Pak Farlin menggelengkan kepalanya.Louis menjadi sangat marah setelah mendengar ini."Pak tua, berita tentangmu begitu heboh hingga membuatmu takabur dan kamu nggak mau menyembuhkan ayahku cuma karena aku menculikmu!""Kamu yang seperti ini masih menyebut dirimu seorang dokter terkenal? Cuih, kamu cuma pria tua yang berusaha mendapatkan ketenaran!"Wajah Sam terlihat datar dan tidak ada niat untuk menghentikannya."Pencuri saja punya caranya sendiri, apalagi dokter."Pak Farlin berkata, "Aku nggak akan mengobati pengkhianat dan orang jahat.""Pak tua, kamu ini mau cari mati, ya!?"Louis sangat marah, "Setelah datang ke wilayahku, kamu pikir bisa nggak mengobatinya cuma karena kamu berkata begitu!?""Pergi dan cari tahu siapa Sam yang Tak Terkalahkan dan apa statusnya di Kota Serambi!""Sam yang Tak Terkalahkan?"Pak Farlin tersenyum, "Lebih baik ganti nama ayahmu. Kalau nggak, takutnya itu akan membawa bencana bagi keluargamu."Saat ini tidak hanya Louis yang naik pitam.Sam juga mema
"Benar, aku jatuh cinta pada Nona Tina pada pandangan pertama!"Louis sendiri tidak menyangka ayahnya memahami pikirannya dengan baik.Dia langsung mengangguk dengan kegirangan."Tuan Sam, tolong kalau bercanda jangan kelewatan!"Raut wajah Tina muram dan marah.Tidak peduli berapa tahun lebih tua Louis, dia sudah hampir seumuran dengan ayahnya.Putra Louis sendiri hanya beberapa tahun lebih muda darinya.Orang ini benar-benar mempermalukan dirinya."Kalau kamu nggak mau, silakan kembali."Sam berkata dengan acuh tak acuh."Hari ini aku akan menjemput Pak Farlin kembali."Tina juga marah.Sam mendengus, "Kenapa, bahkan Alden sendiri harus bersikap sopan saat melihatku. Beraninya kamu si gadis kecil ini nggak sopan padaku?"Begitu Sam selesai berbicara, dua barisan pria berjas masuk.Mereka menatap Tina dengan tatapan membara."Nona Tina, silakan kembali."Seorang master yang memimpin berkata dengan dingin."Tuan Sam, hari ini aku sudah mengingat keramahan ini. Kelak aku akan membalasny
Akan tetapi, yang membuat Ardika tidak berdaya adalah Luna sudah memerintahkannya untuk tidak meninggalkan rumah dengan tegas.Kalau tidak, dia akan langsung pergi ke Kota Serambi dan bertemu Sam.Dalam keputusasaan, dia tidak punya pilihan selain mengeluarkan ponselnya dan menelepon Jesika, "Suruh Yoga untuk mencari Sam dan membawa Pak Farlin kembali sebelum makan malam hari ini.""Suruh putra dan anak buahnya yang pergi ke rumah sakit untuk menculik orang datang berlutut dan meminta maaf kepada orang tuaku.""Kalau sampai ada sesuatu yang terjadi pada Pak Farlin, Keluarga Mahasura di Kota Serambi akan musnah."Setelah meletakkan ponsel.Baru pada saat itulah Ardika menyadari suasananya agak sunyi.Seluruh keluarga menatapnya dengan terkejut."Hahaha, Ardika. Mulutmu besar sekali. Meskipun Doni mabuk, dia nggak berani berbicara sepertimu!"Amanda tertawa terbahak-bahak.Desi yang sadar kembali ingin menggali lubang di lantai."Ardika, sesuatu telah terjadi pada Pak Farlin dan kamu mas
