"Halo, Kak Ardika."Saat mengikuti Futari menyapa Ardika dengan panggilan Kak Ardika, mereka bersikap sangat santai, bahkan terkesan acuh tak acuh. Selain itu, mereka juga mengamati Ardika dengan sorot mata yang aneh.Sebelumnya, saat Futari baru tiba di Kota Banyuli, mereka sering mendengar Futari mengatai kakak iparnya yang merupakan menantu benalu itu.Walaupun setelah berinteraksi berkali-kali dengan Ardika sebelumnya, kesan Futari terhadap Ardika sudah berubah seratus delapan puluh derajat, tetapi kesan mereka terhadap Ardika masih sama saja.Mereka memandang rendah Ardika.Anita terkekeh dan berkata, "Kak Ardika pasti menjadi sopir kami, ya. Terima kasih banyak, maaf sudah merepotkan.""Kami akan membayar biaya sewa mobil dan biaya isi bensin kepada Kak Ardika," kata Timothy, salah seorang teman pria Futari.Mereka semua tahu Ardika adalah menantu benalu. Di posisi keluarga kakak sepupu Futari, posisi pria itu sangat rendah. Mereka dengar Ardika sering dimarahi oleh ibu mertuanya
Walaupun Timothy berbicara dengan sangat sopan, tetapi nada meremehkan terdengar jelas dalam ucapannya.Dia meminta Ardika untuk membelikan minuman untuk dirinya, Futari dan yang lainnya, serta dua bungkus rokok untuk Doni tanpa mengungkit nama orang yang dimintai bantuan."Timothy, apa maksudmu?! Kamu sudah kebiasaan menjadi tuan muda di rumahmu, ya?! Kalau takut kepanasan, apa kamu pikir Kak Ardika nggak takut kepanasan! Kalau mau minum, pergi beli saja sendiri!"Begitu mendengar ucapan Timothy, Futari langsung kesal. Dia segera membela kakak iparnya.Timothy adalah keturunan keluarga kaya, keluarganya memiliki uang yang berlimpah. Futari hanya merasa penyakit "tuan muda" pria itu sedang kumat.Timothy tidak mengucapkan sepatah kata pun lagi, ekspresinya tampak sedikit masam.Selama ini dia memendam perasaan pada Futari. Mengunjungi Kota Banyuli dan mengajak Futari bermain bersama di Vila Bistani juga saran darinya.Demi membela Ardika, Futari malah menegurnya secara terang-terangan
"Timothy, kamu benar-benar mempertimbangkan segala sesuatu dengan baik, kalau begitu aku nggak perlu khawatir lagi. Kalian harus senantiasa berhati-hati, ya. Aku pergi dulu. Ardika, kamu harus menjaga Futari dan teman-temannya dengan baik!"Doni memelototi Ardika. Tanpa menunggu tanggapan dari Ardika, dia langsung melajukan mobil pergi.Setelah kembali ke markas tim tempur, dia berencana untuk segera menggerakkan relasinya untuk memberi tahu anggota departemen disiplin agar kelak tidak menghiraukan Ardika si bajingan itu lagi.Melihat langit sudah gelap, Timothy berkata, "Kita masuk urus kamar dulu. Setelah taruh koper di dalam kamar, kita baru makan bersama.""Eh? Futari, kamu juga datang ke Vila Bistani untuk bermain?"Saat mereka baru berjalan menuju ke arah lobi, mereka bertemu dengan beberapa orang anak muda.Beberapa orang itu tampak melenggang dengan santai tanpa membawa barang bawaan, ada staf Vila Bistani yang membantu mereka membawakan koper mereka.Orang yang berbicara adala
