แชร์

Bab 685 Bencana

ผู้เขียน: Sarjana
Pak Farlin menggelengkan kepalanya.

Louis menjadi sangat marah setelah mendengar ini.

"Pak tua, berita tentangmu begitu heboh hingga membuatmu takabur dan kamu nggak mau menyembuhkan ayahku cuma karena aku menculikmu!"

"Kamu yang seperti ini masih menyebut dirimu seorang dokter terkenal? Cuih, kamu cuma pria tua yang berusaha mendapatkan ketenaran!"

Wajah Sam terlihat datar dan tidak ada niat untuk menghentikannya.

"Pencuri saja punya caranya sendiri, apalagi dokter."

Pak Farlin berkata, "Aku nggak akan mengobati pengkhianat dan orang jahat."

"Pak tua, kamu ini mau cari mati, ya!?"

Louis sangat marah, "Setelah datang ke wilayahku, kamu pikir bisa nggak mengobatinya cuma karena kamu berkata begitu!?"

"Pergi dan cari tahu siapa Sam yang Tak Terkalahkan dan apa statusnya di Kota Serambi!"

"Sam yang Tak Terkalahkan?"

Pak Farlin tersenyum, "Lebih baik ganti nama ayahmu. Kalau nggak, takutnya itu akan membawa bencana bagi keluargamu."

Saat ini tidak hanya Louis yang naik pitam.

Sam juga mema
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
บทที่ถูกล็อก

บทที่เกี่ยวข้อง

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 686 Begitu Saja

    "Benar, aku jatuh cinta pada Nona Tina pada pandangan pertama!"Louis sendiri tidak menyangka ayahnya memahami pikirannya dengan baik.Dia langsung mengangguk dengan kegirangan."Tuan Sam, tolong kalau bercanda jangan kelewatan!"Raut wajah Tina muram dan marah.Tidak peduli berapa tahun lebih tua Louis, dia sudah hampir seumuran dengan ayahnya.Putra Louis sendiri hanya beberapa tahun lebih muda darinya.Orang ini benar-benar mempermalukan dirinya."Kalau kamu nggak mau, silakan kembali."Sam berkata dengan acuh tak acuh."Hari ini aku akan menjemput Pak Farlin kembali."Tina juga marah.Sam mendengus, "Kenapa, bahkan Alden sendiri harus bersikap sopan saat melihatku. Beraninya kamu si gadis kecil ini nggak sopan padaku?"Begitu Sam selesai berbicara, dua barisan pria berjas masuk.Mereka menatap Tina dengan tatapan membara."Nona Tina, silakan kembali."Seorang master yang memimpin berkata dengan dingin."Tuan Sam, hari ini aku sudah mengingat keramahan ini. Kelak aku akan membalasny

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 687 Yoga Menyampaikan Pesan

    Akan tetapi, yang membuat Ardika tidak berdaya adalah Luna sudah memerintahkannya untuk tidak meninggalkan rumah dengan tegas.Kalau tidak, dia akan langsung pergi ke Kota Serambi dan bertemu Sam.Dalam keputusasaan, dia tidak punya pilihan selain mengeluarkan ponselnya dan menelepon Jesika, "Suruh Yoga untuk mencari Sam dan membawa Pak Farlin kembali sebelum makan malam hari ini.""Suruh putra dan anak buahnya yang pergi ke rumah sakit untuk menculik orang datang berlutut dan meminta maaf kepada orang tuaku.""Kalau sampai ada sesuatu yang terjadi pada Pak Farlin, Keluarga Mahasura di Kota Serambi akan musnah."Setelah meletakkan ponsel.Baru pada saat itulah Ardika menyadari suasananya agak sunyi.Seluruh keluarga menatapnya dengan terkejut."Hahaha, Ardika. Mulutmu besar sekali. Meskipun Doni mabuk, dia nggak berani berbicara sepertimu!"Amanda tertawa terbahak-bahak.Desi yang sadar kembali ingin menggali lubang di lantai."Ardika, sesuatu telah terjadi pada Pak Farlin dan kamu mas

