"Ahhh ...."Hanko mengeluarkan teriakan kesakitan dan menatap Ardika dengan tatapan ketakutan.Seiring dengan Ardika mengerahkan sedikit demi sedikit kekuatan di telapak kakinya, Hanko merasa organ dalamnya mengalami tekanan yang begitu besar hingga sudah hampir remuk.Akhirnya Hanko sudah ketakutan.Dia menyadari Ardika mungkin benar-benar berani membunuhnya saat itu juga!Sebenarnya Ardika menyerangnya sesuai dengan dugaannya.Dia bahkan sengaja memprovokasi Ardika seperti ini karena ingin Ardika turun tangan melukainya, agar Chamir punya alasan untuk menyerang Ardika.Namun, dia tidak ingin mati!"Pak Chamir!"Bagaikan orang yang sudah hampir mati tenggelam, Hanko berteriak dengan ketakutan.Teriakan menyedihkan itu bukan hanya membuat Chamir tersadar kembali, tetapi membuat semua orang di tempat itu tersadar kembali.Setelah tersadar kembali, mereka semua membelalak kaget menyaksikan pemandangan yang terpampang nyata di hadapan mereka itu.Ardika berani menyerang Hanko tepat di had
Chamir yakin dia sudah pernah mendengar suara itu.Bahkan dengan status dan kedudukannya, dia juga baru pernah mendengar suara itu beberapa kali. Namun, Chamir tahu jelas sejak pertama kali dia mendengar suara itu, suara itu seakan-akan sudah terekam dalam ingatannya.Dia tidak akan melupakannya!Kepala Chamir langsung berdengung, seakan-akan tidak bisa berpikir lagi.Dia menoleh dengan canggung dan menatap Ardika dengan lekat.Namun ....Bagaimana mungkin bocah ini bisa menghubungi orang itu?Selain itu, mengapa orang itu mengangkat telepon darinya?Tanpa memedulikan sorot mata keheranan Chamir, Ardika berkata dengan tenang, "Aku, Ardika.""Ardika?"Nada bicara wanita di ujung telepon dipenuhi tanda tanya, nada bicaranya juga berubah menjadi lebih dingin disertai dengan sedikit amarah.Seakan-akan wanita itu juga tidak tahu siapa Ardika, bahkan merasa terganggu oleh panggilan telepon tersebut.Ardika tertawa pelan dan berkata, "Ratu Ular benar-benar pelupa, ya. Orangmu baru saja membe
Melihat sekelompok besar orang yang berlutut di hadapan Ardika, saat ini orang-orang yang berdiri di sana untuk menyaksikan petunjukan pun tercengang.Chamir.Sosok ketua cabang Organisasi Snakei Gotawa memimpin para anggotanya untuk berlutut!Dengan kata lain, wanita yang saat ini di ujung panggilan telepon Ardika benar-benar adalah Ratu Ular yang legendaris itu?Sosok pemimpin Organisasi Snakei!Eh ... ini ....Bagaimana seorang pecundang seperti Ardika bisa mengenal Ratu Ular?Saat ini.Tisya, Charles, Weigus, Tiano, Klito dan yang lainnya benar-benar tercengang.Seperti sebuah mimpi, mereka benar-benar tidak berani memercayai apa yang terpampang nyata di hadapan mereka ini.Awalnya mereka mengira Ardika sudah pasti akan mati. Mereka bahkan sudah bersiap untuk merayakan kematian Ardika.Namun, Ardika kembali membalikkan keadaan lagi.Terlebih lagi, orang yang diundang oleh pria itu adalah sosok Ratu Ular.Melihat hanya dengan mendengar suara Ratu Ular saja, Chamir langsung berlutut
