"Ardika, apa kamu berencana meminta enam jenderal perang anak buah Romi itu untuk menahanku di sini?"Melia berkata dengan nada meremehkan, "Apa kamu sudah lupa siapa yang sedang berdiri di sampingku ini?"Dia tidak takut pada Ardika.Kalau pria itu berani memanggil enam jenderal perang ke sini lagi, hanya dengan satu perintah dari Daniel, maka mereka akan ditangkap!"Enam jenderal perang apa?"Daniel adalah anggota tim tempur, dia sangat sensitif dengan kata-kata seperti itu.Melia pun mulai memberi penjelasan kepada Daniel."Haha, di zaman sekarang ini, ternyata siapa saja berani menyebut dirinya sebagai jenderal perang!""Hanya bawahan Dewa Perang yang berhak disebut sebagai jenderal perang. Sebagai contohnya, Komandan Draco dari tim tempur Kota Banyuli adalah jenderal perang hebat sekaligus bawahan Dewa Perang!"Daniel melambaikan tangannya dan berkata dengan nada meremehkan, "Kalau orang-orang itu berani muncul, aku akan menggerakkan Korps Taring Harimau dan Pasukan Khusus Serigal
"Hahaha ...."Mendengar ucapan Ardika, Daniel dan Melia langsung tertawa terbahak-bahak.Mereka menertawai Ardika tidak tahu apa-apa.Mereka menertawai Ardika terlalu arogan."Ardika, kamu pikir kamu siapa? Berani sekali kamu mengatakan akan mengeluarkan seluruh anggota tim tempur Kota Banyuli! Kamu terlalu memandang tinggi dirimu sendiri!" kata Melia dengan nada mengejek.Jangankan Melia yang merupakan musuh bebuyutan Ardika, bahkan Arini dan Mose, serta Robin dan Selvi yang paling memercayai Ardika juga tidak memercayai ucapan pria itu.Tanpa banyak bicara lagi, Ardika langsung mengeluarkan ponselnya dan mengirimkan pesan suara kepada Draco."Eh, apa yang Bos kirimkan padaku ini?"Di pusat komando tim tempur Kota Banyuli, sekaligus kediaman Komandan.Tiba-tiba menerima pesan suara dari Ardika, Draco membuka pesan itu dengan sedikit kebingungan."Pak Daniel, kamu adalah ketua logistik, apa kamu juga ada wewenang untuk menggerakkan prajurit?""Walau aku nggak punya wewenang untuk mengg
"Kalau aku nggak tahu, apa lagi yang akan kamu lakukan, hah? Daniel, tunggu saja panggilan dari pengadilan tim tempur!"Setelah memelototi Daniel, Kenzo bergegas menghampiri Ardika.Dia memberi hormat militer, lalu berkata, "Lapor, Dewa Perang, aku adalah Kenzo, kapten logistik tim tempur Kota Banyuli!"Abdul dan Soni tahu Ardika tidak ingin mengekspos identitasnya, jadi sebelumnya mereka tidak pernah memanggilnya dengan panggilan itu.Namun, saat ini melihat tidak ada reaksi berlebihan dari Ardika, mereka juga segera menghampiri pria itu dan memberi hormat militer."Lapor, Dewa Perang, aku adalah Abdul, kapten Korps Taring Harimau Kota Banyuli!""Lapor, Dewa Perang, aku adalah Soni, ketua Pasukan Khusus Serigala Kota Banyuli!"Setelah ketiga orang itu memberi hormat dan memanggil Ardika dengan sebutan Dewa Perang, suasana di vila nomor sembilan langsung berubah menjadi sunyi senyap!Dewa perang adalah sebuah julukan di Negara Nusantara.Sebuah julukan yang diimpikan oleh seluruh anggo
Sambil meneteskan air mata dan mengakui kesalahannya, Daniel bersujud tanpa henti di hadapan Ardika.Pria yang tadinya masih sangat arogan itu, saat ini berlutut di hadapan Ardika dengan ekspresi menyedihkan. Dia tampak seperti seekor binatang yang memohon agar nyawanya diampuni oleh majikannya.Dia benar-benar terlihat lemah.Bahkan harga dirinya sebagai seorang anggota tim tempur sudah hilang tanpa meninggalkan jejak.Kalau dibandingkan dengan tindakan Daniel yang menyalahgunakan kekuasaan untuk menindas orang lain tadi, Ardika lebih membenci tindakannya ini.Anggota tim tempur yang tak terhitung jumlahnya berada di tempat yang dingin, di tempat yang tandus untuk menjaga perbatasan negara.Selain itu, anggota tim tempur yang tak terhitung jumlahnya pula berada di medan perang untuk melindungi negara hingga tetes darah penghabisan.Di sisi lain, orang-orang seperti Daniel hanya seperti benalu. Mereka hanya tahu mengincar keuntungan dan mencoreng nama baik tim tempur."Keluarkan dia, l
