Informasi ini didengar oleh salah satu anak orang kaya yang kebetulan keluar untuk menerima telepon. Dia melihat Ardika dan ibu mertuanya datang memesan tempat, serta hampir saja diusir."Betul, Tuan Muda Peter. Tuan Ardika ingin mengadakan pesta pindah rumah untuk ibu mertuanya besok."Yono merasa aneh. Kenapa Tuan Muda Peter bisa memperhatikan urusan kecil seperti itu?"Huh! Si idiot itu ternyata punya uang untuk mengadakan pesta pindah rumah, aku sudah meremehkannya."Peter mendengus.Dia lalu bertanya, "Ardika dan ibu mertuanya sudah pergi?""Tuan Ardika sudah pergi setelah menerima panggilan telepon. Nyonya Desi masih ada, dia akan berdiskusi detail pesta pindah rumah besok. Oh ya, dia juga meminta aku mengusir tamu yang memesan tempat lain."Yono tidak berani merahasiakannya."Mengusir tamuku? Memangnya dia kira dia bisa melakukan semuanya sesuka hati karena menantunya punya uang? Haha, sekarang aku akan memberitahukan faktanya, siapa yang bisa bertindak sesuka hati."Dengan eksp
Yono datang dengan cepat.Tanpa basa-basi, Peter langsung menamparnya beberapa kali dengan keras."Bagus!"Para penonton langsung bersorak dan memuji Peter sebagai anak orang kaya yang baik.Setelah menendang Yono, Peter pun berkata, "Pergi kamu! Berani merundung Bibi Desi, kamu dipecat."Setelah mengusir Yono, Peter melihat ke arah Novi dan keluarganya yang tercengang."Tadi kalian yang ingin mengusir Bibi Desi dari Hotel Puritama, ya? Jangan mengira kalian memesan tempat di hotel kami, kalian bisa merundung orang lain sesuka hati. Cepat kembalikan uang kepada mereka, suruh mereka pergi."Novi dan keluarnya juga diusir pergi."Peter, terima kasih banyak. Kalau nggak ada kamu, Bibi pasti akan merasa malu seumur hidup."Dua hal yang dilakukan Peter membuat Desi lega dan berterima kasih padanya."Bibi Desi, kamu juga tahu kalau aku menyukai Luna. Jangan sungkan denganku."Peter memapahnya sambil berkata, "Bibi nggak usah khawatir untuk pesta pindah rumah besok. Aku sudah membatalkan pesa
"Betul. Kenapa kalau kami mengancammu?"Lukman menatap Luna sambil berkata, "Luna, coba pikirkan baik-baik. Kalau kami bertiga pergi, proyek ini akan berhenti. Dalam waktu singkat, kamu nggak akan bisa menemukan orang untuk menggantikan kami. Ckck. Mungkin saja dua hari lagi, direktur utama akan mempersilakan dua direktur lainnya kembali."Dua orang direktur yang dimaksud tentu saja adalah Yanto dan Wisnu. Menurut mereka, ikut Yanto dan Wisnu lebih enak.Bisa korupsi bersama tentu saja lebih enak."Sudahlah, ayo pergi. Sepertinya dia memang nggak membutuhkan kita, ayo tulis surat pengunduran diri."Sambil bersiul, Aripin memainkan mata ke arah dua orang lainnya, lalu bersiap untuk pergi."Kalian ...."Luna sangat marah dan juga tak berdaya. Tiga orang itu memegang kelemahan Luna.Pada saat ini, pintu ruangan pun terbuka dan seseorang berjalan masuk."Sayang, kalau mereka ingin mengundurkan diri, biarkan mereka pergi saja. Tanpa mereka, dunia tetap harus berputar.""Ardika, jangan menga