Ucapan tegas Ardika itu seperti menggema di seluruh ruangan.Semua orang, termasuk Chamir yang sedang berlutut di lantai membelalak kaget.Walaupun mereka tidak bisa mendengar apa yang dikatakan oleh Ratu Ular, tetapi mereka bisa mendengar ucapan Ardika dengan jelas.Tidak ada yang menyangka Ardika berani menegur Ratu Ular seperti itu dan menjatuhkan Organisasi Snakei seolah-olah organisasi itu tak bernilai.Bahkan, menyatakan Organisasi Snakei dibubarkan saja!Kalau ucapan ini tersebar luas dan sampai ke telinga tiga puluh lima cabang Organisasi Snakei lainnya, mereka pasti akan menganggap Ardika sebagai duri yang harus disingkirkan!"Dewa Perang, sebenarnya apa yang terjadi? Kalau benar-benar kesalahan Organisasi Snakei, aku akan memberimu pertanggungjawaban."Setelah terdiam sejenak, Ratu Ular di ujung telepon baru menanyakan pertanyaan tersebut dengan tenang.Ardika berkata dengan datar, "Seharusnya kamu sudah tahu jelas kejadian hari ini, aku nggak akan bertele-tele lagi. Sekarang
Mendengar ucapannya, Chamir secara refleks berlutut dengan tegak.Ardika menyimpan ponselnya kembali ke dalam sakunya, lalu mengangkat lengannya dan melayangkan satu tamparan."Plak!""Satu tamparan ini karena kamu bersikap arogan dan menganggap remeh nyawa orang lain!""Plak!""Satu tamparan ini karena kamu memanjakan anak buahmu dan memutarbalikkan fakta!""Plak!"" ... "Ardika melayangkan tamparan dari sisi kiri dan sisi kanan, satu demi satu tamparan mendarat di wajah Chamir.Ardika tidak berbelas kasihan padanya karena mempertimbangkan usianya atau karena identitas dan kedudukannya.Setelah menerima belasan tamparan, biarpun tubuh fisik Chamir kuat dan tulang-tulangnya kokoh, dia sudah merasakan kepalanya pusing dan tubuhnya mulai terhuyung seperti akan terjatuh kapan saja.Chamir mengatupkan giginya dengan rapat, api amarah membara di matanya.Ditampar di depan banyak orang oleh seorang pemuda tanpa berbelas kasihan seperti ini, adalah penghinaan yang tidak pernah dirasakan oleh
Ardika mengeluarkan tisu. Sambil menyeka tangannya, dia tersenyum tipis menatap Chamir. "Kamu juga nggak menyangka aku mengenal Ratu Ular, 'kan? Bahkan bisa memintanya untuk menekanmu. Sekarang kamu pasti sangat nggak terima, bukan?""Nggak, aku terima!"Chamir menundukkan kepalanya, tidak berani membiarkan Ardika melihat sorot mata penuh kebenciannya.Orang yang pandai membaca situasi adalah orang yang bijak.Memang sesaat bukanlah apa-apa, orang yang menang di akhir baru layak disebut sebagai pemenang.Setelah hari ini berlalu, dia akan menggunakan cara apa saja untuk membalas dendam terhadap Ardika, membuat Ardika merasakan penghinaan sepuluh bahkan seratus kali lipat dari yang dirasakannya hari ini!Chamir menghibur dirinya sendiri dalam hati, dia berencana untuk mengaku kalah sepenuhnya.Ardika tiba-tiba berkata, "Angkat kepalamu."Chamir segera menyembunyikan kebencian di matanya, lalu mendongak dan menatap Ardika dengan tatapan merendah.Ardika menatap matanya dan berkata dengan
Di jalan tol menuju bandara Kota Banyuli.Sebuah rombongan mobil mewah dengan kecepatan 120 kilometer per jam sedang melaju dengan cepat.Di dalam salah satu mobil Maybach, Chamir duduk di bangku penumpang belakang sambil memejamkan kedua matanya. Ekspresinya tampak pucat pasi, bulir-bulir keringat dingin bercucuran di dahinya.Bagian perutnya terasa sakit, sakit yang luar biasa menyiksa dirinya setiap saat."Pak Chamir, kalau kita kembali ke Kota Sewo seperti ini, nggak akan ada posisi kita lagi di Organisasi Snakei!""Bagaimana kalau kita melakukan serangan balik dengan langsung menembak si Ardika itu dengan senjata api? Biarpun dia mengenal Ratu Ular, memangnya kenapa? Orang mati sudah nggak ada artinya lagi!" kata anak buah kepercayaannya yang duduk di sampingnya dengan ekspresi ganas.Persaingan di Organisasi Snakei selalu sangat sengit.Terlepas dari saingan yang berasal dari cabang-cabang lainnya, hanya di cabang Organisasi Snakei Gotawa saja, tidak tahu ada berapa banyak orang
