julman bisa berhubungan dengan Amir?!"Luna sangat bingung.Amir adalah bawahan Keluarga Mahasura ibu kota provinsi, yang sebelumnya bekerja sama dengan Gilang untuk merebut perusahaannya.Melihat asisten Julman membawa pria paruh baya itu naik ke lantai atas dengan penuh hormat, dia mulai merasakan firasat buruk.Nikita berkata dengan nada agak serius, "Bu Luna, aku dengar-dengar Amir ingin menghidupkan kembali beberapa rumah sakit yang telah mereka beli di Kota Banyuli yang sudah berada di ambang kematian. Apa mungkin mereka juga ingin mengundang Pak Farlin menjadi Duta Promosi?"Sebagai seorang manajer profesional, dia merasa pasti ada tujuan tersendiri di balik setiap tindakan yang diambil oleh Amir. Pria paruh baya itu tidak akan melakukan hal-hal yang sia-sia.Samar-samar, ekspresi jijik tampak di wajah Luna. Dia berkata, "Nggak mungkin. Beberapa rumah sakit itu sudah melakukan banyak pelanggaran hukum, reputasi beberapa rumah sakit itu sangat buruk di Kota Banyuli."Dia
"Hmm? Ini ...."Julman menerima dokumen-dokumen tersebut.Amir tersenyum dan berkata, "Julman, kalau kerja sama ini berhasil disepakati, selain memberikan bayaran yang sepantasnya kami berikan kepada Pak Farlin, perusahaanmu juga akan mendapatkan dana investasi sebesar 100 miliar. Selama kamu menandatanganinya, dana akan langsung masuk ke rekening perusahaanmu."Begitu mendengar ucapan Amir, tentu saja hati Julman tergerak.Namun, dia masih merasa sedikit kurang puas. Bagaimanapun juga, biarpun nominal investasi itu besar, tetapi itu juga merupakan sebuah bentuk transaksi.Selain itu, Amir juga akan memperoleh saham dari perusahaannya.Dia merasa dengan pengaruh gurunya, keuntungan yang bisa diperolehnya tidak terbatas pada penawaran Amir saat ini."Kak Amir, lihatlah kamu ini, kita sudah lama mengenal satu sama lain. Untuk apa kamu membahas tentang investasi seperti ini? Kamu sudah pernah membantuku ...."Melihat sikap Julman yang dibuat-buat, kilatan dingin melintas di mata Amir.Dia
Hati Nikita langsung mencelus.Sebagai asisten Julman, Erika adalah orang yang paling dekat dengan pria itu.Sikap yang ditunjukkannya sudah pasti mewakili sikap Julman.Apa mungkin Julman tidak ingin membiarkan Farlin bekerja sama dengan Grup Hatari?Saat ini, bahkan Luna sendiri sudah merasakan firasat buruk."Erika, tolong jaga tutur katamu. Suamiku nggak menjilat Pak Farlin, mereka sudah lama saling mengenal satu sama lain."Luna berjalan menghampiri Erika, lalu berkata dengan dingin, "Selain itu, tolong jelaskan ucapanmu tadi. Mengapa kamu mengatakan Grup Hatari nggak layak mengundang Pak Farlin menjadi Duta Promosi?""Memangnya kamu pikir kamu siapa? Atas dasar apa aku perlu memberimu penjelasan? Apa kamu pikir kamu sudah hebat hanya dengan menjadi presdir perusahaan kota kecil seperti Kota Banyuli?!"Erika langsung menyerang Luna dengan kata-kata kasar tanpa ragu, sorot mata iri tampak jelas di matanya."Namamu Luna, 'kan? Aku beri tahu kamu, Grup Hatari jangan harap bisa mengun
Sambil tersenyum, Julman melambaikan tangannya, mengisyaratkan Luna untuk duduk.Dia mengamati tubuh Luna dengan sorot mata mesum.Luna tetap berdiri di tempat dan berkata, "Mengenai minum-minum, nanti kita baru bicarakan lagi. Tadi, saat di luar, aku sudah dengar asisten Tuan Julman mengatakan bahwa Perusahaan Investasi Mahasura sudah mendapatkan kontrak eksklusif Pak Farlin.""Aku hanya ingin menanyakan pada Tuan Julman kebenaran hal ini. Kalau benar-benar seperti itu faktanya, nggak ada yang perlu kita diskusikan lagi."Setelah mendengar ucapan Luna, Julman langsung memelototi Erika, seolah-olah menyalahkan asistennya itu banyak bicara.Melihat kecantikan Luna, gairahnya sudah bergejolak. Awalnya, dia berencana untuk meminta Luna menemaninya minum-minum, menyentuh tubuh wanita itu, baru berbicara jujur pada wanita itu. Sekarang rencananya sudah gagal."Bu Luna, apa maksudmu? Apa kamu sedang menyalahkanku?"Senyuman di wajah Julman langsung menghilang tanpa meninggalkan jejak. Dengan