Timothy melontarkan kata-kata itu tanpa sungkan-sungkan.Di hadapan Futari, dia langsung mengatai Firza tidak tahu malu.Firza adalah seorang pria yang sangat memedulikan harga dirinya. Begitu mendengar ucapan Timothy, ekspresinya langsung berubah. Wajah yang tadinya masih tersenyum, kini sudah berubah menjadi muram."Dasar bocah! Kamu pikir kamu sedang berbicara dengan siapa?!""Plak!"Tanpa banyak bicara, Firza langsung mengangkat lengannya dan melayangkan sebuah tamparan ke wajah Timothy.Timothy tidak menyangka Firza akan langsung main tangan. Begitu satu tamparan itu mendarat ke wajahnya, dia langsung terjatuh ke lantai."Timothy!""Firza, kenapa kamu memukulnya?!"Futari dan beberapa orang lainnya terkejut bukan main. Mereka buru-buru memapah Timothy berdiri."Kalian lepaskan aku!"Timothy juga merupakan seorang pria yang sangat mementingkan harga dirinya. Dia meronta untuk melepaskan dirinya dari pegangan beberapa orang temannya, lalu dengan mata memerah, dia berteriak dengan ma
"Futari, kalau malam ini kamu nggak makan bersamaku, jangan harap kalian bisa menginap di Vila Bistani malam ini!"Melihat Futari menolaknya secara terang-terangan tanpa mempertimbangkan harga dirinya sama sekali, Firza tidak bisa menahan diri lebih lama lagi, dia pun menunjukkan karakter aslinya.Futari dan teman-temannya sangat marah begitu mendengar ucapan Firza.Firza benar-benar arogan, pria itu sangat menjijikkan!Jelas-jelas dia menyukai Futari secara sepihak, setelah ditolak oleh Futari, dia langsung menggunakan cara seperti ini untuk memaksa gadis itu.Futari berkata dengan amarah yang sudah memuncak, "Firza, kamu benar-benar menakutkan! Untung saja, aku nggak menerimamu!"Ekspresi Firza berubah menjadi makin muram dan kejam, dia mendengus dingin dan berkata, "Sekarang sudah malam, hanya ada satu penginapan di Gunung Amona, yaitu Vila Bistani. Kulihat kalian masih bisa menginap di mana.""Futari, bagaimana kalau malam ini kamu menginap bersamaku? Haha!"Beberapa orang anak bua
Melihat Timothy masih tidak mengerti membaca situasi, ekspresi Radita langsung berubah menjadi muram."Sobat, jangan berbicara sembarangan."Dia berkata dengan dingin, "Terlepas dari bos kami yang memiliki kekayaan berlimpah dengan mengeluarkan uang sebesar empat triliun secara langsung untuk membeli Vila Bistani, pelanggan terhormat kami yang satu itu adalah selebriti internet yang memiliki jutaan penggemar. Nggak peduli ke mana pun dia pergi, dia menjadi pusat perhatian. Tentu saja dia juga bukan orang yang bisa bocah ingusan seperti kalian singgung!""Aku harap kamu tahu diri sedikit, batalkan pemesananmu sendiri. Kalau nggak, aku juga punya cara lain agar kalian nggak bisa menginap di Vila Bistani malam ini."Radita benar-benar sudah kehilangan kesabaran untuk membujuk beberapa orang bocah itu, dia menunjukkan sikap yang dingin sekaligus keras."Vila Bistani jelas-jelas bertindak nggak adil! Kami akan mengekspos tindakan kalian!"Saking kesalnya, Futari dan beberapa orang lainnya h
Steven tidak menunjukkan gejolak emosinya melalui ekspresinya.Dia benar-benar ingin melayangkan dua tamparan ke wajah Firza setelah mendengar ucapan pemuda itu.Namun, dia tidak berani.Dia pernah dengar Amir sangat memanjakan dan menyayangi putranya yang satu ini.Firza bahkan telah melecehkan mahasiswi di universitasnya, tetapi Amir menggunakan berbagai macam cara untuk menekan masalah itu.Semua orang yang berkecimpung di dunia investasi ibu kota provinsi sudah tahu betapa licik dan kejamnya pria bernama Amir itu. Pria itu adalah orang yang berdarah dingin. Dia bahkan pernah menghancurkan keluarga mitra yang menjalin hubungan tidak baik dengannya!Terlebih lagi, ada Keluarga Mahasura sebagai pendukung pria itu.Biarpun Steven adalah petinggi Grup Granum, dia juga tidak berani menyinggung Amir.Dia tertawa pelan dengan terpaksa, lalu berkata, "Firza, hari ini keponakanku yang bersalah, aku mewakilinya meminta maaf padamu."Begitu mendengar ucapan Steven, Timothy langsung membelalak
