Di jalan tol menuju bandara Kota Banyuli.Sebuah rombongan mobil mewah dengan kecepatan 120 kilometer per jam sedang melaju dengan cepat.Di dalam salah satu mobil Maybach, Chamir duduk di bangku penumpang belakang sambil memejamkan kedua matanya. Ekspresinya tampak pucat pasi, bulir-bulir keringat dingin bercucuran di dahinya.Bagian perutnya terasa sakit, sakit yang luar biasa menyiksa dirinya setiap saat."Pak Chamir, kalau kita kembali ke Kota Sewo seperti ini, nggak akan ada posisi kita lagi di Organisasi Snakei!""Bagaimana kalau kita melakukan serangan balik dengan langsung menembak si Ardika itu dengan senjata api? Biarpun dia mengenal Ratu Ular, memangnya kenapa? Orang mati sudah nggak ada artinya lagi!" kata anak buah kepercayaannya yang duduk di sampingnya dengan ekspresi ganas.Persaingan di Organisasi Snakei selalu sangat sengit.Terlepas dari saingan yang berasal dari cabang-cabang lainnya, hanya di cabang Organisasi Snakei Gotawa saja, tidak tahu ada berapa banyak orang
"Belum dipastikan dia orangnya."Wanita muda itu jelas tahu orang yang disebut oleh Vanya adalah Ardika. Dia berkata, "Setelah Ardika melumpuhkan Chamir, dia sudah melepaskan Chamir.""Saat Chamir dalam perjalanan menuju bandara Kota Banyuli, ada orang yang mengirim penembak jitu. Sopir Chamir tertembak di tempat, lalu mobil hilang kendali hingga terjadi kecelakaan beruntun.""Ketika anak buah Chamir menyelamatkannya keluar dari mobil, dia sudah tewas.""Menurut hasil analisis pihak kepolisian Kota Banyuli, posisi penembak jitu ditemukan di titik tinggi yang berjarak tiga kilometer. Selain ini, untuk sementara waktu ini, nggak ada petunjuk lainnya."Vanya mendengarkan laporan dari anak buahnya dengan ekspresi tenang sebelum berkata, "Berjarak tiga kilometer, bisa membidik target yang melaju dengan kecepatan tinggi dengan tepat. Orang itu tahu jelas kekuatan Chamir. Hanya dengan jarak sejauh ini, baru bisa membuat Chamir nggak menyadarinya.""Penembak jitu elite seperti ini, hanya ada b
"Kapan aku pernah bilang ...."Ardika tidak bisa menyelesaikan kalimatnya.Karena sepertinya dia memang sudah mengatakan hal itu.Lalu, Ratu Ular mengikuti ucapannya dan benar-benar memintanya menjabat sebagai ketua cabang Organisasi Snakei Gotawa?Ardika melirik Pedang Ular Gelap dalam genggaman Gina dan berkata dengan acuh tak acuh, "Vanya mengeluarkan sebuah barang replika untuk memintaku bekerja untuknya? Bukankah dia sudah berpikir terlalu banyak?"Walaupun Empat Yang Mulia dalam empat organisasi besar memiliki kedudukan yang terhormat, tetapi baginya mereka tidak lebih dari sekadar empat orang biasa.Jangankan posisi sebagai ketua cabang Organisasi Snakei Gotawa.Bahkan Empat Yang Mulia menyerahkan posisi mereka untuknya pun, tidak ada apa-apanya baginya.Gina membungkukkan badannya dan berkata dengan penuh hormat, "Yang Mulia mengatakan walau fondasi Tuan Ardika di tim tempur cukup kokoh, tapi bagaimanapun juga kalau biasanya Tuan ingin meminjam kekuatan tim tempur, tentu saja n