Amir hanya mengamati Luna dipukul oleh bawahannya tanpa menunjukkan ekspresi apa pun, juga tanpa mengucapkan sepatah kata pun."Bu Luna, ayo kita pergi! Amir, kamu pasti akan membayar mahal atas tamparan yang diterima Bu Luna!"Nikita buru-buru menarik Luna pergi meninggalkan tempat itu. Sebelum pergi, dia melontarkan beberapa patah kata itu dengan nada marah.Dia bukan hanya sekadar memberi ancaman.Dia tahu latar belakang Luna sangat hebat, bahkan sama sekali tidak bisa diprediksi. Lihat saja Keluarga Septio Provinsi Aste yang sedemikian hebat itu juga hanya bertugas membantu Luna.Sementara itu, Amir tidak lebih hanya anjing Keluarga Mahasura, sama sekali tidak ada apa-apanya dibandingkan Luna."Aku tunggu pembalasan kalian. Oh ya, sebaiknya suami pecundangnya itu yang datang secara pribadi."Amir tertawa terbahak-bahak, lalu menarik Agnes dan menepuk-nepuk bokong wanita itu. "Agnes, kerja bagus. Kamu sudah melakukan hal yang ingin kulakukan.""Pak Amir, memangnya siapa Luna itu? Me
"Amir ingin meminta bantuan Pak Farlin untuk mempromosikan beberapa rumah sakit nggak beres milik Keluarga Mahasura. Kalau sampai hal itu terjadi, hanya akan merusak reputasi Pak Farlin. Kita nggak bisa membiarkan hal itu terjadi begitu saja.""Sayang, aku tunggu saja di sini dengan tenang. Aku akan membawa Pak Farlin kembali."Setelah mendengar Ardika berbicara demikian, Luna juga tidak menghentikannya lagi."Nikita, tolong belikan makanan untuknya."Setelah melontarkan satu kalimat itu pada Nikita, Ardika langsung pergi meninggalkan Grup Hatari.Tak lama kemudian, dia sudah mendapatkan lokasi syuting iklan Farlin dari Jesika."Apa? Lokasi syuting iklan kita di sini?"Di sisi lain, Farlin baru turun dari sebuah mobil Mercedes hitam mengkilap. Begitu dia mendongak dan melihat plakat di depan rumah sakit tersebut, ekspresi aneh langsung terpampang jelas di wajahnya.Tentu saja dia tahu reputasi rumah sakit seperti ini buruk, sehingga tidak berkesan baik pada rumah sakit seperti ini.Kar
"Apa? Aku menandatangani kontrak dengan Perusahaan Investasi Mahasura?"Farlin benar-benar kebingungan.Bukankah Ardika memintanya untuk menandatangani kontrak dengan Grup Hatari dan menjadi Duta Promosi Vila Bistani?Mengapa tiba-tiba berubah menjadi Perusahaan Investasi Mahasura?"Ya, benar, Pak Farlin. Sekarang kamu sudah menandatangani kontrak eksklusif dengan Perusahaan Investasi Mahasura. Jadi, sudah sewajarnya kamu mempromosikan rumah sakit di bawah naungan perusahaan kami."Agnes memberi penjelasan dengan sabar.Dia tahu pria tua itu adalah sumber penghasilan Amir, bosnya. Jadi, dia harus melayani pria tua itu dengan baik, tidak bisa membiarkan pria tua itu tidak puas.Farlin bertanya, "Apa Ardika yang membuka Perusahaan Investasi Mahasura?"Dalam lubuk hatinya, dia berpikir. 'Kalau Ardika yang membuka perusahaan itu, seharusnya rumah sakit ini adalah rumah sakit yang legal. Aku bisa membantunya mempromosikan rumah sakit ini.'Ini adalah bentuk kepercayaannya terhadap Ardika."