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 688 Orang Besar Bernama Ardika yang Tak Terkalahkan

    Yoga langsung melangkah maju dan menangkupkan tangannya."Tuan Besar, orang itu menyuruhmu membawa Pak Farlin kembali ke Kota Banyuli sebelum makan malam.""Juga menyuruh Kak Louis serta beberapa orang lainnya yang pergi menculik Pak Farlin pergi ke Vila Cakrawala di Kota Banyuli dan berlutut untuk meminta maaf kepada pasangan yang mereka pukul.""Kalau ada sesuatu yang terjadi pada Pak Farlin, Keluarga Mahasura di Kota Serambi akan musnah!"Mendengar ini, Pak Farlin tersenyum.Dia sudah tahu Ardika-lah yang turun tangan.Akan tetapi, Tina mengerutkan kening.Dia juga langsung tahu ini pasti ucapan Ardika.Ternyata orang besar yang meminta Yoga menyampaikan pesan adalah Ardika.Wajah ayah dan anak Keluarga Mahasura itu terlihat marah."Yoga, kamu cari mati, ya!?"Louis tiba-tiba berdiri dan menunjuk ke arahnya dengan marah.Wajah Sam tidak menunjukkan ekspresi apa pun.Gedebuk!Yoga sangat ketakutan hingga langsung berlutut dan menjelaskan, "Tuan Besar, bukan aku yang mengatakan ini. A

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 689 Reputasi Keluarga Mahasura dari Ibu Kota Provinsi Hancur

    Yoga langsung diusir dari vila.Tina ingin memohon belas kasihan untuk Ardika, tetapi Sam menolak tanpa ragu."Orang yang nggak penting saja berani berkoar-koar. Dasar nggak tahu diuntung. Kali ini nggak akan ada yang bisa menyelamatkannya!"Kali ini Sam sangat marah.Ternyata menantu yang tidak berguna berpura-pura menjadi Dewa Perang yang hampir membuatnya takut bukan kepalang saat itu juga.Ini hampir menciptakan lelucon besar."Haha, Kak Sam, seorang pecundang yang bisa dibunuh dengan satu jari nggak pantas untuk dimarahi olehmu."Kendy tertawa dan membujuk Sam.Sam bertanya dengan tenang, "Dik, ada apa kamu datang kemari?""Aku juga datang karena masalah Pak Farlin. Kumohon padamu untuk memberi Keluarga Mahasura di ibu kota provinsi muka dan mengizinkanku membawa Pak Farlin pulang."Kendy berkata sambil tersenyum pada Pak Farlin.Dia belum tahu.Saat dia menyebut Ardika tidak berguna, Pak Farlin diam-diam mencibir.Tidak ada tanggapan apa pun atas kebaikannya."Bawa pergi? Nggak,

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 690 Perhatikan dan Pelajari dengan Baik

    "Hm? Dia begitu gila?"Ardika tiba-tiba tertawa dengan marah."Oke, aku mengerti."Dia mengakhiri panggilan.Saat ini, Luna datang dengan wajah pucat."Ardika, aku bisa mengendalikan kakimu, tapi nggak bisa mengendalikan mulutmu, 'kan!?"Dia memelototi Ardika."Ada apa, Luna?"Desi langsung bertanya."Dia benar-benar menyuruh Yoga untuk menyampaikan pesan, berpura-pura menjadi Dewa Perang dan sekarang Sam memintanya untuk berlutut di depannya sebelum makan malam!"Luna berkata dengan tidak berdaya."Ardika, mau cari mati, ya? Meskipun ingin menyelamatkan Pak Farlin, kamu nggak perlu berpura-pura menjadi Dewa Perang. Sepertinya kamu belum cukup menerima pelajaran!"Desi mencubit telinga Ardika dengan keras."Kak, aku benar-benar tercengang. Bagaimana kamu bisa tahan dengan menantu yang aneh ini?"Amanda juga tidak menyangka Ardika begitu ahli dalam mencari mati bagi dirinya sendiri."Katakan, sekarang bagaimana? Pak Farlin sudah cukup mengkhawatirkan, tapi sekarang kamu menjadi sasaran

