Tidak lama kemudian, Viktor dibawa keluar oleh anak buah Alvaro. Dia sudah dihajar hingga babak belur.Alvaro melirik Ardika dengan sorot mata cemas. Melihat Ardika tidak menyalahkannya atas hal ini, akhirnya dia bernapas lega.Begitu melihat Ardika, alih-alih berterima kasih karena Ardika sudah menyelamatkannya, Viktor malah menerjang ke hadapan Ardika dan bertanya dengan nada menyalahkan, "Kenapa kamu baru datang sekarang?! Lihatlah aku sampai dihajar separah ini! Nanti aku akan menyuruh istrimu untuk menanggung semua biaya pengobatanku dan kerugian mental yang aku alami!""Plak!"Ardika langsung melayangkan tamparan ke wajah pria sialan itu dan berkata dengan dingin, "Percaya atau nggak, hanya dengan satu kalimat dariku, mereka akan membunuhmu di sini sekarang juga."Saking ketakutannya, Viktor yang sedang memegang wajahnya tidak berani mengucapkan sepatah kata pun lagi.Dia berasumsi bahwa Ardika pasti sudah membawa uang sebesar empat miliar ke sini, Alvaro baru bersedia melepaskan
Alvaro berteriak dengan keras.Bagaimanapun juga, dia adalah keponakan Billy.Sebelumnya, dia ditampar oleh Ardika. Sekarang dia ditampar lagi oleh Tina. Lama kelamaan wajahnya pasti akan rusak."Plak!"Tina kembali melayangkan tamparan ke wajah Alvaro, lalu berbalik dan pergi."Kalian, hancurkan apa saja yang bisa kalian hancurkan di Hotel Kapital Stando!""Alvaro, ingat baik-baik, aku yang menghancurkan tempatmu dan menampar wajahmu! Kalau kamu mau balas dendam, silakan cari aku saja!"Selesai berbicara, dia langsung pergi meninggalkan tempat itu tanpa menoleh sama sekali.Vila Cakrawala."Kak Luna, Kak Ardika sudah pulang!" teriak Handoko ke arah dalam vila begitu melihat Ardika sudah pulang. Dari tadi dia terus menjulurkan kepalanya ke luar untuk melihat apakah kakak iparnya sudah pulang atau belum.Luna bergegas berlari keluar.Begitu melihat Ardika, dia segera memeriksa seluruh tubuh pria itu dari ujung kepala hingga ke ujung kaki. "Ardika, kamu baik-baik saja? Apa mereka nggak m
Ardika membujuk ibu mertuanya dengan sabar, "Ibu, kejadian kecelakaan medis itu sudah berlalu lima tahun. Biarpun kamu berutang nyawa pada mereka, selama lima tahun ini utangmu juga sudah lunas ...."Jelas-jelas Keluarga Lasman berani menindas Luna sekeluarga karena mereka adalah orang-orang yang baik dan jujur.Satu keluarga parasit itu memanfaatkan kebaikan hati Luna sekeluarga untuk menekan dan memeras mereka.Kalau orang lain yang berada di posisi Luna sekeluarga, pasti tidak akan membiarkan satu keluarga parasit itu mengajukan permintaan tanpa kenal batas."Diam kamu!"Desi langsung menyela Ardika dengan volume suara tinggi, "Ardika, kamu nggak lebih hanya seorang menantu yang numpang di sini. Kamu makan dan tinggal gratis di rumah kami. Kamu nggak berhak berbicara dan mencampuri urusan keluarga kami!""Aku nggak meminta kamu bercerai dengan Luna karena nggak ingin terlalu memaksa Luna. Sebaiknya kamu ingat posisimu sendiri dengan baik. Jangan nggak tahu diri!"Setelah memarahi Ar
"Cih, Handoko, kenapa kamu begitu kurang kerjaan, sampai-sampai membual hal seperti ini dengan kami?!"Wanita di ujung telepon itu langsung memutuskan sambung teleponnya dengan marah."Gawat, gawat, kali ini sepertinya aku sudah membual dengan berlebihan, aku pasti akan menjadi bahan tertawaan teman sekelas."Handoko menghela napas dengan tidak berdaya sambil meletakkan ponselnya.Melihat ekspresi adik iparnya, Ardika berkata dengan heran, "Memang kenapa kalau kamu bilang aku adalah tokoh hebat pasukan khusus? Apa salahnya kamu berbicara seperti itu?""Kak Ardika, kamu nggak paham. Sebagai manusia, kita boleh membanggakan diri, tapi nggak boleh membohongi orang lain. Kalau nggak, kita perlu berbohong lagi dan lagi untuk menutupi kebohongan kita."Handoko berkata, "Kak Luna sudah memberitahuku, kamu bukan tokoh hebat pasukan khusus. Aku sendiri yang salah paham."Mendengar ucapan adik iparnya, Ardika diam-diam menganggukkan kepala.'Hmm, karakter adik iparku ini cukup baik.'Setelah men