Yoga langsung melangkah maju dan menangkupkan tangannya."Tuan Besar, orang itu menyuruhmu membawa Pak Farlin kembali ke Kota Banyuli sebelum makan malam.""Juga menyuruh Kak Louis serta beberapa orang lainnya yang pergi menculik Pak Farlin pergi ke Vila Cakrawala di Kota Banyuli dan berlutut untuk meminta maaf kepada pasangan yang mereka pukul.""Kalau ada sesuatu yang terjadi pada Pak Farlin, Keluarga Mahasura di Kota Serambi akan musnah!"Mendengar ini, Pak Farlin tersenyum.Dia sudah tahu Ardika-lah yang turun tangan.Akan tetapi, Tina mengerutkan kening.Dia juga langsung tahu ini pasti ucapan Ardika.Ternyata orang besar yang meminta Yoga menyampaikan pesan adalah Ardika.Wajah ayah dan anak Keluarga Mahasura itu terlihat marah."Yoga, kamu cari mati, ya!?"Louis tiba-tiba berdiri dan menunjuk ke arahnya dengan marah.Wajah Sam tidak menunjukkan ekspresi apa pun.Gedebuk!Yoga sangat ketakutan hingga langsung berlutut dan menjelaskan, "Tuan Besar, bukan aku yang mengatakan ini. A
Yoga langsung diusir dari vila.Tina ingin memohon belas kasihan untuk Ardika, tetapi Sam menolak tanpa ragu."Orang yang nggak penting saja berani berkoar-koar. Dasar nggak tahu diuntung. Kali ini nggak akan ada yang bisa menyelamatkannya!"Kali ini Sam sangat marah.Ternyata menantu yang tidak berguna berpura-pura menjadi Dewa Perang yang hampir membuatnya takut bukan kepalang saat itu juga.Ini hampir menciptakan lelucon besar."Haha, Kak Sam, seorang pecundang yang bisa dibunuh dengan satu jari nggak pantas untuk dimarahi olehmu."Kendy tertawa dan membujuk Sam.Sam bertanya dengan tenang, "Dik, ada apa kamu datang kemari?""Aku juga datang karena masalah Pak Farlin. Kumohon padamu untuk memberi Keluarga Mahasura di ibu kota provinsi muka dan mengizinkanku membawa Pak Farlin pulang."Kendy berkata sambil tersenyum pada Pak Farlin.Dia belum tahu.Saat dia menyebut Ardika tidak berguna, Pak Farlin diam-diam mencibir.Tidak ada tanggapan apa pun atas kebaikannya."Bawa pergi? Nggak,
"Hm? Dia begitu gila?"Ardika tiba-tiba tertawa dengan marah."Oke, aku mengerti."Dia mengakhiri panggilan.Saat ini, Luna datang dengan wajah pucat."Ardika, aku bisa mengendalikan kakimu, tapi nggak bisa mengendalikan mulutmu, 'kan!?"Dia memelototi Ardika."Ada apa, Luna?"Desi langsung bertanya."Dia benar-benar menyuruh Yoga untuk menyampaikan pesan, berpura-pura menjadi Dewa Perang dan sekarang Sam memintanya untuk berlutut di depannya sebelum makan malam!"Luna berkata dengan tidak berdaya."Ardika, mau cari mati, ya? Meskipun ingin menyelamatkan Pak Farlin, kamu nggak perlu berpura-pura menjadi Dewa Perang. Sepertinya kamu belum cukup menerima pelajaran!"Desi mencubit telinga Ardika dengan keras."Kak, aku benar-benar tercengang. Bagaimana kamu bisa tahan dengan menantu yang aneh ini?"Amanda juga tidak menyangka Ardika begitu ahli dalam mencari mati bagi dirinya sendiri."Katakan, sekarang bagaimana? Pak Farlin sudah cukup mengkhawatirkan, tapi sekarang kamu menjadi sasaran
"Bam!"Seiring dengan suara hantaman yang keras, di persimpangan jalan, sebuah plakat berwarna hitam yang beratnya mencapai puluhan kilogram itu terjatuh ke tanah.Bahkan, plakat tersebut hancur berkeping-keping.Saat ini, di Jalan Malister, baik pejalan kaki maupun mobil berhenti.Mereka tercengang menyaksikan pemandangan yang terpampang jelas di hadapan mereka itu.Sam adalah sosok raja preman yang sudah berjaya di Kota Serambi selama puluhan tahun.Hari ini, plakat kediamannya malah dihancurkan oleh orang lain!Sangat jelas bahwa ada orang yang hendak menghancurkan sosok raja preman tersebut!"Siapa yang berani menghancurkan plakat Tuan Sam?! Cari mati, ya?!"Keributan sebesar itu mengguncang para pengawal kediaman sang raja preman.Sekelompok pria bertubuh kekar yang mengenakan setelan formal berteriak dengan marah dan bergegas keluar."Aku yang menghancurkannya, memangnya kenapa?" kata Thomas dengan acuh tak acuh. Dia melangkahkan kakinya dengan sangat santai."Kamu benar-benar ca