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 691 Kamu Mau Mematahkan Tangan dan Kakiku

    "Bam!"Seiring dengan suara hantaman yang keras, di persimpangan jalan, sebuah plakat berwarna hitam yang beratnya mencapai puluhan kilogram itu terjatuh ke tanah.Bahkan, plakat tersebut hancur berkeping-keping.Saat ini, di Jalan Malister, baik pejalan kaki maupun mobil berhenti.Mereka tercengang menyaksikan pemandangan yang terpampang jelas di hadapan mereka itu.Sam adalah sosok raja preman yang sudah berjaya di Kota Serambi selama puluhan tahun.Hari ini, plakat kediamannya malah dihancurkan oleh orang lain!Sangat jelas bahwa ada orang yang hendak menghancurkan sosok raja preman tersebut!"Siapa yang berani menghancurkan plakat Tuan Sam?! Cari mati, ya?!"Keributan sebesar itu mengguncang para pengawal kediaman sang raja preman.Sekelompok pria bertubuh kekar yang mengenakan setelan formal berteriak dengan marah dan bergegas keluar."Aku yang menghancurkannya, memangnya kenapa?" kata Thomas dengan acuh tak acuh. Dia melangkahkan kakinya dengan sangat santai."Kamu benar-benar ca

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 692 Ternyata Memang Benar Ardika yang Tak Terkalahkan

    Begitu mendengar suara dingin itu, Sam mengerutkan keningnya."Louis, siapa yang berada di luar?!" tanyanya dengan suara dalam.Namun, Louis tidak menjawab pertanyaan ayahnya."Kamu mau mematahkan tangan dan kakiku?" tanya orang itu sekali lagi dengan dingin."Eh ... itu .... Aku ... aku hanya bercanda ..." kata Louis dengan terbata-bata, bahkan nada bicaranya terdengar seperti orang terisak.Pada akhirnya, Sam menyadari ada yang tidak beres. Dia segera meletakkan cangkirnya dan mengalihkan pandangannya ke arah pintu.Louis tampak berdiri membelakangi ayahnya.Dia mengangkat kedua tangannya dan melangkah mundur dengan sangat berhati-hati.Detik berikutnya, Sam langsung tersentak.Kelopak matanya mulai melompat tanpa henti.Saat ini, Louis melangkah mundur dengan ditodong oleh sebuah pistol!Sambil menodong Louis, Thomas melangkah selangkah demi selangkah menuju ke dalam vila tersebut.Sementara itu, Ardika dan Tina mengikutinya dari belakang dalam diam.Di belakang mereka, ada anggota

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 693 Menghajar Louis

    Tina hanya menanggapi ucapan Ardika dengan mendengus.Dia tahu begitu Thomas datang, Ardika menjadi sangat percaya diri.Pria itu mulai berlagak hebat dengan memanfaatkan kekuatan orang lain lagi.Namun, menurutnya pria itu cukup tahu diri karena tidak menyebut-nyebut diri sendiri sebagai Dewa Perang Ardika lagi.Kalau tidak, Thomas pasti akan menghabisinya!Sam berlutut di lantai dengan sekujur tubuh yang gemetaran tanpa henti.Tentu saja dia tidak akan menganggap serius ucapan Ardika.Dia sudah memutuskan bahwa mulai hari ini dia tidak akan menggunakan julukan "Sam yang Tak Terkalahkan" lagi.Ardika berjalan ke arah kursi malas dan duduk, lalu bertanya, "Siapa saja yang pergi ke rumah sakit untuk menangkap Pak Farlin?""Tuan Ardika, putraku yang membawa anggota ke rumah sakit. Aku akan segera memintanya untuk memanggil orang-orang itu masuk!"Sam masih berlutut di lantai, tubuhnya bergerak sesuai dengan arah gerak Ardika.Ardika hanya mengucapkan "hmm" singkat.Tak lama kemudian, lim