Kak Gita, aku adalah Lukman. Kita pernah bertemu di acara asosiasi sebelumnya. Kita sempat berfoto setelah kamu mendapatkan penghargaan."Pak Mario, saya sangat mengidolakanmu ...."Lukman dan Roy juga segera mendekat.Kalau tiga orang hebat ini bisa tertarik pada mereka, kemudian mengajak mereka masuk ke Grup Sentosa Jaya, mereka pasti akan kaya."Maaf, kami datang untuk wawancara. Jangan mengganggu kami, ok?"Aripin dan dua orang lainnya tercengang. Dia lalu berkata, "Wawancara? Bukankah kalian baru pindah ke Grup Sentosa Jaya?""Kami sudah mengundurkan diri dari Grup Sentosa Jaya."Mengundurkan diri dari Grup Sentosa Jaya dengan aset puluhan triliun itu?Apa yang terjadi?Namun, mereka bilang datang wawancara. Kenapa datang ke Kompleks Prime Melati?Zico melewati mereka, lalu datang ke hadapan Luna."Bu Luna, saya datang untuk wawancara posisi manajer proyek Kompleks Prime Melati. Ini CV saya, mohon dilihat dulu.""Bu Luna, saya Gita Lutawan. Saya datang untuk wawancara posisi manaj
"Apa? Kamu yang mengusir kami, tapi malah meminta kami tanda tangan surat perjanjian."Aripin dan yang lainnya langsung marah.Awalnya, mereka ingin segera pergi melamar pekerjaan di perusahaan saingan Grup Agung Makmur.Dengan rahasia bisnis Grup Agung Makmur di tangan mereka, selain bisa memberikan pukulan kepada Luna, mereka juga akan digaji tinggi.Kalau mereka tanda tangan perjanjian anti persaingan sehingga terikat oleh hukum, mereka tidak bisa melakukan apa pun lagi."Kalian nggak mau tanda tangan?"Ardika menyipitkan matanya."Kami nggak mau, memangnya kenapa?"Aripin dan yang lainnya segera berjalan pergi.Ekspresi Luna langsung menjadi masam. Dia melihat jelas kebencian di mata mereka bertiga, mereka pasti akan membalas dendam kepada Grup Agung Makmur.Lalu pada saat ini, Ardika tiba-tiba mengangkat ponselnya."Tangkap mereka!"Setelah itu, beberapa petugas kepolisian yang berada di luar langsung berlari masuk."Aripin, Lukman, Roy, kalian bertiga dicurigai melakukan kegiatan
Mereka tidak menyangka masalah akan menjadi seperti ini."Gawat, gawat. Begitu menjabat, wanita ini langsung menangkap kerabat kita. Kalau dia mengambil alih Grup Agung Makmur, keluarga kita nggak akan sanggup bertahan di bawah tekanannya dan harus patuh."Setelah mendengar ucapan Wisnu, ekspresi seluruh anggota keluarga menjadi pucat.Di matanya, Luna hanya bekerja untuk keluarga mereka dan merupakan alat terkuat.Mereka hanya ingin memanfaatkan Luna tanpa memberinya keuntungan. Selain itu, kalau terjadi sesuatu, mereka juga akan melemparkan tanggung jawab kepadanya.Kalau Luna malah bertindak semena-mena, mereka tidak akan sanggup menghadapinya.Yanto berpikir secara kritis.Keluarga mereka melakukan banyak hal kotor di Grup Agung Makmur.Setelah Luna mengambil alih perusahaan, jangan-jangan mereka juga akan ditangkap!Dia memandang Wulan dengan ketakutan sambil berkata, "Wulan, cepat hubungi David, sekarang hanya Keluarga Buana yang bisa membantu kita!"Dia lebih memilih untuk menye
Desi makin menggebu-gebu. Dia mulai memukul dan menendang Ardika untuk mengusir Ardika dari Vila Cakrawala."Ardika, keluarlah dulu. Mari bicara setelah aku menenangkan Ibu."Karena tidak berdaya menghadapi Desi, Luna terpaksa menyuruh Ardika keluar dulu.Ardika keluar sambil menahan amarahnya.Sesampai di luar, Ardika langsung menelepon Jesika dan berkata dengan nada dingin, "Apa yang terjadi di Hotel Puritama? Mereka bilang orang yang memesan Hall Utopia bukan aku, mereka salah mengenali orang!"Jesika yang berada di ujung lain telepon dapat merasakan amarahnya yang membara."Pak, aku kurang teliti dalam bekerja. Aku akan segera mencari tahu kebenaran dan melaporkannya padamu."Ardika menutup telepon, lalu menyalakan rokok sambil menunggu dengan ekspresi datar.Lima menit kemudian, Jesika meneleponnya."Pak, sudah kuselidiki. Setelah Bapak meninggalkan Hotel Puritama sore tadi, Pak Yono langsung membuang Bu Desi ke jalanan. Katanya, Peter yang memerintahkannya untuk melakukan ini."J