"Belum dipastikan dia orangnya."Wanita muda itu jelas tahu orang yang disebut oleh Vanya adalah Ardika. Dia berkata, "Setelah Ardika melumpuhkan Chamir, dia sudah melepaskan Chamir.""Saat Chamir dalam perjalanan menuju bandara Kota Banyuli, ada orang yang mengirim penembak jitu. Sopir Chamir tertembak di tempat, lalu mobil hilang kendali hingga terjadi kecelakaan beruntun.""Ketika anak buah Chamir menyelamatkannya keluar dari mobil, dia sudah tewas.""Menurut hasil analisis pihak kepolisian Kota Banyuli, posisi penembak jitu ditemukan di titik tinggi yang berjarak tiga kilometer. Selain ini, untuk sementara waktu ini, nggak ada petunjuk lainnya."Vanya mendengarkan laporan dari anak buahnya dengan ekspresi tenang sebelum berkata, "Berjarak tiga kilometer, bisa membidik target yang melaju dengan kecepatan tinggi dengan tepat. Orang itu tahu jelas kekuatan Chamir. Hanya dengan jarak sejauh ini, baru bisa membuat Chamir nggak menyadarinya.""Penembak jitu elite seperti ini, hanya ada b
Tak lama kemudian, seluruh anggota Keluarga Citora sudah dibawa pergi.Dengan cara seperti itulah, aset milik Keluarga Citora berubah menjadi modal bagi Tridon untuk membalas dendam.Adapun mengenai hidup dan mati mereka, Tridon sama sekali tidak peduli.Haron benar-benar kasihan. Walaupun sudah mati, seorang ahli bela diri legendaris sepertinya masih saja ditindas oleh orang lain seperti ini.Terlebih lagi, orang ini adalah kakak seperguruan yang mengatakan ingin membalaskan dendamnya.Yomde, murid Tridon melambaikan tangannya. Saat itu juga, jasad Ginadri langsung ditarik keluar.Tepat pada saat ini, Yugo muncul di depan pintu. Dia melirik jasad Ginadri sekilas, lalu berjalan menghampiri Tridon tanpa ekspresi."Paman, ada informasi dari Kota Banyuli, ada hubungannya dengan identitas Ardika!""Pendukungnya adalah Ridwan, Wali Kota Banyuli. Kemampuan Ridwan diakui oleh Kodam Helios, jadi dia akan segera naik jabatan. Karena itulah, Ardika menjadi wali kota untuk sementara waktu.""Seka
"Ya, benar."Zilwar mengangguk, lalu berkata dengan ekspresi muram, "Andrew adalah seorang pecundang, Harrison juga seorang pecundang. Bisa-bisanya mereka ketakutan seperti itu pada seorang wali kota.""Bukan hanya nggak menjalankan tugas dengan baik, bahkan membuat identitas Ardika terungkap. Benar-benar pecundang!"Awalnya dia menunggu kabar baik dari Andrew. Selama Luna menyerahkan saham, dia bisa meminta Amir untuk bergabung dengan dewan direksi Grup Hatari atas nama Perusahaan Investasi Mahasura.Siapa sangka yang dia peroleh malah informasi seperti ini.Tepat pada saat ini, ponsel Amir berdering.Dia menjawab panggilan telepon itu, lalu mengakhiri panggilan telepon setelah mengucapkan beberapa patah kata. Kemudian, dia menatap Zilwar sambil mengerutkan keningnya tanpa mengucapkan sepatah kata pun."Ada apa? Siapa yang meneleponmu?“Zilwar melontarkan pertanyaan itu dengan santai.Amir berkata dengan suara dalam, "Ayahmu. Dia bilang harus menghentikan Ardika, nggak bisa membiarkan
