Tanpa butuh waktu lama, orang-orang luar menyebarkan rumor bahwa Ardika mengeluarkan uang untuk membuat sebuah pertunjukan. Dia sendiri yang membeli Pedang Ular Gelap dengan tujuan untuk menyerahkan uang kepada Ratu Ular, agar mendapatkan pengampunan dari Ratu Ular.Dengan begitu, sudah masuk akal mengapa di hari acara lelang diselenggarakan, Ratu Ular bisa mendukung Ardika.Hanya saja, ada beberapa orang yang juga merasa kematian Chamir tidak layak.Demi 20 triliun, seorang ketua cabang Organisasi Snakei Gotawa, dicampakkan begitu saja oleh Ratu Ular....Setelah menyimpan Pedang Ular Gelap, Ardika baru kembali ke Vila Cakrawala.Sebelum dia sempat memasuki pintu, dia sudah mendengar suara tawa senang dari dalam.Ardika berjalan masuk sambil tersenyum. "Apa ada hal yang membahagiakan?""Kak Ardika, aku sudah menerima surat penerimaan dari universitas!"Futari berlari-lari kecil menghampiri Ardika, lalu menggandeng lengan Ardika. Saking senangnya, wajahnya tampak memerah.Anggota kelua
Doni adalah anggota tim tempur, walaupun pengaruhnya tidak kecil, tetapi penghasilannya tidaklah besar.Untuk membuat pria itu kesal, Ardika juga jarang-jarang menggunakan cara pamer seperti ini."Terima kasih, Kak Ardika!"Saking senangnya, Futari melompat-lompat kegirangan.Di sisi lain, ekspresi Doni langsung berubah menjadi sangat muram. Dia hanya mendengus tanpa mengucapkan sepatah kata pun lagi.Bagaimanapun juga, Ardika juga sedang membantu putrinya.Dia juga tahu jelas Ardika yang sekarang sudah berbeda dari Ardika yang dulu. Ardika sudah bukan merupakan seorang pecundang lagi seperti dulu.Setelahnya, Ardika langsung menghubungi bos Hotel Blazar, memintanya untuk mengatur sebuah ruang pribadi paling mewah.Waktu berlalu dengan cepat. Keesokan harinya tiba.Futari sekeluarga, ditambah Ardika dan Luna sekeluarga, tiba di Hotel Blazar tepat waktu.Tanpa menunggu lama, perwakilan penerimaan murid Universitas Denpapan juga sudah tiba.Totalnya hanya ada beberapa orang. Pemimpin kel
Bagi Lyodra, kalau bukan karena Ardika membalikkan opini publik, dia tidak akan mengalami hal menyedihkan seperti ini.Dia tidak berani membenci para petinggi Surat Kabar Ibu Kota Provinsi. Karena itulah, dia hanya bisa mengalihkan kebenciannya ini pada Ardika.Walaupun Lyodra menyembunyikan ekspresinya dengan sangat baik, tetapi semua orang tetap bisa melihatnya sedikit tidak puas terhadap Ardika.Sorot matanya dipenuhi dengan niat buruk.Khawatir hal itu akan memengaruhi masa depan keponakannya, Desi bergegas meredakan suasana dengan seulas senyum menghiasi wajahnya."Bu Lyodra bisa saja, menantu keluarga kami ini nggak punya kemampuan apa-apa, nggak bisa dibandingkan dengan Bu Lyodra. Hari ini, dia ikut bersama kami datang kemari hanya untuk meramaikan suasana, awalnya kami juga nggak mengajaknya.""Bu Lyodra, bagaimana kalau aku memintanya pulang saja?"Saat ini, semua orang merasa sedikit menyesal telah membiarkan Ardika ikut datang kemari.Siapa sangka, begitu datang saja, Bu Lyo