"Oke, kamu kembali dan beri tahu Vanya, aku akan menjabat sebagai ketua cabang Gotawa ini untuk sementara waktu."Ardika tidak bisa duduk diam saja melihat Lima Negara Besar menimbulkan masalah.Harus diakui, Ratu Ular itu bisa membaca pikirannya dengan akurat.Gina menghela napas lega, berpamitan dengan Ardika dengan penuh hormat, lalu meninggalkan Kediaman Wali Kota Banyuli.Ardika memanggil Hamdi untuk menghampirinya dan bertanya, "Mengenai kasus Haron, apakah sudah ada hasilnya dari pihak Sigit?""Untuk sementara waktu ini, masih belum ada kemajuan."Hamdi tersenyum getir dan berkata, "Pelaku nggak meninggalkan petunjuk apa pun. Sekarang tambah lagi seseorang yang mati, yaitu Chamir. Tekanan yang dirasakan oleh kantor polisi pusat Kota Banyuli juga sangat besar.""Apa pun yang terjadi, ada aku. Minta Sigit untuk melanjutkan penyelidikan saja."Ardika melambaikan tangannya.Setelah menyampaikan beberapa patah kata itu, dia segera bangkit dan meninggalkan ruangannya."Kamu adalah Ard
Tanpa butuh waktu lama, orang-orang luar menyebarkan rumor bahwa Ardika mengeluarkan uang untuk membuat sebuah pertunjukan. Dia sendiri yang membeli Pedang Ular Gelap dengan tujuan untuk menyerahkan uang kepada Ratu Ular, agar mendapatkan pengampunan dari Ratu Ular.Dengan begitu, sudah masuk akal mengapa di hari acara lelang diselenggarakan, Ratu Ular bisa mendukung Ardika.Hanya saja, ada beberapa orang yang juga merasa kematian Chamir tidak layak.Demi 20 triliun, seorang ketua cabang Organisasi Snakei Gotawa, dicampakkan begitu saja oleh Ratu Ular....Setelah menyimpan Pedang Ular Gelap, Ardika baru kembali ke Vila Cakrawala.Sebelum dia sempat memasuki pintu, dia sudah mendengar suara tawa senang dari dalam.Ardika berjalan masuk sambil tersenyum. "Apa ada hal yang membahagiakan?""Kak Ardika, aku sudah menerima surat penerimaan dari universitas!"Futari berlari-lari kecil menghampiri Ardika, lalu menggandeng lengan Ardika. Saking senangnya, wajahnya tampak memerah.Anggota kelua
Doni adalah anggota tim tempur, walaupun pengaruhnya tidak kecil, tetapi penghasilannya tidaklah besar.Untuk membuat pria itu kesal, Ardika juga jarang-jarang menggunakan cara pamer seperti ini."Terima kasih, Kak Ardika!"Saking senangnya, Futari melompat-lompat kegirangan.Di sisi lain, ekspresi Doni langsung berubah menjadi sangat muram. Dia hanya mendengus tanpa mengucapkan sepatah kata pun lagi.Bagaimanapun juga, Ardika juga sedang membantu putrinya.Dia juga tahu jelas Ardika yang sekarang sudah berbeda dari Ardika yang dulu. Ardika sudah bukan merupakan seorang pecundang lagi seperti dulu.Setelahnya, Ardika langsung menghubungi bos Hotel Blazar, memintanya untuk mengatur sebuah ruang pribadi paling mewah.Waktu berlalu dengan cepat. Keesokan harinya tiba.Futari sekeluarga, ditambah Ardika dan Luna sekeluarga, tiba di Hotel Blazar tepat waktu.Tanpa menunggu lama, perwakilan penerimaan murid Universitas Denpapan juga sudah tiba.Totalnya hanya ada beberapa orang. Pemimpin kel
Bagi Lyodra, kalau bukan karena Ardika membalikkan opini publik, dia tidak akan mengalami hal menyedihkan seperti ini.Dia tidak berani membenci para petinggi Surat Kabar Ibu Kota Provinsi. Karena itulah, dia hanya bisa mengalihkan kebenciannya ini pada Ardika.Walaupun Lyodra menyembunyikan ekspresinya dengan sangat baik, tetapi semua orang tetap bisa melihatnya sedikit tidak puas terhadap Ardika.Sorot matanya dipenuhi dengan niat buruk.Khawatir hal itu akan memengaruhi masa depan keponakannya, Desi bergegas meredakan suasana dengan seulas senyum menghiasi wajahnya."Bu Lyodra bisa saja, menantu keluarga kami ini nggak punya kemampuan apa-apa, nggak bisa dibandingkan dengan Bu Lyodra. Hari ini, dia ikut bersama kami datang kemari hanya untuk meramaikan suasana, awalnya kami juga nggak mengajaknya.""Bu Lyodra, bagaimana kalau aku memintanya pulang saja?"Saat ini, semua orang merasa sedikit menyesal telah membiarkan Ardika ikut datang kemari.Siapa sangka, begitu datang saja, Bu Lyo