"Desi, apa dia calon menantumu? Di hari bahagia seperti ini, jangan marah-marah."Teman-teman lama dari luar kota tidak tahu bahwa Luna sudah menikah, jadi mereka memandang Ardika dengan penasaran.Mereka mengira Desi memperlakukan Ardika seperti itu karena Ardika adalah pacarnya Luna.Desi mendengus dingin sambil berkata, "Jangan asal bicara, dia nggak ada hubungan apa pun dengan keluarga kami!""Selamat, Bibi. Hari ini Bibi cantik sekali!"Pada saat ini, Peter yang mengenakan jas mewah berjalan mendekat."Peter sungguh pandai berbicara, Bibi sudah tua."Melihat Peter, Desi langsung tersenyum sambil menggandeng lengannya dengan ramah."Desi, ini calon menantumu, ya? Kalian akrab sekali."Beberapa teman lama itu memandang Peter.Sikap mereka seolah-olah menunjukkan bahwa pemuda yang tampak kaya ini lebih cocok menjadi pacar Luna."Namanya Peter, dia anak yang sangat baik. Hotel Puritama ini milik keluarganya."Namun, kali ini Desi tidak membenarkan maupun menyangkal, dia malah memperke
Suara orang-orang tersentak menyelimuti udara.Saat orang-orang lainnya mendengar ucapan Harrison ini, mereka kembali terkejut.Tidak hanya melumpuhkan Andrew, pria itu bahkan akan meminta Grup Kamel untuk meninggalkan pasar Negara Nusantara sepenuhnya, kerugiannya diperkirakan mencapai puluhan triliun.Sebenarnya apa identitas Ardika, sampai-sampai bisa membuat seorang Harrison bertindak sejauh ini sebagai bentuk pertanggungjawaban untuknya?Namun, Ardika malah melambaikan tangannya, menolak penawaran Harrison."Nggak perlu segitunya. Selama kelak Grup Kamel berbisnis di Negara Nusantara sesuai aturan, aku terima dengan senang hati.""Adapun mengenai Andrew dan semua anak buahnya ini, aku nggak ingin melihat mereka menginjakkan kaki mereka di Negara Nusantara lagi."Dari awal hingga akhir, Ardika sama sekali tidak melirik Andrew.Bangsawan Negara Enggrim apaan?Bangsawan Negara Enggrim yang mati di tangannya bukan hanya satu orang.Kalau bukan karena itu, bagaimana mungkin Harrison bi
"Seharusnya Tuan Ardika juga tahu, bukan Negara Enggrim saja yang melakukan hal seperti ini ...."Harrison mengamati ekspresi Ardika dengan hati-hati, mencoba untuk membela diri.Ardika tertawa dingin dan berkata, "Tapi Andrew meminta mereka untuk mematahkan lengan dan kakiku, lalu menghabisiku.""Karena mereka adalah anggota luar departemen luar negeri Negara Enggrim, kalau begitu bukankah aku boleh menganggap hal ini sebagai bentuk provokasi Negara Enggrim terhadapku?"Begitu mendengar ucapan Ardika, saking ketakutannya Harrison segera bersujud tanpa henti di hadapan Ardika."Tuan Ardika, Tuan salah paham! Negara Enggrim sama sekali nggak bermaksud seperti itu! Tuan nggak perlu ragu, negara kami nggak mungkin bermaksud seperti itu!""Pasti ada orang-orang tertentu yang mencoba untuk merusak hubungan antara kita, kami sama sekali nggak bermaksud nggak hormat pada Tuan!"Semua orang di dalam ruangan tersebut menyaksikan pemandangan ini dengan tercengang.Sebenarnya siapa Ardika? Bisa-b