Ardika tetap duduk bersandar dengan santai pada kursinya dan berkata dengan acuh tak acuh, "Kartu tertutup saja belum dibuka, siapa yang berani bilang aku pasti kalah? Tentu saja aku harus membuka kartu dulu."Saat berbicara, Ardika kembali menyunggingkan seulas senyum mempermainkan."Tapi, agar nanti nggak ada orang-orang bodoh yang maju dan mengataiku curang, Nona Rosa, tolong bukakan kartunya untukku."Melihat kartu tertutup di hadapan Ardika itu, sudut mata Rosa berkedut.Meja kartu itu adalah meja dua orang. Namun, kalau dia ingin membukakan kartu Ardika, dia juga harus berdiri dan membungkukkan badannya.Dia sedang dalam balutan gaun pesta. Saat itu tiba, bukankah dua gundukan indahnya akan terekspos di hadapan pria itu?'Dasar bajingan ini! Dari tadi sudah lihat, masih saja nggak puas! Sekarang dia malah ingin melihat dengan lebih jelas lagi!'"Tika, buka kartunya!"Raut wajah Rosa tampak agak muram. Dia langsung memanggil teman baiknya yang tadi untuk kemari. Tentu saja dia tid
"Kalau begitu, ayo mulai."Tanpa beromong kosong lagi, Rosa langsung mulai mengocok kartu.Saat dia sedang mengocok kartu, dia mendapati pandangan Ardika terpaku pada kartu-kartu dalam genggamannya. Sangat jelas sedang menghafal kartu.Rosa mencibir dalam hati. 'Dia benar-benar menganggap dirinya sebagai dewa judi, ya?'Setelah Ardika selesai memilah kartu, Rosa langsung mengeluarkan dua lembar kartu. Kartu yang pertama untuk Ardika, sedangkan kartu yang kedua untuk dirinya, lalu mengulanginya sekali lagi.Setiap orang mendapatkan dua lembar kartu, yang satu kartu terbuka, sedangkan yang satunya lagi kartu tertutup."Ardika, kartumu As, kartuku King."Rosa bertanya, "Masih mau?"Ardika menyandarkan tubuhnya ke belakang, menggunakan kedua tangannya sebagai alas kepalanya. Dia menatap Rosa dengan tatapan mempermainkan dan berkata, "Jangan buang-buang waktu lagi, langsung bagikan kartu ketiga untukku.""Satu hal lagi, aku mau kartu terbuka."Rosa merasa kurang nyaman, dia merasakan sorot
Ardika juga mengangkat alisnya.Persyaratan seperti ini bahkan diterima oleh Rosa, sepertinya ada banyak hal yang wanita itu ingin dapatkan dari dirinya."Katakan saja persyaratanmu."Tanpa banyak bicara lagi, Ardika langsung berjalan ke arah meja kartu, lalu langsung duduk.Sekarang dia tiba-tiba diliputi sedikit rasa penasaran. Dia tidak keberatan untuk menemani wanita yang satu ini bermain.Rosa menatap Ardika dengan lekat, lalu mencibir dan berkata, "Bukankah kamu bilang kalau aku kalah, malam ini akan menjadi milikmu? Persyaratanku adalah, kalau kamu kalah, dalam satu bulan selanjutnya, kamu juga menjadi milikku.""Aku mau kamu menjadi pelayanku, melakukan apa pun yang kuperintahkan!""Kamu sama sekali nggak boleh melawan!"Seharusnya waktu satu bulan sudah cukup untuk membuat Ardika menyembuhkan penyakit ayahnya.Ardika mengamati Rosa dari ujung kepala hingga ke ujung kaki sejenak, lalu berkata sambil tersenyum tipis, "Nggak boleh melawan?""Baiklah. Sebenarnya, dari segi mana pu