Setelah mengetahui identitas Ardika, Melia sama sekali tidak berani membantah ucapan pria itu."Aku akan pergi mengepel sekarang juga!"Selesai berbicara, dia langsung berlari-lari kecil menuju ke dalam vila. Dalam sekejap, dia langsung mulai bekerja dengan giat.Ardika tidak memedulikan Melia lagi. Lagi pula, biarpun diberi seratus nyali, wanita itu tidak akan berani melarikan diri."Rahasiakan identitasku," kata Ardika dengan santai.Arini dan Mose tahu ucapan itu ditujukan kepada mereka berdua, mereka segera menganggukkan kepala mereka.Mereka memutuskan untuk menyimpan hal ini jauh dalam lubuk hati mereka dan tidak akan memberi tahu siapa pun.Sebenarnya, kalaupun mereka memberi tahu orang lain, orang yang mendengar ucapan mereka pasti akan menganggap otak mereka sudah bermasalah.Tidak ada seorang pun yang memercayai bahwa sosok Dewa Perang bersedia menjadi menantu keluarga kaya kelas dua seperti Keluarga Basagita dan rela menjadi bahan ejekan banyak orang.Kalau bukan menyaksikan
Begitu mendengar ucapan Tarno, Alvaro merasa sangat senang."Kak Tarno benar-benar hebat! Bagus, rencana ini bagus! Siapa suruh sebelumnya bocah itu berlagak hebat di hadapan kita! Kali ini, dia bahkan nggak akan bisa meneteskan air mata!""Hahaha ...."Melalui sambungan telepon, keduanya tertawa terbahak-bahak bersama.Sensasi dendam akan segera terbalaskan ini benar-benar sangat nikmat."Jesika, hubungi Sigit, minta dia kirim orang ke tempat perjudian Alvaro, lalu blokade tempat itu."Di sisi lain, setelah berpesan satu kalimat pada Jesika, Ardika melepaskan ponselnya.Dia tidak menganggap serius kata-kata provokatif Alvaro, bahkan malas untuk turun tangan sendiri.Jesika segera mengeluarkan ponselnya untuk menelepon Sigit.Saat ini, Ardika menerima panggilan telepon dari Handoko."Kak Ardika, cepat pulang. Kakek datang mencari masalah kepada Kak Luna bersama Wisnu, Wulan dan yang lainnya!"Di ujung telepon, terdengar suara cemas Handoko. Selain itu, juga terdengar suara-suara keribu
Anggota Keluarga Basagita menatap Ardika dengan tatapan tajam, seolah-olah ingin mencabik-cabik pria itu.Kemarin Ardika mengusir mereka di depan umum, membuat mereka sangat malu. Jadi, mereka sangat membenci Ardika.Tanpa memedulikan orang-orang itu, Ardika berjalan menghampiri Luna dan bertanya, "Sayang, ada apa lagi? Kenapa mereka datang lagi?"Luna menceritakan tentang Showroom Mobil Neptus kepada Ardika.Setelah mendengar cerita istrinya, Ardika tertawa. Dia menatap anggota Keluarga Basagita dengan tatapan meremehkan dan berkata, "Aku pikir masalah besar apa, ternyata hanya Showroom Mobil Neptus saja bisa membuat kalian ketakutan seperti itu.""Di saat seperti ini, kamu masih bisa membual! Pemilik Showroom Mobil Neptus adalah Billy sang raja preman, bahkan keluarga kaya kelas satu saja nggak berani menyinggungnya!""Kalau kamu ingin mati, mati saja sendiri, jangan melibatkan kami!"Mendengar ucapan Ardika, amarah anggota Keluarga Basagita langsung memuncak. Namun, mereka tidak bis
Showroom ini sudah berdiri selama belasan tahun dan belum pernah diperiksa oleh pihak berwajib.Hal itu bisa terjadi karena pemilik showroom di belakang layar adalah Billy.Sama seperti Alden, dia adalah salah satu dari dua orang raja preman yang ada di Kota Banyuli.Ada yang mengatakan, pada pagi hingga sore hari Kota Banyuli dikendalikan oleh tiga keluarga besar, sedangkan pada malam hari kota ini dikendalikan oleh dua raja preman itu.Jadi, biarpun sedang menghadapi anggota kepolisian, Tarno tetap berani bersikap begitu arogan."Apa kalian nggak dengar?! Siapa ketua kalian?! Suruh dia keluar dan temui aku!"Tarno meninggikan volume suaranya sekali lagi, ekspresinya tampak sangat arogan, seolah-olah para polisi yang sudah mengepung di depan pintu utama bukan apa-apa baginya."Aku orangnya."Tiba-tiba terdengar suara dalam dan dingin seseorang.Begitu mendengar suara yang sedikit familier itu, ekspresi Tarno sedikit berubah. Sesaat kemudian, Sigit, ketua kantor polisi pusat berjalan m