Akan tetapi, yang membuat Ardika tidak berdaya adalah Luna sudah memerintahkannya untuk tidak meninggalkan rumah dengan tegas.Kalau tidak, dia akan langsung pergi ke Kota Serambi dan bertemu Sam.Dalam keputusasaan, dia tidak punya pilihan selain mengeluarkan ponselnya dan menelepon Jesika, "Suruh Yoga untuk mencari Sam dan membawa Pak Farlin kembali sebelum makan malam hari ini.""Suruh putra dan anak buahnya yang pergi ke rumah sakit untuk menculik orang datang berlutut dan meminta maaf kepada orang tuaku.""Kalau sampai ada sesuatu yang terjadi pada Pak Farlin, Keluarga Mahasura di Kota Serambi akan musnah."Setelah meletakkan ponsel.Baru pada saat itulah Ardika menyadari suasananya agak sunyi.Seluruh keluarga menatapnya dengan terkejut."Hahaha, Ardika. Mulutmu besar sekali. Meskipun Doni mabuk, dia nggak berani berbicara sepertimu!"Amanda tertawa terbahak-bahak.Desi yang sadar kembali ingin menggali lubang di lantai."Ardika, sesuatu telah terjadi pada Pak Farlin dan kamu mas
Yoga langsung melangkah maju dan menangkupkan tangannya."Tuan Besar, orang itu menyuruhmu membawa Pak Farlin kembali ke Kota Banyuli sebelum makan malam.""Juga menyuruh Kak Louis serta beberapa orang lainnya yang pergi menculik Pak Farlin pergi ke Vila Cakrawala di Kota Banyuli dan berlutut untuk meminta maaf kepada pasangan yang mereka pukul.""Kalau ada sesuatu yang terjadi pada Pak Farlin, Keluarga Mahasura di Kota Serambi akan musnah!"Mendengar ini, Pak Farlin tersenyum.Dia sudah tahu Ardika-lah yang turun tangan.Akan tetapi, Tina mengerutkan kening.Dia juga langsung tahu ini pasti ucapan Ardika.Ternyata orang besar yang meminta Yoga menyampaikan pesan adalah Ardika.Wajah ayah dan anak Keluarga Mahasura itu terlihat marah."Yoga, kamu cari mati, ya!?"Louis tiba-tiba berdiri dan menunjuk ke arahnya dengan marah.Wajah Sam tidak menunjukkan ekspresi apa pun.Gedebuk!Yoga sangat ketakutan hingga langsung berlutut dan menjelaskan, "Tuan Besar, bukan aku yang mengatakan ini. A
Yoga langsung diusir dari vila.Tina ingin memohon belas kasihan untuk Ardika, tetapi Sam menolak tanpa ragu."Orang yang nggak penting saja berani berkoar-koar. Dasar nggak tahu diuntung. Kali ini nggak akan ada yang bisa menyelamatkannya!"Kali ini Sam sangat marah.Ternyata menantu yang tidak berguna berpura-pura menjadi Dewa Perang yang hampir membuatnya takut bukan kepalang saat itu juga.Ini hampir menciptakan lelucon besar."Haha, Kak Sam, seorang pecundang yang bisa dibunuh dengan satu jari nggak pantas untuk dimarahi olehmu."Kendy tertawa dan membujuk Sam.Sam bertanya dengan tenang, "Dik, ada apa kamu datang kemari?""Aku juga datang karena masalah Pak Farlin. Kumohon padamu untuk memberi Keluarga Mahasura di ibu kota provinsi muka dan mengizinkanku membawa Pak Farlin pulang."Kendy berkata sambil tersenyum pada Pak Farlin.Dia belum tahu.Saat dia menyebut Ardika tidak berguna, Pak Farlin diam-diam mencibir.Tidak ada tanggapan apa pun atas kebaikannya."Bawa pergi? Nggak,
"Hm? Dia begitu gila?"Ardika tiba-tiba tertawa dengan marah."Oke, aku mengerti."Dia mengakhiri panggilan.Saat ini, Luna datang dengan wajah pucat."Ardika, aku bisa mengendalikan kakimu, tapi nggak bisa mengendalikan mulutmu, 'kan!?"Dia memelototi Ardika."Ada apa, Luna?"Desi langsung bertanya."Dia benar-benar menyuruh Yoga untuk menyampaikan pesan, berpura-pura menjadi Dewa Perang dan sekarang Sam memintanya untuk berlutut di depannya sebelum makan malam!"Luna berkata dengan tidak berdaya."Ardika, mau cari mati, ya? Meskipun ingin menyelamatkan Pak Farlin, kamu nggak perlu berpura-pura menjadi Dewa Perang. Sepertinya kamu belum cukup menerima pelajaran!"Desi mencubit telinga Ardika dengan keras."Kak, aku benar-benar tercengang. Bagaimana kamu bisa tahan dengan menantu yang aneh ini?"Amanda juga tidak menyangka Ardika begitu ahli dalam mencari mati bagi dirinya sendiri."Katakan, sekarang bagaimana? Pak Farlin sudah cukup mengkhawatirkan, tapi sekarang kamu menjadi sasaran