บทล่าสุด

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2119 Hal yang Mudah

    Ardika menggelengkan kepalanya.Hingga saat seperti ini, wanita yang satu ini masih saja menunjukkan sikap angkuh yang konyol.Ardika berkata dengan memasang ekspresi mempermainkan, "Kalau begitu, coba kamu katakan, kamu berencana membalas budiku dengan cara apa?"Ekspresi Vita sedikit berubah. Kemudian, dia berkata dengan dingin, "Ardika, untuk apa kamu mempermalukanku seperti ini lagi di saat seperti ini?""Aku adalah orang lumpuh yang nggak punya apa-apa, bagaimana aku bisa membalas budimu?""Kekuasaan? Nggak ada seorang pun yang menganggap serius aku, wakil ketua cabang Provinsi Denpapan di atas nama ini. Bahkan, orang seperti Cahdani saja bisa mendesakku ke jalan buntu."Sekujur tubuh Cahdani gemetaran, dia buru-buru berkata, "Bu Vita, aku hanya gegabah sesaat! Sebenarnya aku sangat menghormatimu!"Vita melemparkan sorot mata dingin ke arah pria itu, tidak mengucapkan sepatah kata pun."Uang? Apa lagi uang, tentu saja aku nggak punya.""Ardika, kamu hanya suka melihat seorang wani

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2118 Memangnya Kamu Pantas Aku Permalukan

    "Ardika, kamu membawaku kembali untuk mempermalukanku, 'kan?"Vita meraba-raba pipinya yang terasa panas itu, lalu berkata dengan dingin, "Kamu bisa membunuhku, tapi nggak boleh mempermalukanku!"'Ardika?'Begitu mendengar Vita menyebut nama Ardika, Cahdani yang tergeletak di lantai dan berpura-pura mati itu, merasa nama ini agak familier, seperti pernah mendengar nama ini."Oh? Mempermalukanmu? Memangnya kamu pantas?"Ardika duduk di seberang Vita, mengeluarkan selembar tisu basah, lalu mengelap tangannya perlahan-lahan.Melihat pergerakan Ardika itu, Vita mengangkat alisnya, menarik napas dalam-dalam untuk menekan api amarah yang bergejolak dalam hatinya.Kemudian, dia tertawa getir dan berkata, "Ya, benar juga. Kamu adalah seseorang yang bahkan mampu menundukkan Pak Chamir. Kala itu, kamu juga melumpuhkanku hanya menggunakan satu tangan.""Bahkan saat itu saja aku nggak memenuhi kualifikasi untuk menjadi lawanmu, apalagi sekarang. Aku sudah menjadi orang lumpuh, bagaimana mungkin ak

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2117 Mengantarku

    Ardika mencabut empat sumpit yang tertancap di tangan Cahdani dengan santai, lalu berjalan keluar dengan membawa pria itu."Ka ... kamu mau membawa Tuan Muda Cahdani ke mana?"Jepi mengajukan pertanyaan itu dengan ekspresi gugup. Kali ini, dia bahkan tidak berani berbicara dengan suara yang terlalu keras, takut Ardika menyiksa Cahdani lagi.Ardika berkata dengan acuh tak acuh, "Biarkan Tuan Muda Cahdani mengantarku sebentar. Dua jam kemudian, aku akan mengirim orang untuk mengantarnya kembali.""Tapi selama dua jam ini, kalian semua harus tunggu di sini.""Kalau sampai ada yang diam-diam meninggalkan tempat ini, pergi satu, aku akan mematahkan satu lengan Cahdani, pergi dua, aku akan mematahkan satu kakinya, dan seterusnya ...."Selesa berbicara, Ardika langsung membawa Cahdani meninggalkan restoran di bawah tatapan banyak orang.Begitu melihat mobil Rolls-Royce yang mengkilap itu, Cahdani tahu kali ini dia benar-benar sudah menghadapi lawan yang tangguh.Bagi tokoh yang sudah mencapai