Desi menarik Ardika ke samping, lalu memperingatkan menantunya itu, "Pikirkan baik-baik sebelum berbicara! Jangan mengatakan hal-hal yang seharusnya nggak kamu katakan! Kalau kamu membuat Futari kehilangan kesempatan ini, aku nggak akan melepaskanmu!"Orang-orang lainnya juga berpesan beberapa patah kata pada Ardika sebelum meninggalkan ruang pribadi itu dan menunggu di lantai bawah.Ruang pribadi ini sangat luas, seperti sebuah kamar tipe presiden.Lyodra melangkahkan kakinya ke arah sofa dengan langkah tidak cepat, juga tidak lambat. Dia duduk di sofa, menyilangkan kakinya, lalu mengamati Ardika dari ujung kepala hingga ke ujung kaki dan berkata dengan ekspresi penuh arti, "Pak Ardika, aku benar-benar nggak menyangka akan bertemu denganmu dengan cara seperti ini.""Sekarang kesempatan adik iparmu untuk masuk ke Universitas Denpapan ada di tanganku, apa yang ingin kamu katakan?"Ardika berkata dengan tenang, "Nggak ada yang ingin kukatakan. Adik iparku sangat unggul. Baik prestasi bel
Biarpun dalam lubuk hati para guru pria ini, sebenarnya mereka sangat berterima kasih pada Ardika.Kalau bukan karena Ardika menyebabkan Lyodra dipecat, hingga wanita itu beralih profesi menjadi kepala departemen penerimaan murid, mereka tidak akan pernah mendapatkan kesempatan untuk berinteraksi dengan seorang wartawan elite Surat Kabar Ibu Kota Provinsi seumur hidup mereka.Namun, hal ini tetap tidak menjadi hambatan bagi mereka untuk menginjak-injak Ardika demi menyenangkan hati Lyodra.Walaupun Ardika adalah seorang presdir, boleh dibilang juga memiliki identitas dan latar belakang.Namun, mereka semua bekerja di universitas. Ardika tidak bisa memengaruhi pekerjaan mereka, jadi mereka tidak takut.Melihat sekelompok penjilatnya melontarkan makian terhadap Ardika, Lyodra juga sangat bangga."Eh, Ardika, saat itu kamu hanya beruntung, menemukan bukti penggelapan pajak Teodor dan berhasil membalikkan opini publik! Kalau nggak, saat itu kamu nggak akan bisa membalikkan situasi selamany
"Aku nggak keberatan."Lyodra mengangguk, lalu menunduk melirik pesan di ponselnya dan bertanya, "Dengar-dengar, Tuan Ardika adalah anak yang dicampakkan oleh Keluarga Mahasura ibu kota provinsi?"Ardika sedikit mengerutkan keningnya, tetapi dia tetap mengangguk dan berkata, "Ya, benar.""Lalu, kamu pindah ke Kota Banyuli dan menjadi menantu benalu Keluarga Basagita?""Ya.""Aturan dalam Keluarga Mahasura sangat ketat. Dengar-dengar kamu diusir oleh Keluarga Mahasura karena melakukan kesalahan?""Dengar-dengar, kamu hidup dengan mengandalkan istrimu. Setelah ada sedikit identitas dan latar belakang, kamu menyuruh orang untuk mengirimkan peti mati kepada Keluarga Mahasura, meminta mereka ke Kota Banyuli untuk berlutut meminta maaf padamu tanpa mempertimbangkan kebaikan Keluarga Mahasura yang telah membesarkanmu.""Seorang pria yang nggak tahu malu dan nggak tahu membalas budi sepertimu, bagaimana kamu bisa mewakili Futari menerima evaluasi dari kami?""Aturan Universitas Denpapan juga s
"Lagi pula, bukankah fakta sudah membuktikannya?"Ardika menatap Lyodra sambil tersenyum.Melihat ekspresi tenang Ardika, Lyodra benar-benar kesal setengah mati, bahkan parasnya sudah sedikit berkedut.Menghadapi pria keras kepala seperti Ardika, dia mendapati apa yang dilakukannya ini sia-sia saja, amarah dan kekesalannya tetap tak terlampiaskan."Huh! Ardika, lanjutkan saja berpura-pura!""Terlepas dari seberapa bagus aktingmu itu, juga tetap nggak akan bisa menutupi rasa bersalahmu.""Walau kamu punya sedikit uang, di mata orang-orang terpelajar seperti kami, kamu hanya pebisnis yang nggak ada apa-apanya. Siapa yang akan memandang tinggi dirimu?""Kamu masih ingin melakukan intervensi terhadap Universitas Denpapan? Bermimpi saja kamu!"Lyodra tertawa dingin. Kemudian, dia melambaikan tangannya pada seorang penjilatnya dam berkata, "Pergi, pinjam sebuah ember dari pihak hotel dan tuangkan sedikit air."Penjilat itu tertegun sejenak.Walaupun dia tidak mengerti mengapa Lyoda mengajuka