Harrison mengalihkan pandangannya ke arah yang ditunjuk oleh Andrew, saat itu juga dia melihat Ardika.Ekspresinya langsung berubah drastis, sekujur tubuhnya mulai gemetaran.Walaupun dia sudah mempersiapkan mentalnya untuk menghadapi hal ini, tetapi begitu mendengar Andrew mengatakan ingin menghabisi Ardika, perasaan ketakutan langsung menyelimuti hatinya."Diam!"Harrison melangkah maju satu langkah, melayangkan satu tendangan ke dada Andrew.Andrew berteriak kesakitan. Saking kesakitannya, tubuhnya meringkuk, dia bahkan tidak bisa berkata-kata lagi."Brak ...."Kemudian, di bawah tatapan terkejut semua orang, Harrison berlutut di lantai."Tuan Ardika, aku sudah datang dalam sepuluh menit! Silakan beri instruksi!"Kemudian, dalam posisi bersujud, Harrison merangkak menghampiri Ardika, lalu mengucapkan kalimat itu dengan sangat merendah.Menyaksikan pemandangan itu, semua orang langsung tersentak.Selain Luna yang sudah pernah menyaksikan adegan yang sama, saat ini bahkan Felda yang m
Setelah melontarkan satu kalimat itu, Ardika langsung memutuskan panggilan telepon.Orang-orang lainnya tidak bisa mendengar suara Harrison di ujung telepon sana, mereka tidak tahu bagaimana sikap sang Konsul Jenderal terhadap Ardika.Mereka hanya mendengar Ardika mengucapkan beberapa patah kata dengan santai, lalu langsung memutuskan panggilan telepon begitu saja. Terlebih lagi, jelas-jelas Ardika memerintahkan Harrison untuk kemari, tentu saja hal ini membuat mereka semua tercengang.Memerintahkan Konsul Jenderal Negara Enggrim yang bertugas di Provinsi Denpapan untuk kemari?Apa mereka salah dengar?Atau bocah ini benar-benar sudah gila?Andrew memelototi Ardika dengan tajam dan berkata, "Eh, bocah Negara Nusantara, berani-beraninya kamu memerintahkan Pak Harrison untuk kemari! Tamat sudah riwayatmu!""Apa kamu tahu sebelum dia menjadi seorang konsul, dulu dia adalah salah seorang prajurit yang paling terkenal di Negara Enggrim?""Berani-beraninya kamu menghinanya seperti itu! Dia p
Ekspresi Luna juga sedikit pucat, tetapi dia memaksakan dirinya untuk tetap tenang dan berkata dengan dingin, "Memangnya kalau suamiku nggak memperlakukan mereka seperti itu, Grup Kamel akan melepaskan kami?"Melihat Andrew begitu menyedihkan, dia merasa ketakutan sekaligus puas."Eh ... ini ...."Semua orang di dalam ruangan itu terdiam. Apa maksud Luna, dia ingin hancur bersama?"Bam!"Tepat pada saat ini, Ardika mengambil sebotol anggur, lalu menggunakan botol anggur itu untuk memukuli kepala Andrew tanpa ragu.Saat itu juga, botol anggur pecah, kepala Andrew juga berdarah. Dia merasa kesakitan setengah mati.Ardika melirik Piom dan Lando dengan sorot mata dingin. "Kalau kalian mengucapkan satu kalimat omong kosong lagi, aku akan menghantam kepalanya dengan satu botol anggur.""Kamu!"Piom membuka mulutnya, tetapi segera menutup mulutnya.Dia takut Ardika benar-benar memukuli Andrew sampai mati. Saat itu tiba, dia juga akan ikut terseret dalam masalah.Orang-orang lainnya juga tidak
"Sayang, bantu aku pegang sebentar, ya."Dengan seulas senyum tipis menghiasi wajahnya, Ardika menyerahkan cangkir tehnya kepada Luna."Ajal sudah hampir menjemputnya, tapi bocah ini masih sempat berlagak hebat?"Ada banyak orang yang mencibir.Ketua pengawal itu menerjang di paling depan. Saat ini, ekspresi marah juga sudah mulai terlihat di wajahnya."Cari mati!"Dia mengayunkan lengannya, lalu mengarahkan tinjunya ke arah bahu Ardika dengan keras.Kalau bukan karena Andrew memberi perintah untuk mematahkan lengan dan kaki Ardika terlebih dahulu, dia akan langsung melayangkan tinjunya ke arah tengkuk Ardika, Ardika pasti akan mati saat itu juga."Sayang, hati-hati!"Luna berseru dengan kaget."Nggak apa-apa," kata Ardika dengan tenang. Saat ini, dia masih menghadap Luna, belum sempat menoleh.Tepat pada saat tinju lawan hampir mengenai pundaknya, akhirnya dia mulai bergerak.Bagaikan ada sepasang mata di belakang kepalanya, Ardika kelihatan seperti melayangkan tamparan ke arah belaka