Desi menarik Ardika ke samping, lalu memperingatkan menantunya itu, "Pikirkan baik-baik sebelum berbicara! Jangan mengatakan hal-hal yang seharusnya nggak kamu katakan! Kalau kamu membuat Futari kehilangan kesempatan ini, aku nggak akan melepaskanmu!"Orang-orang lainnya juga berpesan beberapa patah kata pada Ardika sebelum meninggalkan ruang pribadi itu dan menunggu di lantai bawah.Ruang pribadi ini sangat luas, seperti sebuah kamar tipe presiden.Lyodra melangkahkan kakinya ke arah sofa dengan langkah tidak cepat, juga tidak lambat. Dia duduk di sofa, menyilangkan kakinya, lalu mengamati Ardika dari ujung kepala hingga ke ujung kaki dan berkata dengan ekspresi penuh arti, "Pak Ardika, aku benar-benar nggak menyangka akan bertemu denganmu dengan cara seperti ini.""Sekarang kesempatan adik iparmu untuk masuk ke Universitas Denpapan ada di tanganku, apa yang ingin kamu katakan?"Ardika berkata dengan tenang, "Nggak ada yang ingin kukatakan. Adik iparku sangat unggul. Baik prestasi bel
"Eh, tua bangka, kamu benar-benar konyol, kapan aku menipumu?"Sambil melihat Tiano yang berguling-guling di lantai, Ardika berkata dengan nada bicara mengejek, "Sebelumnya saat kamu berlagak hebat dan memintaku untuk mengunjungimu, bukankah aku sudah mengunjungimu sendiri?""Tapi, kamu nggak percaya, bahkan mengusirku."Begitu mendengar ucapannya, energi di sekujur tubuh Tiano seperti sudah terserap habis. Dia berbaring di sana tanpa bergerak.Dia benar-benar menyesal.Kalau dari awal dia tahu Ardika adalah wali kota, dia pasti tidak akan menyinggung Ardika seperti itu.Namun, biarpun dia mengetahui identitas Ardika, apakah Tiano tidak akan terlibat dalam perselisihan dengan Ardika?Jawabannya belum tentu.Sifat seseorang sulit diubah.Itulah sebabnya Tiano bisa berakhir seperti ini. Ardika adalah seorang wali kota atau bukan tidaklah penting, tetapi kepribadiannya yang suka berlagak hebat dan berlagak senior yang sangat berpengaruh.Saat ini, melihat penampilan Tiano yang begitu meny
"Ciputra, karena bocah ini sendiri yang mengajukan permintaan itu, kamu telepon saja!"Tiano melambaikan tangannya, tampak sangat percaya diri.Ciputra melirik Ardika sekilas, lalu mengeluarkan ponselnya dengan tidak berdaya, lalu menghubungi kantor Helios."Ada yang perlu kulaporkan pada Tuan Kodam."Tak lama kemudian, panggilan telepon itu sudah disambungkan pada Helios oleh sekretarisnya."Tuan Kodam, Tiano, wali kota lama Kota Banyuli, melaporkan Pak Ardika, wali kota saat ini, meminta Inspektorat untuk melakukan pemeriksaan terhadapnya secara menyeluruh.""Lalu, Pak Ardika juga sudah setuju, mengatakan ingin mendengar tanggapan dari Tuan."Pak Ardika? Wali kota saat ini?Apa-apaan ini?!Wali kota ingusan itu adalah ....Baik Tiano maupun Piom dan Lando, sedikit kebingungan mendengar ucapan Ciputra. Untuk sesaat, mereka tidak bereaksi."Pak Tiano, Tuan Kodam memintamu untuk mendengar telepon."Saat ini, Ciputra menyodorkan ponselnya kepada Tiano.Begitu Tiano mendekatkan ponsel itu
"Brak!"Piom juga terduduk di lantai, dia menatap Ciputra dengan tatapan sedih.Kemudian, dalam situasi krisis seperti itu, dia melemparkan sorot mata meminta bantuan ke arah Tiano dan berkata dengan suara keras, "Pak Tiano, tolong bantu kami bicara. Kalau aku nggak salah ingat, dulu Pak Ciputra adalah bawahanmu, 'kan?"Mendengar ucapannya, Tiano merasa sedikit canggung.Dia pernah menjabat sebagai Wali Kota Banyuli selama dua puluh tahun, memiliki bekerja sama dengan banyak anggota instansi pemerintahan dan memiliki banyak rekan.Ciputra memang pernah bekerja di Kota Banyuli, juga merupakan bawahannya. Hanya saja, pria itu sudah naik jabatan hingga menjadi pejabat pemerintahan provinsi."Ciputra, mengapa kamu datang ke Kota Banyuli, kamu juga nggak datang mencariku untuk mengobrol bersama sambil minum teh?"Tiano berdeham, lalu mulai mencoba untuk melakukan pendekatan terhadap Ciputra.Saat dia masih menjabat sebagai wali kota, proyek Gunung Amona sudah dimulai, hanya saja berakhir te