Dengan kepribadian Tuan Besar Basagita, tanpa perlu dipikirkan lagi, juga pasti sudah tahu apa tujuannya membawa Keluarga Basagita kemari.Identitas Ardika sebagai wali kota sudah terungkap.Di Negara Nusantara, walaupun bukannya tidak ada wali kota muda, tetapi jumlahnya sangat sedikit. Apalagi yang semuda Ardika.Kelak, kariernya di dunia pemerintahan pasti akan berkembang dengan pesat, memiliki masa depan yang cerah.Menantu benalu Keluarga Basagita, inilah julukan yang dimiliki oleh Ardika yang paling familier bagi orang-orang di luar sana.Dia sudah menjadi satu kesatuan dengan Keluarga Basagita.Dulu, Tuan Besar Basagita sangat khawatir, takut Ardika menimbulkan masalah dan menyeret Keluarga Basagita dalam masalah, membuat Keluarga Basagita tertimpa musibah.Namun, sekarang, kekhawatiran itu sudah menghilang tanpa meninggalkan jejak.Karena sudah muncul sosok hebat di Keluarga Basagita!Jadi, Vila Cakrawala sangat ramai sepanjang malam.Anggota Keluarga Basagita terus menerus men
"Hmm."Luna membiarkan Ardika menggandeng tangannya, meninggalkan ruang perjamuan malam itu bersama suaminya dengan sedikit linglung.Melihat punggung kedua orang itu sudah kian menjauh, berbagai suara desahan menyelimuti ruangan tersebut.Menyesal.Salah mereka sendiri memandang rendah orang lain sebelumnya. Demi menjalin hubungan dengan Andrew, mereka melontarkan kata-kata sindiran dan ejekan terhadap Ardika.Sekarang mereka baru menyadari sosok yang benar-benar hebat itu, ternyata adalah menantu benalu yang mereka pandang rendah.Namun, sudah terlambat untuk menyesal sekarang.Sebelumnya, tidak peduli bagaimana mereka menyanjung dan meminta maaf, Ardika sama sekali tidak berencana untuk memedulikan mereka.Semua kartu nama yang diterimanya, juga dibuangnya di atas meja, tidak ada satu pun yang diambilnya.Tentu saja Ardika tidak akan mencari perhitungan dengan orang-orang itu, tetapi dia juga tidak akan bersikap baik pada mereka....Vila Cakrawala.Satu keluarga itu duduk di sofa,
"Eh, tua bangka, kamu benar-benar konyol, kapan aku menipumu?"Sambil melihat Tiano yang berguling-guling di lantai, Ardika berkata dengan nada bicara mengejek, "Sebelumnya saat kamu berlagak hebat dan memintaku untuk mengunjungimu, bukankah aku sudah mengunjungimu sendiri?""Tapi, kamu nggak percaya, bahkan mengusirku."Begitu mendengar ucapannya, energi di sekujur tubuh Tiano seperti sudah terserap habis. Dia berbaring di sana tanpa bergerak.Dia benar-benar menyesal.Kalau dari awal dia tahu Ardika adalah wali kota, dia pasti tidak akan menyinggung Ardika seperti itu.Namun, biarpun dia mengetahui identitas Ardika, apakah Tiano tidak akan terlibat dalam perselisihan dengan Ardika?Jawabannya belum tentu.Sifat seseorang sulit diubah.Itulah sebabnya Tiano bisa berakhir seperti ini. Ardika adalah seorang wali kota atau bukan tidaklah penting, tetapi kepribadiannya yang suka berlagak hebat dan berlagak senior yang sangat berpengaruh.Saat ini, melihat penampilan Tiano yang begitu meny
"Ciputra, karena bocah ini sendiri yang mengajukan permintaan itu, kamu telepon saja!"Tiano melambaikan tangannya, tampak sangat percaya diri.Ciputra melirik Ardika sekilas, lalu mengeluarkan ponselnya dengan tidak berdaya, lalu menghubungi kantor Helios."Ada yang perlu kulaporkan pada Tuan Kodam."Tak lama kemudian, panggilan telepon itu sudah disambungkan pada Helios oleh sekretarisnya."Tuan Kodam, Tiano, wali kota lama Kota Banyuli, melaporkan Pak Ardika, wali kota saat ini, meminta Inspektorat untuk melakukan pemeriksaan terhadapnya secara menyeluruh.""Lalu, Pak Ardika juga sudah setuju, mengatakan ingin mendengar tanggapan dari Tuan."Pak Ardika? Wali kota saat ini?Apa-apaan ini?!Wali kota ingusan itu adalah ....Baik Tiano maupun Piom dan Lando, sedikit kebingungan mendengar ucapan Ciputra. Untuk sesaat, mereka tidak bereaksi."Pak Tiano, Tuan Kodam memintamu untuk mendengar telepon."Saat ini, Ciputra menyodorkan ponselnya kepada Tiano.Begitu Tiano mendekatkan ponsel itu