"Luna, sekarang hanya dengan satu kalimat dariku, para pengawalku akan menghajar suamimu sampai mati!""Oh ya, aku lupa memberitahumu, mereka memiliki status utusan luar negeri Negara Enggrim.""Dengan kata lain, biarpun mereka menghajar orang hingga mati di sini, mereka juga memiliki hak kekebalan diplomatik.""Apa kamu mengerti apa itu hak kekebalan diplomatik?!"Menghadapi pertanyaan mendesak dari Andrew, ekspresi Luna berubah menjadi pucat pasi, ketakutan tampak jelas di matanya.Tentu saja dia tahu apa artinya hak kekebalan diplomatik.Itu artinya biarpun orang-orang Andrew menghajar Ardika hingga mati di sini, juga tidak akan menghadapi tuntutan hukum.Saat ini, Andrew mengalihkan pandangannya ke arah Ardika, lalu tertawa dingin dan berkata, "Eh, bocah Negara Nusantara, kamu sudah berhasil menyulut amarahku. Bagus, luar biasa bagus.""Sekarang biarpun kamu berlutut meminta maaf padaku, aku juga nggak akan melepaskanmu!"Semua orang menatap Ardika dengan tatapan ajal akan segera m
Jangankan Beryl yang hanya seorang Miss Gamiga, bahkan kalaupun dia dewi yang turun dari kayangan pun, Ardika tidak akan berpikiran untuk berbelas kasihan pada wanita seperti itu."Hehe, memangnya rakyat jelata sepertimu bisa apa?"Beryl tertawa dingin meremehkan, dia menatap Ardika dengan sorot mata penuh kebencian.Walaupun dia tidak sepenuhnya khawatir Ardika bisa melakukan apa yang dikatakannya, tetapi ucapan pria itu telah mengekspos isi hatinya yang paling dalam.Dia tidak peduli apakah dia dipermainkan oleh Andrew atau tidak.Karena sebelum dia menggoda pria itu, dia sudah mempersiapkan mentalnya.Bagi orang yang bermimpi pun bahkan ingin meningkatkan status sosial sendiri, selama Andrew membawanya ke acara formal, selama dia mendampingi pria itu, nilai dirinya sudah meningkat secara signifikan.Karena itulah, Andrew bahkan tidak perlu membayarnya.Masing-masing dari mereka mendapatkan kebutuhan masing-masing.Hanya saja, dia tidak bisa terima orang lain yang mengungkapkan pemik
Menghadapi kontrak pengalihan saham di hadapannya, api amarah mulai membara di mata Luna.Namun, dia tidak menyalahkan Ardika telah bertindak gegabah memukuli orang hingga menyebabkan situasi menjadi seperti sekarang ini.Sebelumnya, Zilwar membawa orang-orang bersenjata api untuk memaksanya menyerahkan Grup Hatari.Sekarang, Andrew menggunakan alasan mengadakan perjamuan malam, memasang jebakan dan menunggu mereka masuk dalam jebakan.Ada banyak pihak yang menargetkan Grup Hatari.Situasi seperti ini sangat sulit untuk dihindari.Biarpun Ardika tidak menghajar Givon, apa mungkin Andrew tidak bisa menggunakan cara lain lagi?Tentu saja tidak.Luna tahu sejak dia menyetujui ajakan Piom untuk menghadiri perjamuan malam ini, hal-hal seperti ini sudah tidak bisa dia hindari.Selalu ada alasan yang cocok untuk mereka.Namun, marah juga tidak ada gunanya.Grup Kamel yang luar biasa kuat dan berpengaruh, membuat Luna merasa sangat tidak berdaya.Melihat keraguan Luna, Andrew tertawa dingin da