"Ahhh .... Gila! Sakit sekali!"Sambil menutupi wajahnya, Firza berteriak kesakitan.Melihat perubahan yang terjadi secara tiba-tiba itu, semua orang di sekitar tempat itu langsung tercengang.Apa yang terjadi? Apa yang terjadi pada Firza?Semua orang menata Firza dengan tatapan bingung, bahkan mereka menganggap pria itu mendadak menggila.Hanya saja, seakan-akan bisa merasakan sesuatu, Firza mengalihkan pandangannya ke lantai. Tanpa butuh waktu lama, dia melihat ada puntung rokok yang belum sepenuhnya padam.Dalam sekejap, sorot mata membunuh langsung terlihat jelas di sepasang matanya, ekspresinya juga berubah menjadi ganas."Katakan! Katakan siapa yang berani melukaiku dengan puntung rokok!"Firza berteriak dengan marah sambil mengamati sekeliling uncuk mencari tahu siapa orang yang telah menyerangnya.Saat itulah, semua orang baru menyadari ternyata tadi wajah Firza terluka karena puntung rokok, pantas saja dia kesakitan sedemikian rupanya.Semua orang mengangkat kepala mereka, mer
Ardika menepuk dahi adik sepupunya itu, lalu berkata, "Eh, sudah, sudah. Kencan pagi-pagi buta? Apa yang kamu pikirkan?""Siapa tahu? Mungkin saja kamu takut kalau malam hari tiba, Kak Luna tiba-tiba memeriksa keberadaanmu."Dengan memasang ekspresi arogan, Futari berkata, "Intinya, aku harus menggantikan Kak Luna untuk mengawasimu!""Satu hal lagi, sebenarnya ada apa di antara kamu dengan Nona Rosa?""Pagi hari ini Raina mengirimkan pesan untuk menakut-nakutiku! Dia bilang sekarang rumor mengenai tadi malam kamu menghabiskan malam bersama Nona Rosa sudah tersebar di kalangan kelas atas ibu kota provinsi. Setelah Jerfis, salah satu dari tujuh tuan muda ibu kota provinsi itu kembali, pasti akan mencari perhitungan denganmu!"Ardika berkata dengan tidak berdaya, "Bukankah kamu tahu tadi malam aku berada di mana?""Tentu saja aku tahu Kak Ardika berada di rumah bersamaku, tapi orang lain nggak tahu."Futari mendecakkan lidahnya dan berkata, "Apalagi tadi malam kamu meminta Nona Rosa untuk
Walaupun menggunakan kata-kata rahasia yang sama, tetapi masing-masing pihak menggunakan cara yang berbeda untuk mengartikannya. Jadi, biarpun kamu berhasil merebut rahasia dari pihak lain, tanpa cara mengartikan dari pihak tersebut, juga tidak ada artinya.Kalau bersikeras menggunakan cara pihak sendiri untuk mengartikannya, lalu digunakan untuk berlatih. Hasil akhirnya hanya akan kerasukan!Windono membuka mulutnya dengan sangat lebar, dia menatap Ardika dengan tercengang.Karena cara mengartikan Ardika sama persis dengan yang dilakukan oleh para ahli fengsui dari kalangan Windono.Enam belas kata yang dibacakan oleh Ardika adalah enam belas kata rahasia yang paling penting bagi para ahli fengsui dari kalangan Windono."Gu ... Guru, bagaimana kamu bisa tahu cara mengartikan kata-kata rahasia kalangan kami?"Dengan tenggorokan yang terasa kering, Windono mengajukan pertanyaan itu. Dia bahkan mulai mencurigai Ardika dikirim oleh kalangan lain, merupakan mata-mata yang dikirim untuk men