Beberapa orang itu melontarkan makian dengan keras saking kesalnya. Mereka terus menerus menghasut Lyodra.Dengan memasang ekspresi dingin, Lyodra melambaikan tangannya dan berkata, "Ada hal yang lebih penting bagiku, sekarang aku nggak punya waktu untuk memedulikan si Ardika itu! Setelah aku selesai menangani hal itu, aku akan mencari perhitungan dengannya!"Setelah melontarkan beberapa patah kata itu, wanita itu langsung meninggalkan Hotel Blazar.Kemudian, dia langsung pergi mengunjungi Kediaman Wali Kota Banyuli.Kali ini, Universitas Denpapan mengirimnya kemari selain untuk mengevaluasi calon murid yang mendapatkan kuota di Kota Banyuli, dia masih memiliki sebuah tugas yang lebih penting lagi, yaitu menangani Kediaman Wali Kota Banyuli.Informasi mengenai Kediaman Wali Kota Banyuli hendak mengembangkan kota baru Sungai Banyuli, sudah tersebar ke seluruh pelosok Negara Nusantara.Karmin Irawan, Kepala Fakultas Seni Universitas Denpapan, juga menargetkan proyek ini, berencana untuk
Sambil menggertakkan giginya dengan emosi, Sofian berusaha keras untuk merangkak bangkit kembali. Ekspresinya sudah tampak sangat muram.Dulu, bagian tulang rusuknya pernah mengalami cedera, masih belum sepenuhnya pulih. Bagian inilah bagian paling rentan di tubuhnya.Biasanya, saat melawan para ahli bela diri, dia akan memperhatikan untuk melindungi bagian tulang rusuknya itu.Namun, hari ini karena menganggap remeh Werdi, dia sama sekali tidak memperhatikan hal itu.Saat pertama kali Werdi menyerang bagian tulang rusuknya, dia juga tidak berpikir banyak. Siapa sangka kali ini di bawah arahan dari Ardika, Werdi kembali menyerang titik kelemahannya itu dengan tepat."Eh, bajingan, tutup mulutmu! Setelah aku melumpuhkan Werdi, akan kuhabisi kamu!"Sofian sudah bertekad untuk melumpuhkan Werdi.Dia tidak akan berhenti sebelum menginjak-injak bocah yang satu ini."Mati kamu!"Sambil mengatupkan giginya dengan rapat, Sofian berteriak dengan keras. Kemudian, dia kembali menerjang ke arah We
"Mati saja sana!"Saat berbicara, Sofian meneriakkan tiga patah kata itu dengan marah. Kemudian, dia langsung menerjang ke arah Werdi. Tinjunya yang besar itu membelah udara, melesat menuju ke dahi Werdi.Sebelum tinju itu mendarat ke sasaran, aura membunuh yang menakutkan sudah menyelimuti target.Saking ketakutannya, jiwa Werdi seperti sudah meninggalkan raganya. Secara naluriah, dia ingin menghindari serangan tersebut.Tepat pada saat ini, suara Ardika tiba-tiba terdengar olehnya. "Mundur selangkah dengan kaki kananmu, lalu pukul bagian tulang rusuknya!"Kata-kata yang singkat, padat dan jelas ini, membuat Werdi bisa langsung memahaminya tanpa harus berpikir lagi.Seolah-olah menemukan penyelamatnya, tubuhnya bergerak mengikuti instruksi Ardika dengan refleks."Plak ...."Tubuh Werdi menghindar ke kanan, kebetulan berhasil menghindari serangan mematikan dari Sofian itu. Pada saat bersamaan, dia melayangkan pukulan yang tepat mengenai bagian tulang rusuk Sofian yang terekspos itu."P