Karena itulah, setelah mengetahui sebenarnya pendukung Ardika adalah wali kota baru itu, Piom dan yang lainnya akhirnya sudah bisa lega. Mereka menatap Ardika sambil tertawa dingin.Tiano juga berkata dengan dingin, "Ardika, cepat berlutut dan meminta maaf pada Pak Piom dan Pak Lando. Kalau nggak, nggak akan ada yang bisa menyelamatkanmu!"Dia tahu kepribadian Ardika, orang yang satu ini sangat keras kepala, pasti tidak akan berlutut.Kalau begitu, hasil akhirnya adalah bocah itu pasti akan bermusuhan dengan Piom dan Lando.Sementara itu, hasil seperti inilah yang Tiano inginkan. Dia ingin membesar-besarkan masalah.Ardika berdiri tegak, menatap ketiga orang itu dengan sorot mata mengejek, lalu berkata dengan acuh tak acuh, "Kulihat sebaiknya kalian bertiga yang berlutut duluan. Sebentar lagi, biarpun kalian ingin, sudah terlambat untuk berlutut.""Ardika, apa kamu sedang mengigau? Apa kamu kira dengan adanya dukungan dari seorang wali kota, kamu sudah bisa bertindak semena-mena?""Kul
"Ada apa, Pak Tiano? Kamu mengenalnya?"Mendapati ekspresi Tiano langsung berubah drastis setelah melihat Ardika, Piom dan Lando pun merasa sedikit gelisah.Sepertinya reaksinya ini menunjukkan tanda-tanda yang kurang baik.Jangan bilang dia juga akan berlutut di hadapan Ardika seperti Harrison.Namun, tak lama kemudian, Tiano langsung memasang ekspresi muram dan berkata, "Bajingan, ternyata kamu yang membuat masalah lagi! Kamu benar-benar bernyali besar! Berani-beraninya kamu menyinggung Piom dan Lando!"Mendengar panggilan yang ditujukan olah Tiano pada Ardika, Piom dan Lando langsung tertawa.Mereka bahkan sudah tidak keberatan melihat Tiano mengagungkan senioritas sendiri di hadapan mereka lagi.Benar saja, Tiano sudah menjabat sebagai Wali Kota Banyuli selama dua puluh tahun, dia cukup berwibawa dan berkuasa, sama sekali tidak menganggap serius Ardika.Piom memelototi Ardika dengan tajam dan berkata, "Pak Tiano, kali ini aku membawa tim inspeksi untuk meninjau proyek Gunung Amona,
"Malam ini Andrew mengadakan perjamuan malam di Kota Banyuli, Harrison, Konsul Jenderal Negara Enggrim juga muncul perjamuan malam tersebut.""Tapi ... tapi kabar terbarunya adalah, Harrison berlutut di hadapan seorang pemuda, bahkan mematahkan lengan dan kaki Andrew di hadapan banyak orang."Ini ...."Tak lama kemudian, dengan berkeringatan, sekretaris Helios segera menyampaikan laporan pada atasannya.Hal ini benar-benar terlalu mengejutkan. Kalau tidak diatasi dengan baik, bisa menimbulkan konflik antar negara. Sekretaris itu juga sangat terkejut.Helios menarik napas dalam-dalam dan berkata, "Aku tahu siapa pemuda itu, anggap saja kejadian Harrison nggak pernah terjadi.""Omong-omong, bukankah Ciputra dari Inspektorat berada di Kota Banyuli?""Ya, benar. Dua hari ini, Pak Ciputra sedang melakukan inspeksi rahasia di Kota Banyuli!"Sekretaris itu menjawab dengan cepat.Helios langsung melambaikan tangannya dan berkata, "Cepat minta dia ke sana untuk menangani Piom dan Lando!""Baik!