Rosa mengerutkan keningnya, lalu menyela, "Sudahlah, semuanya. Karena kalian semua sudah menghadiri acara ini, maka kalian semua adalah temanku."Dia takut orang-orang ini membuat Ardika pergi karena kesal. Kalau seperti itu, dia sepenuhnya tidak akan punya cara untuk menangani Ardika lagi.Melihat Rosa begitu melindungi Ardika, Werdi dan yang lainnya jelas tidak senang, tetapi mereka juga tidak bisa berkomentar apa pun."Ardika, cara main seperti apa baru bisa membuatmu berminat?"Rosa bertanya dengan sabar.Akhirnya Ardika mengangkat kepalanya. Dia melirik semua orang sejenak. Pada akhirnya, dia menatap Rosa dengan sorot mata mempermainkan dan berkata, "Minum alkohol nggak menarik, judi uang melanggar hukum.""Bagaimana kalau begini saja, Nona Rosa? Kalau kamu kalah, malam ini menjadi milikku.""Aku hanya punya satu persyaratan ini saja. Kalau kamu nggak setuju, kita nggak perlu bermain lagi."Dia benar-benar sudah tidak sabar menghadapi tingkah wanita yang satu ini. Dia ingin menggu
Aturan permainan kartu 21 ini sangat sederhana, kebanyakan orang memainkannya dengan mengandalkan keberuntungan, sebagai penentu yang menang dan yang kalah.Namun, ini hanya khusus untuk para pemain biasa.Bagi pemain yang benar-benar andal, mereka bertanding dalam hal mental dan trik.Siapa sangka, Rosa yang awalnya memasang ekspresi lembut itu, begitu mulai bermain kartu, dia langsung berubah menjadi sosok wanita yang kuat. Semua tuan muda itu dikalahkan olehnya.Setengah jam kemudian, saat beberapa orang tuan muda yang menyebut diri mereka sebagai ahli itu sudah minum hingga wajah mereka memerah, Rosa masih tampak santai, bahkan tidak mengedipkan matanya sama sekali.Selain itu, dilihat dari ekspresi santai wanita ini, mungkin ini adalah hasil dari belas kasihannya.Kalau tidak, mungkin para tuan muda ini sudah mabuk berat, sampai menunjukkan ekspresi aneh dan bertingkah aneh.Melihat pemandangan ini, bahkan Werdi dan beberapa orang lainnya yang awalnya ingin bermain beberapa ronde
Ekspresi tidak senang tampak jelas di wajah Futari. Sambil memasang ekspresi dingin, dia sama sekali tidak menanggapi wanita itu.Werdi terkekeh dan berkata, "Tuan Ardika, aku akui sebelumnya melakukan kesalahan. Tapi, aku juga melakukannya karena terlalu menyukai Futari. Melihat interaksi dekat kalian, aku langsung emosi. Bagaimana kalau kamu memaafkanku?""Ardika, aku minta maaf padamu. Awalnya karena hubunganmu dengan Paman Sutandi sekeluarga, seharusnya kita adalah teman. Aku bertanggung jawab untuk membantumu, ini salahku!"Saat ini, bahkan Kalris yang arogan juga meminta maaf pada Ardika sambil tersenyum.Ardika melirik ketiga bocah itu dengan sorot mata agak mempermainkan. Kemudian, dia menggelengkan kepalanya dan berkata, "Maaf, kalian bertiga nggak berhak menjadi temanku."Saat ini, Ardika adalah pusat perhatian tempat itu. Selain itu, dia juga tidak sengaja menurunkan volume suaranya.Begitu dia selesai berbicara, pandangan semua orang langsung tertuju pada Werdi dan dua oran