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2116 Ganti Tempat untuk Bicara

    Ardika bahkan tidak melirik Jepi yang sedang berteriak seperti sudah menggila itu, dia hanya berkata dengan acuh tak acuh, "Sepertinya kalian ini masih belum memetik pembelajaran juga, ya."Saat berbicara, dia kembali menusukkan sumpit dalam genggamannya ke dalam telapak tangan Cahdani."Ahhh ...."Cahdani mendongak seperti sudah menggila, seta mengeluarkan teriakan yang luar biasa menyedihkan.Akan tetapi, kedua tangannya seperti sudah terpaku di atas meja, dirinya seperti sudah terpaku di tempat. Dia meronta dengan sekuat tenaganya, tetapi juga tidak ada hasilnya.Ardika mengorek-ngorek telinganya sambil bertanya, "Ayo, coba ulangi sekali lagi, apa yang akan kalian lakukan kalau terjadi sesuatu pada Tuan Muda Cahdani?"Di bawah ada Cahdani yang sedang meronta sambil berteriak dengan menyedihkan, sedangkan di atas ada Ardika yang tampak sangat santai.Pemandangan yang sangat mengenaskan ini benar-benar mengguncang hati orang.Pada akhirnya, ekspresi marah Jepi dan yang lainnya berubah

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2115 Mati Bersama

    Ardika melayangkan satu demi satu tamparan ke wajah Cahdani tanpa berbelas kasihan.Tanpa butuh waktu lama, wajah bocah ini sudah rusak ditampar oleh Ardika.Menerima tamparan beruntun dari Ardika, Cahdani merasakan kepalanya sangat pusing.Hal yang tidak bisa diterimanya adalah, penghinaan yang menggerogoti jiwa dan raganya.Dia sudah hidup selama tiga puluh tahun, belum pernah dipermalukan seperti ini oleh orang lain."Dasar sialan! Kamu memperlakukanku seperti ini, apa kamu pernah memikirkan konsekuensinya?"Dengan mata memerah, Cahdani berteriak dengan marah."Ahh ...."Tanggapan yang didapatkannya adalah, sumpit kembali tertancap masuk ke telapak tangannya.Saat ini, kedua telapak tangan Cahdani mengeluarkan darah segar, bahkan sudah mewarnai meja di bawah tubuhnya hingga kemerahan.Saat ini, para pria kekar yang berada di sekeliling tempat itu, menggertakkan gigi mereka hingga gigi mereka nyaris hancur. Mereka benar-benar panik setengah mati.Namun, majikan mereka masih di tangan

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2114 Kejam

    "Ahhh ...."Cahdani kembali mengeluarkan suara teriakan menyedihkan.Rasa sakit yang tak tertahankan itu membuatnya menggelengkan kepalanya. Tubuhnya berkedut, terlihat sangat tersiksa.Tidak ada yang menyangka Ardika masih berani menyerang Cahdani dalam situasi seperti ini.Ditambah lagi, begitu dia menyerang, penyerangannya sangatlah kejam.Sumpit tersebut menembus telapak tangan Cahdani.Hanya dengan melihatnya saja, mereka bisa turut merasakan sakit yang dirasakan oleh Cahdani saat ini."Tuan Muda Cahdani, menurutmu, untuk apa kamu menyiksa diri sendiri seperti ini?""Yah, awalnya dengan menyetujui persyaratan-persyaratanku itu, kamu sudah bisa pergi dengan mudah, tapi kamu malah memaksaku untuk menyerangmu."Ardika mengulurkan tangannya untuk menepuk-nepuk wajah Cahdani dan berkata sambil tersenyum tipis, "Sia-sia saja kamu mengalami penderitaan ini ....""Aku ... aku ...."Sekujur tubuh Cahdani gemetaran, dia menatap Ardika dengan tatapan ketakutan.Saat ini, sikap arogan dan sem