"Brak!"Piom juga terduduk di lantai, dia menatap Ciputra dengan tatapan sedih.Kemudian, dalam situasi krisis seperti itu, dia melemparkan sorot mata meminta bantuan ke arah Tiano dan berkata dengan suara keras, "Pak Tiano, tolong bantu kami bicara. Kalau aku nggak salah ingat, dulu Pak Ciputra adalah bawahanmu, 'kan?"Mendengar ucapannya, Tiano merasa sedikit canggung.Dia pernah menjabat sebagai Wali Kota Banyuli selama dua puluh tahun, memiliki bekerja sama dengan banyak anggota instansi pemerintahan dan memiliki banyak rekan.Ciputra memang pernah bekerja di Kota Banyuli, juga merupakan bawahannya. Hanya saja, pria itu sudah naik jabatan hingga menjadi pejabat pemerintahan provinsi."Ciputra, mengapa kamu datang ke Kota Banyuli, kamu juga nggak datang mencariku untuk mengobrol bersama sambil minum teh?"Tiano berdeham, lalu mulai mencoba untuk melakukan pendekatan terhadap Ciputra.Saat dia masih menjabat sebagai wali kota, proyek Gunung Amona sudah dimulai, hanya saja berakhir te
Karena itulah, setelah mengetahui sebenarnya pendukung Ardika adalah wali kota baru itu, Piom dan yang lainnya akhirnya sudah bisa lega. Mereka menatap Ardika sambil tertawa dingin.Tiano juga berkata dengan dingin, "Ardika, cepat berlutut dan meminta maaf pada Pak Piom dan Pak Lando. Kalau nggak, nggak akan ada yang bisa menyelamatkanmu!"Dia tahu kepribadian Ardika, orang yang satu ini sangat keras kepala, pasti tidak akan berlutut.Kalau begitu, hasil akhirnya adalah bocah itu pasti akan bermusuhan dengan Piom dan Lando.Sementara itu, hasil seperti inilah yang Tiano inginkan. Dia ingin membesar-besarkan masalah.Ardika berdiri tegak, menatap ketiga orang itu dengan sorot mata mengejek, lalu berkata dengan acuh tak acuh, "Kulihat sebaiknya kalian bertiga yang berlutut duluan. Sebentar lagi, biarpun kalian ingin, sudah terlambat untuk berlutut.""Ardika, apa kamu sedang mengigau? Apa kamu kira dengan adanya dukungan dari seorang wali kota, kamu sudah bisa bertindak semena-mena?""Kul
"Ada apa, Pak Tiano? Kamu mengenalnya?"Mendapati ekspresi Tiano langsung berubah drastis setelah melihat Ardika, Piom dan Lando pun merasa sedikit gelisah.Sepertinya reaksinya ini menunjukkan tanda-tanda yang kurang baik.Jangan bilang dia juga akan berlutut di hadapan Ardika seperti Harrison.Namun, tak lama kemudian, Tiano langsung memasang ekspresi muram dan berkata, "Bajingan, ternyata kamu yang membuat masalah lagi! Kamu benar-benar bernyali besar! Berani-beraninya kamu menyinggung Piom dan Lando!"Mendengar panggilan yang ditujukan olah Tiano pada Ardika, Piom dan Lando langsung tertawa.Mereka bahkan sudah tidak keberatan melihat Tiano mengagungkan senioritas sendiri di hadapan mereka lagi.Benar saja, Tiano sudah menjabat sebagai Wali Kota Banyuli selama dua puluh tahun, dia cukup berwibawa dan berkuasa, sama sekali tidak menganggap serius Ardika.Piom memelototi Ardika dengan tajam dan berkata, "Pak Tiano, kali ini aku membawa tim inspeksi untuk meninjau proyek Gunung Amona,