Begitu mendengar ucapan Ardika, ekspresi Piom langsung berubah menjadi muram.Dia tahu Ardika tidak bersedia untuk membiarkan hal ini berlalu begitu saja.Jelas-jelas hal ini bisa dibiarkan berlalu dengan mudah, biarpun dia harus merendahkan diri dan meminta maaf.Namun, Ardika malah sengaja mengutarakan hal tersebut secara terang-terangan. Sangat jelas pria itu tidak berencana untuk melepaskannya.Tepat pada saat ini, Lando melangkah maju, mencoba untuk meredakan situasi. "Tuan Ardika, pernahkah kamu mendengar kalimat ini? Cobalah untuk berbesar hati memaafkan orang lain, jangan bertindak kelewat batas!"Dia juga tidak bodoh, dia tahu Ardika tidak ingin membiarkan hal ini berlalu begitu saja.Sementara itu, dirinya dan Piom adalah satu-satunya orang-orang pemerintahan yang menghadiri perjamuan malam Andrew.Begitu tindakan Piom terekspos, kemungkinan besar dia juga akan terseret dalam masalah.Ini bukan hanya sekadar dugaan tak berdasar, karena sebelumnya dia juga telah menyinggung Ar
Andrew dan yang lainnya sudah dibawa pergi oleh Harrison.Suasana di dalam ruangan itu juga sudah berubah menjadi hening.Terutama orang-orang yang sebelumnya tidak menjaga mulut mereka dengan baik, yang sudah melontarkan kata-kata sindiran dan ejekan terhadap Ardika, saat ini mereka merasakan sekujur mereka diselimuti oleh hawa dingin. Mereka benar-benar gugup setengah mati.Mereka tahu jelas.Hanya dengan beberapa patah kata saja, Ardika sudah bisa membuat Harrison berlutut meminta maaf, bahkan mematahkan lengan dan kaki Andrew. Kalau begitu, Ardika pasti punya kemampuan untuk membalas mereka, bahkan membuat mereka jatuh miskin.Ini bukan hiperbola. Bagaimanapun juga, kalau bukan karena kebesaran hati Ardika, bahkan Grup Kamel juga terpaksa harus meninggalkan pasar Negara Nusantara.Saat ini, mereka ingin sekali melayangkan dua tamparan ke wajah mereka sendiri, mengapa mereka memandang rendah orang lain dengan sembarangan?Namun, Ardika sama sekali tidak berencana untuk memedulikan o
Suara orang-orang tersentak menyelimuti udara.Saat orang-orang lainnya mendengar ucapan Harrison ini, mereka kembali terkejut.Tidak hanya melumpuhkan Andrew, pria itu bahkan akan meminta Grup Kamel untuk meninggalkan pasar Negara Nusantara sepenuhnya, kerugiannya diperkirakan mencapai puluhan triliun.Sebenarnya apa identitas Ardika, sampai-sampai bisa membuat seorang Harrison bertindak sejauh ini sebagai bentuk pertanggungjawaban untuknya?Namun, Ardika malah melambaikan tangannya, menolak penawaran Harrison."Nggak perlu segitunya. Selama kelak Grup Kamel berbisnis di Negara Nusantara sesuai aturan, aku terima dengan senang hati.""Adapun mengenai Andrew dan semua anak buahnya ini, aku nggak ingin melihat mereka menginjakkan kaki mereka di Negara Nusantara lagi."Dari awal hingga akhir, Ardika sama sekali tidak melirik Andrew.Bangsawan Negara Enggrim apaan?Bangsawan Negara Enggrim yang mati di tangannya bukan hanya satu orang.Kalau bukan karena itu, bagaimana mungkin Harrison bi