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2113 Ini yang Dinamakan dengan Kualifikasi

    "Aku akan menghabisimu!"Pria kekar itu berteriak dengan ganas.Namun, sebelum dia sempat menarik pelatuknya, Levin tiba-tiba menerjang ke dalam pelukan pria kekar itu, lalu membanting pria kekar itu ke lantai.Saat pria kekar itu berteriak kaget akibat terjatuh, senjata api dalam genggamannya juga sudah direbut oleh Levin dan jatuh ke dalam genggaman Levin."Lumayan, latihan selama ini nggak sia-sia."Ardika tetap duduk dengan tenang di tempat duduknya, seulas senyum tipis mengembang di wajahnya.Sebelumnya, Levin hanya preman kecil-kecilan yang nggak berkemampuan sama sekali. Saat berkelahi, caranya tidak tepat. Apalagi kondisi tubuhnya, sangatlah lemah.Karena Tuan Muda Keluarga Septio itu bekerja untuknya, bahaya tidak akan bisa dihindari.Ardika tidak berharap Levin memiliki kekuatan yang luar biasa, dia hanya mengharapkan paling tidak pria itu bisa melindungi diri sendiri.Jadi, belakangan ini Levin terus berlatih dengan keras, mengundang guru untuk melatihnya dengan "kejam".Nam

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2112 Apa Kamu Ingin Latihan

    Melihat pemandangan itu, Levin yang peka segera mengambilkan dua lembar tisu untuk Ardika.Ardika menerima tisu yang disodorkan oleh Levin padanya. Sambil menyeka mulutnya dengan santai, dia berkata dengan nada bicara acuh tak acuh, "Cahdani, 'kan?""Aku beri kamu satu kesempatan terakhir, tinggalkan Vita di sini dan keluarkan 20 miliar.""Setelah bersujud mengakui kesalahan, sudah bisa pergi.""Kalau nggak, aku akan menepati janjiku. Hari ini kalian nggak akan bisa keluar dari restoran ini lagi."Selesai berbicara, Ardika secara khusus menekankan. "Perhatikan baik-baik, orang yang kusuruh bersujud mengakui kesalahan adalah kamu.""Oh, astaga ...."Begitu Ardika selesai berbicara, para pria dan wanita yang mengikuti Cahdani kemari langsung tertawa.Mereka semua menatap Ardika dengan sorot mata mengejek.Kalau sebelumnya saat Cahdani belum datang kemari, mereka masih bisa mengerti kalau Ardika mengucapkan beberapa patah kata yang menganggap remeh Cahdani dan membual di sana.Namun sekar

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2111 Apa Kamu Berani Menerima

    Cahdani selalu memperlakukan orang-orangnya sesuka hatinya.Tepat di hadapan para anak buahnya, dia melayangkan beberapa tamparan ke wajah Jepi. "Satu hal lagi, memukul orang jangan memukul wajahnya! Apa kamu nggak tahu hal ini? Kamu memukuli wajah wanita itu hingga babak belur, bagaimana aku bisa menikmatinya lagi?""Dasar bodoh! Aku benar-benar ingin menampar mati kamu!"Selesai berbicara, Cahdani kembali melayangkan satu tamparan ke wajah Jepi.Akibat tamparan bertubi-tubi itu, Jepi sampai melangkah mundur lagi dan lagi. Dia merasa malu sekaligus marah.Akan tetapi, identitas Cahdani terpampang nyata di sana, membuatnya tidak berani melawan sama sekali.Dia mengeluarkan tisu, menyerahkannya pada Cahdani, lalu berkata dengan penuh hormat, "Tuan Muda Cahdani, aku salah, aku nggak melakukan tugasku dengan baik, memang pantas dihukum!""Tapi terjadi kejadian yang nggak terduga. Dua orang dari luar kota itu ingin memainkan peran sebagai pahlawan yang menyelamatkan wanita cantik. Nggak ha

สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status