Mendengar ucapan Ardika, Windono tertegun sejenak. Kemudian, sorot mata senang dan bersemangat tampak jelas di matanya."Brak!"Tanpa banyak bicara lagi, Windono langsung berlutut, lalu berkata dengan senang, "Guru yang terhormat, terimalah penghormatan dari muridmu ini!"Menyaksikan pemandangan itu, Futari langsung tercengang.Ada apa ini? Apa yang sedang terjadi?Boleh dibilang Windono ini hampir seumuran dengan ayahnya, tetapi pria paruh baya ini malah mengakui kakak iparnya sebagai guru?Ardika juga tidak bisa berkata-kata lagi.Windono benar-benar terlalu cepat dalam mengambil tindakan. Dia bahkan belum sempat selesai berbicara.Sambil melambaikan tangannya, dia berkata dengan acuh tak acuh, "Berdirilah dulu, aku belum setuju untuk menerimamu sebagai muridku.""Guru, kalau hari ini kamu nggak mengakui ikatan kita ini, aku nggak akan berdiri lagi!"Windono kembali menunjukkan sikap tidak tahu malunya, dia bertingkah seolah-olah dia akan tetap berlutut hingga mati di sana kalau Ardi
Ardika baru saja memarkir mobilnya di depan vila nomor satu, dia sudah melihat ada sebuah mobil yang melaju ke arahnya.Windono keluar dari mobil, lalu bergegas menghampiri Ardika dan berkata, "Guru, vila nomor satu ini adalah pemberian dari Pak Jace untukmu, 'kan?"Raut wajah Ardika tampak agak dingin. "Kamu membuntutiku?"Bisa-bisanya bocah yang satu ini memasuki Gunung Halfi dengan mulus. Hal ini membuat Ardika agak terkejut."Nggak, nggak, aku nggak berani!"Windono buru-buru melambaikan tangannya dan berkata, "Guru, jujur saja, aku juga membeli sebuah vila di sini. Hanya saja, aku hanya menginap di sini sesekali!"Ardika tidak bisa berkata-kata lagi.Melihat ekspresi menjilat yang menghiasi wajah jelek Windono, dia hampir saja melupakan identitas pria itu.Bocah yang satu ini adalah Kepala Asosiasi Fengsui sekaligus pemimpin Harven. Boleh dibilang dia sudah termasuk seorang tokoh hebat di ibu kota provinsi."Oh, kalau begitu pulanglah ke vilamu, untuk apa kamu mengikutiku?"Ardika
"Sejauh ini nggak ada ahli bela diri yang bisa diandalkan dari pihak Wilgo. Saat Keluarga Gozali dalam situasi genting, kita baru membiarkan orang-orang Tuan Muda Jerfis untuk maju mendapatkan posisi ketua cabang untuk Keluarga Gozali.""Sebagai ucapan terima kasih, Wilgo pasti akan memaksa Rosa untuk menikah dengan Tuan Muda Jerfis. Bukankah ini sama saja dengan sekali mendayung dua pulau terlampaui?""Intinya, kalau hal ini dilakukan dengan baik, Tuan Muda Jerfis bukan hanya nggak akan memarahi kalian, mungkin saja dia juga akan memandang tinggi kalian, membiarkan kalian menjalin relasi dengannya!"Saat perbincangan santai ini tengah berlangsung, sebuah rencana keji yang sempurna sudah keluar dari mulut Timnu."Kak Timnu, aku sudah mengerti maksudmu!"Sorot mata Werdi langsung berbinar.Namun, tak lama kemudian, dia berkata dengan khawatir, "Kak Timnu, walau rencana ini sangat bagus, bagaimana kalau bocah itu berhasil mengalahkan Vita?""Perlu diketahui bahwa kekuatan yang ditunjukka
"Sekarang bocah kampungan itu malah sudah mendapatkan keuntungan dari Nona Rosa. Biarpun nggak terjadi apa pun di antara mereka berdua tadi malam, tapi tetap saja akan beredar rumor di luar sana.""Kalau kita nggak melakukan apa pun, setelah Tuan Muda Jerfis kembali dari Kota Sewo, mungkin kita nggak akan bisa mempertanggungjawabkan ini padanya.""Saat itu tiba, nggak hanya orang kampungan itu yang menjadi target pelampiasan amarah Tuan Muda Jerfis, kita juga!"Raina juga sengaja untuk memecah belah dengan berkata, "Ya, benar. Selain itu, tadi malam begitu si Ardika itu meninggalkan Hainiken, Nona Rosa langsung keluar mengejarnya. Saat itu, semua orang melihatnya.""Siapa tahu apa yang telah dilakukan oleh mereka berdua ....""Plak ...."Sebelum Raina bisa menyelesaikan kalimatnya, dia sudah ditampar oleh Timnu hingga tubuhnya terpental."Kak Timnu ... kamu!"Werdi tidak menyangka Timnu akan tiba-tiba marah besar. Saking ketakutannya, ekspresinya sudah berubah menjadi pucat pasi."Mera