Begitu mendengar suara dingin itu, Sam mengerutkan keningnya."Louis, siapa yang berada di luar?!" tanyanya dengan suara dalam.Namun, Louis tidak menjawab pertanyaan ayahnya."Kamu mau mematahkan tangan dan kakiku?" tanya orang itu sekali lagi dengan dingin."Eh ... itu .... Aku ... aku hanya bercanda ..." kata Louis dengan terbata-bata, bahkan nada bicaranya terdengar seperti orang terisak.Pada akhirnya, Sam menyadari ada yang tidak beres. Dia segera meletakkan cangkirnya dan mengalihkan pandangannya ke arah pintu.Louis tampak berdiri membelakangi ayahnya.Dia mengangkat kedua tangannya dan melangkah mundur dengan sangat berhati-hati.Detik berikutnya, Sam langsung tersentak.Kelopak matanya mulai melompat tanpa henti.Saat ini, Louis melangkah mundur dengan ditodong oleh sebuah pistol!Sambil menodong Louis, Thomas melangkah selangkah demi selangkah menuju ke dalam vila tersebut.Sementara itu, Ardika dan Tina mengikutinya dari belakang dalam diam.Di belakang mereka, ada anggota
Sambil menggertakkan giginya dengan emosi, Sofian berusaha keras untuk merangkak bangkit kembali. Ekspresinya sudah tampak sangat muram.Dulu, bagian tulang rusuknya pernah mengalami cedera, masih belum sepenuhnya pulih. Bagian inilah bagian paling rentan di tubuhnya.Biasanya, saat melawan para ahli bela diri, dia akan memperhatikan untuk melindungi bagian tulang rusuknya itu.Namun, hari ini karena menganggap remeh Werdi, dia sama sekali tidak memperhatikan hal itu.Saat pertama kali Werdi menyerang bagian tulang rusuknya, dia juga tidak berpikir banyak. Siapa sangka kali ini di bawah arahan dari Ardika, Werdi kembali menyerang titik kelemahannya itu dengan tepat."Eh, bajingan, tutup mulutmu! Setelah aku melumpuhkan Werdi, akan kuhabisi kamu!"Sofian sudah bertekad untuk melumpuhkan Werdi.Dia tidak akan berhenti sebelum menginjak-injak bocah yang satu ini."Mati kamu!"Sambil mengatupkan giginya dengan rapat, Sofian berteriak dengan keras. Kemudian, dia kembali menerjang ke arah We
"Mati saja sana!"Saat berbicara, Sofian meneriakkan tiga patah kata itu dengan marah. Kemudian, dia langsung menerjang ke arah Werdi. Tinjunya yang besar itu membelah udara, melesat menuju ke dahi Werdi.Sebelum tinju itu mendarat ke sasaran, aura membunuh yang menakutkan sudah menyelimuti target.Saking ketakutannya, jiwa Werdi seperti sudah meninggalkan raganya. Secara naluriah, dia ingin menghindari serangan tersebut.Tepat pada saat ini, suara Ardika tiba-tiba terdengar olehnya. "Mundur selangkah dengan kaki kananmu, lalu pukul bagian tulang rusuknya!"Kata-kata yang singkat, padat dan jelas ini, membuat Werdi bisa langsung memahaminya tanpa harus berpikir lagi.Seolah-olah menemukan penyelamatnya, tubuhnya bergerak mengikuti instruksi Ardika dengan refleks."Plak ...."Tubuh Werdi menghindar ke kanan, kebetulan berhasil menghindari serangan mematikan dari Sofian itu. Pada saat bersamaan, dia melayangkan pukulan yang tepat mengenai bagian tulang rusuk Sofian yang terekspos itu."P