Seolah-olah baru tercerahkan, Futari berkata, "Jadi, kamu hanya sedang memanas-manasi situasi, bukan benar-benar ingin membantu mereka, 'kan?"Dia hampir lupa hari ini Werdi dan yang lainnya memanggil Ardika ke Sekolah Bela Diri Sopran, pasti punya niat jahat.Jangankan membantu mereka, Ardika tidak memanfaatkan kesempatan ini untuk menjatuhkan mereka saja, juga sudah cukup "setia kawan"."Kak Ardika, kalau begitu kita mundur saja lebih jauh lagi. Kalau sampai terjadi sesuatu, kita juga bisa lebih cepat kabur!"Futari langsung menarik Ardika mundur menuju ke arah pintu keluar. Dia menyaksikan pertunjukan yang sedang berlangsung itu dengan ekspresi menikmati."Sialan!"Menyaksikan pemandangan ini melalui sudut matanya, Werdi yang sudah babak belur akibat perkelahian itu hampir muntah darah.Hanya menyulut api tanpa bertanggung jawab memadamkan api.Dia pernah melihat orang yang tidak tahu malu, tetapi tidak pernah melihat orang yang begitu tidak tahu malu!Tentu saja Ardika sama sekali
Orang-orang yang bisa mengikuti Sofian, tentu saja adalah anggota-anggota inti Organisasi Snakei cabang Provinsi Denpapan yang memihak pada Wilgo. Masing-masing di antara mereka memiliki kemampuan bela diri yang luar biasa.Di sisi lain, sekelompok tuan muda seperti Werdi juga bukanlah tipe orang yang mudah ditindas.Mereka juga sedikit berkemampuan. Kalau tidak, biarpun ada dukungan dari keluarga mereka, mereka juga tidak berani menantang kelompok Sofian.Dalam sekejap mata, perkelahian sengit antara dua kelompok itu pun dimulai.Namun, sepanjang proses itu berlangsung, kedua belah pihak masih mengendalikan diri mereka. Mereka hanya berkelahi dengan tangan kosong, tidak ada yang mengeluarkan senjata.Bagaimanapun juga, di antara kedua belah pihak ini, keduanya memiliki latar belakang yang cukup kuat.Yang satunya memiliki Organisasi Snakei cabang Provinsi Denpapan sebagai pendukung, sedangkan yang satunya lagi memiliki Timnu, orang kepercayaan Jerfis sebagai pendukung.Berkelahi bukan
Sofian Remax, ahli bela diri yang menempati perangkat pertama di antara generasi muda Organisasi Snakei cabang Provinsi Denpapan.Kekuatan orang ini luar biasa besar, dia sudah memberikan kontribusi besar untuk Wilgo.Dengar-dengar, guru orang ini adalah salah seorang tetua dari Organisasi Snakei cabang Gotawa. Alasan mengapa dia bergabung dengan cabang Provinsi Denpapan adalah untuk mencari pengalaman, agar suatu hari nanti dia bisa menduduki posisi ketua cabang.Juga ada yang mengatakan bahwa kekuatan Sofian sudah bisa mengejar Vita, salah satu dari sepuluh orang berbakat Organisasi Snakei cabang Gotawa.Terlebih lagi, itu adalah situasi satu tahun yang lalu.Kekuatan Sofian sekarang mungkin sudah jauh lebih kuat lagi!Jadi, ada rumor yang beredar bahwa kali ini Wilgo ingin berduel dengan pihak Vita dan Cahdani, perwakilan utamanya adalah Sofian ini.Hal ini juga membuat Sofian menjadi orang yang populer di kalangan kelas atas ibu kota provinsi.Sementara itu, konflik antara Sofian d
Werdi membungkukkan badannya di hadapan Ardika dengan sopan.Raina dan yang lainnya juga berkata dengan penuh hormat, "Kak Ardika, kamu adalah orang yang berbesar hati, beri kami kesempatan untuk mengungkapkan permintaan maaf kami padamu, ya!""Ibarat nggak kenal maka nggak sayang. Kelak kita adalah teman baik. Kak Ardika, kamu adalah kakak kami!"Menyaksikan pemandangan ini, Futari yang berdiri di samping Ardika pun kebingungan.Dia tahu Werdi dan yang lainnya punya niat jahat, dia sudah mempersiapkan mentalnya untuk menghadapi mereka yang akan mempersulit kakak iparnya.Namun, siapa sangka mereka benar-benar meminta maaf pada Ardika?Pertunjukan apa yang mereka mainkan ini?"Setelah melakukan kesalahan, tahu mengintrospeksi diri adalah hal yang baik. Aku juga bukan tipe orang yang berpemikiran sempit."Saat ini, Ardika berkata dengan acuh tak acuh, "Kalau begitu, kejadian tadi malam sudah berlalu, anggap saja nggak pernah terjadi. Kelak kita semua adalah teman.""Hahaha, Kak Ardika b