"Hari ini benar-benar ada pameran mobil? Kenapa aku nggak tahu?!"Handoko langsung melompat bangkit dari tempat tidurnya dan berkata, "Ayo, ayo, ayo kita pergi. Walau nggak sanggup beli, lumayan juga bisa cuci mata."Saat berbicara, dia bergegas berganti pakaian.Ardika menunggu Handoko di luar. Tepat pada saat ini, dia menerima sebuah panggilan telepon dari Sigit."Tuan Ardika, dua hari yang lalu saat penangkapan Claudia, ada seorang gadis bernama Rachel Septio yang Tuan selamatkan dari tangan komplotan kriminal. Tadi, keluarganya menghubungi kami dan mengatakan ingin menyampaikan terima kasih kepada Tuan secara langsung."Dalam sekejap, ingatan tentang gadis cantik dua hari yang lalu itu tebersit dalam benak Ardika."Syukurlah dia sudah bertemu kembali dengan keluarganya. Mereka nggak perlu berterima kasih padaku secara langsung lagi. Aku masih ada urusan dan harus keluar sekarang. Lain kali kita bicarakan lagi, Sigit."Selesai berbicara, dia langsung memutuskan sambungan telepon. Na
"Kami datang untuk mengambil Ferrari 488!"Wisnu menyelipkan kedua tangannya di dalam saku, ekspresinya tampak sangat arogan.Fio merangkul lengannya dengan mesra, tubuhnya seolah-olah sudah hampir lengket dengan tubuh pria itu. Dia bertanya dengan manja, "Kak Wisnu, Handoko adalah teman sekelasku. Ternyata kalian saling kenal, ya."Dia bekerja paruh waktu sebagai model busana mobil di sini.Tadi, saat Wisnu dan Wulan datang untuk mengambil mobil, Fio dan Wisnu sudah saling mengenal satu sama lain, yang satu tergoda pada wanita cantik, yang satu tertarik pada uang. Tidak butuh waktu lama, hubungan keduanya menjadi sangat dekat."Fio, Handoko adalah adik sepupuku. Sejak kecil, dia selalu mengikutiku ke mana pun aku pergi!"Wisnu menatap Handoko dengan ekspresi arogan, lalu bertanya pada adik sepupunya layaknya seorang kakak ipar yang teladan, "Bagaimana denganmu, Handoko? Selama liburan, kamu bukan belajar baik-baik di rumah, untuk apa kamu ikut idiot ini ke sini?"Melihat Handoko dimar
Fio menceritakan kejadian di hotel kala itu kepada Wisnu."Sebenarnya, awalnya kami benar-benar sudah ditakut-takuti olehnya. Tapi, makin lama aku memikirkannya, aku makin merasa ada yang nggak beres. Bagaimana mungkin dia yang masih begitu muda adalah tokoh hebat pasukan khusus?""Oh ya, Pak Hendy, manajer Hotel Puritama adalah ayah Aldi. Orang itu juga benar-benar bodoh, dia bahkan tertipu dengan trik rendahan seperti itu.""Jadi, semalam aku menelepon Handoko untuk mencari kebenaran hal ini. Karena dia tahu nggak bisa menyembunyikan kebenaran hal ini lebih lama lagi, dia pun berinisiatif untuk memberitahuku kebenaran ...."Fio berusaha keras menunjukkan seolah-olah dia adalah wanita yang sangat cerdas di hadapan Wisnu.Dia beranggapan bahwa tuan muda keluarga kaya seperti Wisnu pasti menyukai wanita yang cantik dan cerdas, bukan wanita yang tidak bisa apa-apa.Jadi, dia berbicara seolah-olah "kebenaran" yang sesungguhnya Handoko beri tahu padanya sebagai hasil pemikirannya sendiri.
"Hahaha!"Begitu Ardika selesai berbicara, Wisnu dan yang lainnya kembali tertawa terbahak-bahak."Ardika, kamu pikir kamu siapa? Aku yang memesan mobil itu. Kamu ingin merebutnya dariku, bermimpi saja sana!""Biarpun memberikan kesempatan padanya untuk memiliki mobil itu, dia juga nggak punya uang untuk membelinya. Dia berbicara tanpa melewati otak seperti ini karena sudah kesal kita permalukan."Satu per satu dari mereka melontarkan sindiran pada Ardika.Makin lama mempermalukan Ardika, mereka makin senang."Kak Ardika, jangan berbicara lagi, ayo kita pergi!"Handoko mengerahkan sekuat tenaga untuk menarik Ardika, tetapi dia tetap tidak bisa menarik kakak iparnya."Benar-benar nggak tahu malu. Sudah kita permalukan seperti ini, dia juga tetap nggak mau pergi."Fio mendengus.'Hah, selain keluarganya nggak punya uang, Handoko punya seorang kakak ipar idiot yang selalu menjadi target untuk dipermalukan oleh orang lain. Untung saja, dulu aku nggak memilih Handoko. Kalau nggak, aku akan