Seolah-olah baru tercerahkan, Futari berkata, "Jadi, kamu hanya sedang memanas-manasi situasi, bukan benar-benar ingin membantu mereka, 'kan?"Dia hampir lupa hari ini Werdi dan yang lainnya memanggil Ardika ke Sekolah Bela Diri Sopran, pasti punya niat jahat.Jangankan membantu mereka, Ardika tidak memanfaatkan kesempatan ini untuk menjatuhkan mereka saja, juga sudah cukup "setia kawan"."Kak Ardika, kalau begitu kita mundur saja lebih jauh lagi. Kalau sampai terjadi sesuatu, kita juga bisa lebih cepat kabur!"Futari langsung menarik Ardika mundur menuju ke arah pintu keluar. Dia menyaksikan pertunjukan yang sedang berlangsung itu dengan ekspresi menikmati."Sialan!"Menyaksikan pemandangan ini melalui sudut matanya, Werdi yang sudah babak belur akibat perkelahian itu hampir muntah darah.Hanya menyulut api tanpa bertanggung jawab memadamkan api.Dia pernah melihat orang yang tidak tahu malu, tetapi tidak pernah melihat orang yang begitu tidak tahu malu!Tentu saja Ardika sama sekali
Orang-orang yang bisa mengikuti Sofian, tentu saja adalah anggota-anggota inti Organisasi Snakei cabang Provinsi Denpapan yang memihak pada Wilgo. Masing-masing di antara mereka memiliki kemampuan bela diri yang luar biasa.Di sisi lain, sekelompok tuan muda seperti Werdi juga bukanlah tipe orang yang mudah ditindas.Mereka juga sedikit berkemampuan. Kalau tidak, biarpun ada dukungan dari keluarga mereka, mereka juga tidak berani menantang kelompok Sofian.Dalam sekejap mata, perkelahian sengit antara dua kelompok itu pun dimulai.Namun, sepanjang proses itu berlangsung, kedua belah pihak masih mengendalikan diri mereka. Mereka hanya berkelahi dengan tangan kosong, tidak ada yang mengeluarkan senjata.Bagaimanapun juga, di antara kedua belah pihak ini, keduanya memiliki latar belakang yang cukup kuat.Yang satunya memiliki Organisasi Snakei cabang Provinsi Denpapan sebagai pendukung, sedangkan yang satunya lagi memiliki Timnu, orang kepercayaan Jerfis sebagai pendukung.Berkelahi bukan
Sofian Remax, ahli bela diri yang menempati perangkat pertama di antara generasi muda Organisasi Snakei cabang Provinsi Denpapan.Kekuatan orang ini luar biasa besar, dia sudah memberikan kontribusi besar untuk Wilgo.Dengar-dengar, guru orang ini adalah salah seorang tetua dari Organisasi Snakei cabang Gotawa. Alasan mengapa dia bergabung dengan cabang Provinsi Denpapan adalah untuk mencari pengalaman, agar suatu hari nanti dia bisa menduduki posisi ketua cabang.Juga ada yang mengatakan bahwa kekuatan Sofian sudah bisa mengejar Vita, salah satu dari sepuluh orang berbakat Organisasi Snakei cabang Gotawa.Terlebih lagi, itu adalah situasi satu tahun yang lalu.Kekuatan Sofian sekarang mungkin sudah jauh lebih kuat lagi!Jadi, ada rumor yang beredar bahwa kali ini Wilgo ingin berduel dengan pihak Vita dan Cahdani, perwakilan utamanya adalah Sofian ini.Hal ini juga membuat Sofian menjadi orang yang populer di kalangan kelas atas ibu kota provinsi.Sementara itu, konflik antara Sofian d
Werdi membungkukkan badannya di hadapan Ardika dengan sopan.Raina dan yang lainnya juga berkata dengan penuh hormat, "Kak Ardika, kamu adalah orang yang berbesar hati, beri kami kesempatan untuk mengungkapkan permintaan maaf kami padamu, ya!""Ibarat nggak kenal maka nggak sayang. Kelak kita adalah teman baik. Kak Ardika, kamu adalah kakak kami!"Menyaksikan pemandangan ini, Futari yang berdiri di samping Ardika pun kebingungan.Dia tahu Werdi dan yang lainnya punya niat jahat, dia sudah mempersiapkan mentalnya untuk menghadapi mereka yang akan mempersulit kakak iparnya.Namun, siapa sangka mereka benar-benar meminta maaf pada Ardika?Pertunjukan apa yang mereka mainkan ini?"Setelah melakukan kesalahan, tahu mengintrospeksi diri adalah hal yang baik. Aku juga bukan tipe orang yang berpemikiran sempit."Saat ini, Ardika berkata dengan acuh tak acuh, "Kalau begitu, kejadian tadi malam sudah berlalu, anggap saja nggak pernah terjadi. Kelak kita semua adalah teman.""Hahaha, Kak Ardika b