"Kak Ardika, barusan salah kami, kami memang pantas dipukul. Maaf, ya ...."Saat ini, para nona dan tuan muda yang menaruh kebencian mendalam terhadap Ardika sudah mengubah ekspresi mereka. Mereka bergegas mengerumuni Ardika, mencoba untuk mengobrol dengannya.Wilfred saja bersikap penuh hormat dengan Ardika, bisa diperintahkan untuk datang dan pergi oleh Ardika sesuka hati.Mereka merasa Ardika pasti memiliki latar belakang luar biasa yang tidak diketahui oleh orang lain. Mereka tidak berani terus menjadi musuh Ardika lagi. Karena itulah, mereka segera memanfaatkan kesempatan ini untuk berdamai dengan Ardika.Kalangan para nona dan tuan muda ini paling nyata.Sejak kecil, mereka sudah mempelajari cara untuk menghadapi orang-orang dari keluarga mereka. Cara ini sudah membekas dalam benak mereka. Pada saat bersamaan, mereka paling ahli dalam melihat situasi, mengikuti alur.Orang-orang ini adalah tipe orang yang bersedia menjalin hubungan sahabat denganmu karena kamu memiliki latar bela
"Hmm ... itu ... apa Tuan benar-benar nggak mempertimbangkan untuk menerima murid?""Aku bisa memberikan bayaran, semua uang yang kuhasilkan akan kuberikan padamu ...."Berdiri di hadapan Ardika, Wilfred melontarkan kata-kata itu sambil tersenyum.Heboh!Melihat pemandangan tersebut, suasana di tempat itu langsung heboh.Mereka tidak peduli apa yang dikatakan oleh Wilfred terhadap Ardika, bahkan mereka tidak bisa mendengar terlalu jelas.Namun, semua orang bisa melihat dengan jelas, Wilfred bersikap hormat pada Ardika, bahkan tidak menunjukkan sikap layaknya seorang profesor terkenal, melainkan seperti bocah ingusan yang tengah mengganggu Ardika, menginginkan sesuatu dari Ardika.Sebenarnya apa latar belakang si Ardika itu?Bahkan Wilfred, sosok profesor yang disambut hangat oleh orang-orang kaya dan berkuasa di Kota Jewo, juga memperlakukannya seperti itu.Rosa juga tercengang, tidak mengerti apa yang sedang terjadi.Ardika menggelengkan kepalanya dan berkata, "Sudah kubilang berkali-
Mengingat saat di rumah Jace, ekspresi Rosa langsung sedikit berubah.Dia baru teringat Ardika juga berada di sini. Kalau sampai Wilfred melihat Ardika, pasti akan menimbulkan kesalahpahaman. Saat itu tiba, kejadian tidak menyenangkan akan terjadi lagi."Pergilah, persilakan Ardika pergi untuk sementara waktu. Usahakan lakukan dengan sikap yang baik, jangan sampai menyinggung dia. Katakan saja ada sedikit hal yang perlu didiskusikan dengannya."Rosa segera melambaikan tangannya pada seorang anak buahnya, memberi instruksi pada anak buahnya itu.Setelah dua kali berinteraksi dengan Ardika, dia juga sudah mengenal baik temperamen buruk Ardika.Bocah yang satu itu tidak takut pada apa pun, pada siapa pun. Kalau makin memaksakan kekerasan padanya, maka bocah tersebut akan makin menentang.Anak buah itu segera mengangguk. Kemudian, dia berjalan menghampiri Ardika, lalu menyampaikan ucapan Rosa pada Ardika.Ardika tidak tahu permainan seperti apa yang ingin dimainkan oleh wanita itu. Dia ber