Timnu tidak melirik Werdi sama sekali, juga sama sekali tidak ada gejolak emosi di matanya.Werdi merasa malu sekaligus marah, tetapi dia tetap memaksakan seulas senyum dan berkata, "Kak Timnu, aku sudah tahu aku salah. Kelak aku nggak akan merepotkanmu dengan urusan-urusan seperti itu lagi.""Tapi, kali ini orang kampungan itu benar-benar .... Kak Timnu, tahukah kamu dia bahkan berani menghancurkan Hainiken!"Timnu mengangguk dan berkata, "Aku tahu bocah itu, namanya Ardika, baru datang ke ibu kota provinsi dari Kota Banyuli. Selain itu, dia juga memiliki satu identitas lagi.""Identitas apa?" tanya Werdi dengan refleks.Timnu berkata dengan acuh tak acuh, "Jadi, ucapanku tadi nggak kamu cerna dengan otakmu itu. Anak yang dicampakkan oleh Keluarga Mahasura, membuat Keluarga Mahasura kalah telak di ibu kota provinsi, adalah dia."Sangat jelas, Timnu bukan sama sekali tidak mengetahui kejadian tadi malam.Sekembalinya dia, dia segera menggerakkan sumber dayanya untuk menyelidiki identit
Timnu berkata dengan acuh tak acuh, "Masih ada langit di atas langit. Tanpa membicarakan beberapa orang raja preman itu, hanya beberapa keluarga kaya di ibu kota provinsi saja, juga mempekerjakan banyak ahli bela diri secara diam-diam.""Pihak-pihak ini sudah menguasai Provinsi Denpapan selama bertahun-tahun, fondasi mereka sangat kuat, relasi mereka juga sangat luas. Keluarga mana yang nggak memiliki beberapa orang tokoh hebat sebagai penjaga mereka?"Werdi menyunggingkan seulas senyum menjilat dan berkata, "Meski begitu, orang-orang itu sudah tua. Berbeda dengan Kak Timnu. Kamu masih muda, masih berada di puncak performamu.""Selain itu, dengan pengakuan dari Tuan Muda Jerfis terhadap dirimu, biarpun pria-pria tua dari keluarga-keluarga kaya itu menyerang, kamu juga bisa menginjak-injak mereka!"Timnu hanya tersenyum, tidak menyetujui, juga tidak menyangkal ucapan tersebut. "Siapa yang tahu? Sebelum nyawa terancam, nggak akan ada yang mengekspos kartu as sendiri.""Contohnya saja sep
Hainiken terdiri dari sembilan lantai, disebut Surga Sembilan.Sementara itu, di atas Surga Sembilan adalah tempat tinggal sekaligus tempat kerja Timnu, manajer umum Hainiken.Hari ini, Werdi dan Raina datang secara khusus untuk mencari Timnu.Tadi malam, saat Hainiken dihancurkan oleh Ardika, Timnu tidak berada di tempat. Pagi ini pria itu baru kembali. Jadi, Werdi dan Raina berencana untuk membujuk Timnu turun tangan menangani masalah ini, mencari Ardika dan membalaskan dendam pada bocah itu.Tadi malam, setelah jari mereka dipotong, mereka segera pergi ke rumah sakit untuk menyambungkan nyari mereka kembali.Hanya saja, pihak rumah sakit mengatakan bahwa biarpun jari mereka sudah disambung kembali, kelak juga tetap tidak bisa bergerak dengan leluasa seperti sedia kala lagi.Dengan kata lain, boleh dibilang jari mereka itu sudah dilumpuhkan, hanya terlihat masih ada tetapi sesungguhnya sudah tidak berguna lagi.Hal ini membuat Werdi dan Raina memendam kebencian yang mendalam terhadap