Sementara itu, di antara sekian banyaknya sekolah bela diri ini, tentu saja yang paling terkenal adalah sekolah bela diri di bawah naungan Organisasi Snakei cabang Provinsi Denpapan, Sekolah Bela Diri Sopran. Akan tetapi, sesungguhnya sekolah bela diri ini dikendalikan oleh Keluarga Gozali.Usai memarkirkan mobilnya, saat Ardika berjalan menuju ke Sekolah Bela Diri Sopran bersama Futari, dia melihat ada sebuah bangunan kuno yang dipenuhi gaya Negara Jepara berlokasi di seberang sekolah bela diri."Sekolah Bela Diri Laido!"Sebuah papan yang tergantung di depan pintu, bertuliskan empat kata menggunakan bahasa Negara Nusantara itu membuat Ardika menghentikan langkah kakinya. Dia menyipitkan matanya.Aura membunuh kuat yang biasanya hanya bisa dirasakan oleh Ardika terpancar dari empat kata besar tersebut!Sekolah Bela Diri Laido ini merupakan sekolah bela diri yang pasti bisa menempati peringkat tiga besar di antara sekian banyaknya sekolah bela diri di Negara Jepara. Banyak ahli bela di
Walaupun Ardika tidak memiliki kesan baik terhadap Tuan Besar Keluarga Liwanto ini, tetapi karena ini menyangkut hal besar ibu mertuanya, dia hanya mengangguk."Baiklah, saat senggang nanti aku akan pergi memilihkan hadiah untuk beliau. Futari, kamu juga bantu beri aku referensi, ya."Futari mengangguk dengan patuh.Tepat pada saat ini, ponselnya berdering."Raina menelepon lagi."Melihat nama yang berkedip di layar ponselnya, Futari langsung mengerutkan hidungnya.Dia sama sekali tidak ingin menerima panggilan telepon dari Raina.Namun, setelah Futari menolak panggilan telepon tersebut, Raina kembali meneleponnya, membombardirnya dengan panggilan telepon berturut-turut.Dengan sorot mata agak dingin, Ardika berkata, "Kalau nggak, kamu jawab aja teleponnya. Mari kita lihat apa yang ingin dikatakan oleh wanita itu."Kalau wanita itu ingin mencari masalah dengan Futari, itu artinya pelajaran yang diberikannya pada wanita itu malam sebelumnya masih belum cukup.Mendengar ucapan kakak ipar
Ardika menepuk dahi adik sepupunya itu, lalu berkata, "Eh, sudah, sudah. Kencan pagi-pagi buta? Apa yang kamu pikirkan?""Siapa tahu? Mungkin saja kamu takut kalau malam hari tiba, Kak Luna tiba-tiba memeriksa keberadaanmu."Dengan memasang ekspresi arogan, Futari berkata, "Intinya, aku harus menggantikan Kak Luna untuk mengawasimu!""Satu hal lagi, sebenarnya ada apa di antara kamu dengan Nona Rosa?""Pagi hari ini Raina mengirimkan pesan untuk menakut-nakutiku! Dia bilang sekarang rumor mengenai tadi malam kamu menghabiskan malam bersama Nona Rosa sudah tersebar di kalangan kelas atas ibu kota provinsi. Setelah Jerfis, salah satu dari tujuh tuan muda ibu kota provinsi itu kembali, pasti akan mencari perhitungan denganmu!"Ardika berkata dengan tidak berdaya, "Bukankah kamu tahu tadi malam aku berada di mana?""Tentu saja aku tahu Kak Ardika berada di rumah bersamaku, tapi orang lain nggak tahu."Futari mendecakkan lidahnya dan berkata, "Apalagi tadi malam kamu meminta Nona Rosa untuk