Sementara itu, di antara sekian banyaknya sekolah bela diri ini, tentu saja yang paling terkenal adalah sekolah bela diri di bawah naungan Organisasi Snakei cabang Provinsi Denpapan, Sekolah Bela Diri Sopran. Akan tetapi, sesungguhnya sekolah bela diri ini dikendalikan oleh Keluarga Gozali.Usai memarkirkan mobilnya, saat Ardika berjalan menuju ke Sekolah Bela Diri Sopran bersama Futari, dia melihat ada sebuah bangunan kuno yang dipenuhi gaya Negara Jepara berlokasi di seberang sekolah bela diri."Sekolah Bela Diri Laido!"Sebuah papan yang tergantung di depan pintu, bertuliskan empat kata menggunakan bahasa Negara Nusantara itu membuat Ardika menghentikan langkah kakinya. Dia menyipitkan matanya.Aura membunuh kuat yang biasanya hanya bisa dirasakan oleh Ardika terpancar dari empat kata besar tersebut!Sekolah Bela Diri Laido ini merupakan sekolah bela diri yang pasti bisa menempati peringkat tiga besar di antara sekian banyaknya sekolah bela diri di Negara Jepara. Banyak ahli bela di
Walaupun Ardika tidak memiliki kesan baik terhadap Tuan Besar Keluarga Liwanto ini, tetapi karena ini menyangkut hal besar ibu mertuanya, dia hanya mengangguk."Baiklah, saat senggang nanti aku akan pergi memilihkan hadiah untuk beliau. Futari, kamu juga bantu beri aku referensi, ya."Futari mengangguk dengan patuh.Tepat pada saat ini, ponselnya berdering."Raina menelepon lagi."Melihat nama yang berkedip di layar ponselnya, Futari langsung mengerutkan hidungnya.Dia sama sekali tidak ingin menerima panggilan telepon dari Raina.Namun, setelah Futari menolak panggilan telepon tersebut, Raina kembali meneleponnya, membombardirnya dengan panggilan telepon berturut-turut.Dengan sorot mata agak dingin, Ardika berkata, "Kalau nggak, kamu jawab aja teleponnya. Mari kita lihat apa yang ingin dikatakan oleh wanita itu."Kalau wanita itu ingin mencari masalah dengan Futari, itu artinya pelajaran yang diberikannya pada wanita itu malam sebelumnya masih belum cukup.Mendengar ucapan kakak ipar
Ardika menepuk dahi adik sepupunya itu, lalu berkata, "Eh, sudah, sudah. Kencan pagi-pagi buta? Apa yang kamu pikirkan?""Siapa tahu? Mungkin saja kamu takut kalau malam hari tiba, Kak Luna tiba-tiba memeriksa keberadaanmu."Dengan memasang ekspresi arogan, Futari berkata, "Intinya, aku harus menggantikan Kak Luna untuk mengawasimu!""Satu hal lagi, sebenarnya ada apa di antara kamu dengan Nona Rosa?""Pagi hari ini Raina mengirimkan pesan untuk menakut-nakutiku! Dia bilang sekarang rumor mengenai tadi malam kamu menghabiskan malam bersama Nona Rosa sudah tersebar di kalangan kelas atas ibu kota provinsi. Setelah Jerfis, salah satu dari tujuh tuan muda ibu kota provinsi itu kembali, pasti akan mencari perhitungan denganmu!"Ardika berkata dengan tidak berdaya, "Bukankah kamu tahu tadi malam aku berada di mana?""Tentu saja aku tahu Kak Ardika berada di rumah bersamaku, tapi orang lain nggak tahu."Futari mendecakkan lidahnya dan berkata, "Apalagi tadi malam kamu meminta Nona Rosa untuk