"Bam!"Seiring dengan suara hantaman yang keras, di persimpangan jalan, sebuah plakat berwarna hitam yang beratnya mencapai puluhan kilogram itu terjatuh ke tanah.Bahkan, plakat tersebut hancur berkeping-keping.Saat ini, di Jalan Malister, baik pejalan kaki maupun mobil berhenti.Mereka tercengang menyaksikan pemandangan yang terpampang jelas di hadapan mereka itu.Sam adalah sosok raja preman yang sudah berjaya di Kota Serambi selama puluhan tahun.Hari ini, plakat kediamannya malah dihancurkan oleh orang lain!Sangat jelas bahwa ada orang yang hendak menghancurkan sosok raja preman tersebut!"Siapa yang berani menghancurkan plakat Tuan Sam?! Cari mati, ya?!"Keributan sebesar itu mengguncang para pengawal kediaman sang raja preman.Sekelompok pria bertubuh kekar yang mengenakan setelan formal berteriak dengan marah dan bergegas keluar."Aku yang menghancurkannya, memangnya kenapa?" kata Thomas dengan acuh tak acuh. Dia melangkahkan kakinya dengan sangat santai."Kamu benar-benar ca
Begitu mendengar suara dingin itu, Sam mengerutkan keningnya."Louis, siapa yang berada di luar?!" tanyanya dengan suara dalam.Namun, Louis tidak menjawab pertanyaan ayahnya."Kamu mau mematahkan tangan dan kakiku?" tanya orang itu sekali lagi dengan dingin."Eh ... itu .... Aku ... aku hanya bercanda ..." kata Louis dengan terbata-bata, bahkan nada bicaranya terdengar seperti orang terisak.Pada akhirnya, Sam menyadari ada yang tidak beres. Dia segera meletakkan cangkirnya dan mengalihkan pandangannya ke arah pintu.Louis tampak berdiri membelakangi ayahnya.Dia mengangkat kedua tangannya dan melangkah mundur dengan sangat berhati-hati.Detik berikutnya, Sam langsung tersentak.Kelopak matanya mulai melompat tanpa henti.Saat ini, Louis melangkah mundur dengan ditodong oleh sebuah pistol!Sambil menodong Louis, Thomas melangkah selangkah demi selangkah menuju ke dalam vila tersebut.Sementara itu, Ardika dan Tina mengikutinya dari belakang dalam diam.Di belakang mereka, ada anggota
Tina hanya menanggapi ucapan Ardika dengan mendengus.Dia tahu begitu Thomas datang, Ardika menjadi sangat percaya diri.Pria itu mulai berlagak hebat dengan memanfaatkan kekuatan orang lain lagi.Namun, menurutnya pria itu cukup tahu diri karena tidak menyebut-nyebut diri sendiri sebagai Dewa Perang Ardika lagi.Kalau tidak, Thomas pasti akan menghabisinya!Sam berlutut di lantai dengan sekujur tubuh yang gemetaran tanpa henti.Tentu saja dia tidak akan menganggap serius ucapan Ardika.Dia sudah memutuskan bahwa mulai hari ini dia tidak akan menggunakan julukan "Sam yang Tak Terkalahkan" lagi.Ardika berjalan ke arah kursi malas dan duduk, lalu bertanya, "Siapa saja yang pergi ke rumah sakit untuk menangkap Pak Farlin?""Tuan Ardika, putraku yang membawa anggota ke rumah sakit. Aku akan segera memintanya untuk memanggil orang-orang itu masuk!"Sam masih berlutut di lantai, tubuhnya bergerak sesuai dengan arah gerak Ardika.Ardika hanya mengucapkan "hmm" singkat.Tak lama kemudian, lim
Begitu mendengar Sam mengatakan bersedia menyerahkan seluruh asetnya, diam-diam ada banyak orang yang mengagumi keputusan Sam.Pria itu bersedia menyerahkan seluruh asetnya demi menyelamatkan nyawanya!Namun, siapa suruh dia menyinggung Ardika."Oke, kalau begitu serahkan saja asetmu kepada negara."Ardika melambaikan tangannya, dia tidak berniat menerima aset Sam sebagai milik pribadinya.Dia sama sekali tidak tertarik dengan uang tersebut.Saat ini, dia berkata, "Selain itu, urusan dunia preman Kota Serambi serahkan saja pada Tina. Adapun mengenai kamu, sebaiknya kamu pensiun saja."Sebelum memasuki vila ini, kebetulan ada sebuah ide yang tebersit dalam benaknya, yaitu membantu Tina memperluas pengaruhnya di dunia preman.Dengan begitu, bisa mengurangi masalah yang dihadapinya dan Luna.Tina tertegun sejenak.Dia tidak menyangka nyali Ardika sebesar itu. Berani-beraninya Ardika meminta Sam untuk menyerahkan kekuasaan padanya.Dia melirik Thomas dan mendapati kakak sepupunya itu sama