Beranda / Urban / Menantu Pahlawan Negara / Bab 1654 Melontarkan Makian Secara Gila-Gilaan

Share

Bab 1654 Melontarkan Makian Secara Gila-Gilaan

Penulis: Sarjana
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-02 18:00:01
Biarpun dalam lubuk hati para guru pria ini, sebenarnya mereka sangat berterima kasih pada Ardika.

Kalau bukan karena Ardika menyebabkan Lyodra dipecat, hingga wanita itu beralih profesi menjadi kepala departemen penerimaan murid, mereka tidak akan pernah mendapatkan kesempatan untuk berinteraksi dengan seorang wartawan elite Surat Kabar Ibu Kota Provinsi seumur hidup mereka.

Namun, hal ini tetap tidak menjadi hambatan bagi mereka untuk menginjak-injak Ardika demi menyenangkan hati Lyodra.

Walaupun Ardika adalah seorang presdir, boleh dibilang juga memiliki identitas dan latar belakang.

Namun, mereka semua bekerja di universitas. Ardika tidak bisa memengaruhi pekerjaan mereka, jadi mereka tidak takut.

Melihat sekelompok penjilatnya melontarkan makian terhadap Ardika, Lyodra juga sangat bangga.

"Eh, Ardika, saat itu kamu hanya beruntung, menemukan bukti penggelapan pajak Teodor dan berhasil membalikkan opini publik! Kalau nggak, saat itu kamu nggak akan bisa membalikkan situasi selamany
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1655 Salah Dunia

    "Aku nggak keberatan."Lyodra mengangguk, lalu menunduk melirik pesan di ponselnya dan bertanya, "Dengar-dengar, Tuan Ardika adalah anak yang dicampakkan oleh Keluarga Mahasura ibu kota provinsi?"Ardika sedikit mengerutkan keningnya, tetapi dia tetap mengangguk dan berkata, "Ya, benar.""Lalu, kamu pindah ke Kota Banyuli dan menjadi menantu benalu Keluarga Basagita?""Ya.""Aturan dalam Keluarga Mahasura sangat ketat. Dengar-dengar kamu diusir oleh Keluarga Mahasura karena melakukan kesalahan?""Dengar-dengar, kamu hidup dengan mengandalkan istrimu. Setelah ada sedikit identitas dan latar belakang, kamu menyuruh orang untuk mengirimkan peti mati kepada Keluarga Mahasura, meminta mereka ke Kota Banyuli untuk berlutut meminta maaf padamu tanpa mempertimbangkan kebaikan Keluarga Mahasura yang telah membesarkanmu.""Seorang pria yang nggak tahu malu dan nggak tahu membalas budi sepertimu, bagaimana kamu bisa mewakili Futari menerima evaluasi dari kami?""Aturan Universitas Denpapan juga s

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-02
  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1656 Menuangkan Air Cuci Kaki

    "Lagi pula, bukankah fakta sudah membuktikannya?"Ardika menatap Lyodra sambil tersenyum.Melihat ekspresi tenang Ardika, Lyodra benar-benar kesal setengah mati, bahkan parasnya sudah sedikit berkedut.Menghadapi pria keras kepala seperti Ardika, dia mendapati apa yang dilakukannya ini sia-sia saja, amarah dan kekesalannya tetap tak terlampiaskan."Huh! Ardika, lanjutkan saja berpura-pura!""Terlepas dari seberapa bagus aktingmu itu, juga tetap nggak akan bisa menutupi rasa bersalahmu.""Walau kamu punya sedikit uang, di mata orang-orang terpelajar seperti kami, kamu hanya pebisnis yang nggak ada apa-apanya. Siapa yang akan memandang tinggi dirimu?""Kamu masih ingin melakukan intervensi terhadap Universitas Denpapan? Bermimpi saja kamu!"Lyodra tertawa dingin. Kemudian, dia melambaikan tangannya pada seorang penjilatnya dam berkata, "Pergi, pinjam sebuah ember dari pihak hotel dan tuangkan sedikit air."Penjilat itu tertegun sejenak.Walaupun dia tidak mengerti mengapa Lyoda mengajuka

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-02
  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1657 Cabang Sekolah

    Beberapa orang itu melontarkan makian dengan keras saking kesalnya. Mereka terus menerus menghasut Lyodra.Dengan memasang ekspresi dingin, Lyodra melambaikan tangannya dan berkata, "Ada hal yang lebih penting bagiku, sekarang aku nggak punya waktu untuk memedulikan si Ardika itu! Setelah aku selesai menangani hal itu, aku akan mencari perhitungan dengannya!"Setelah melontarkan beberapa patah kata itu, wanita itu langsung meninggalkan Hotel Blazar.Kemudian, dia langsung pergi mengunjungi Kediaman Wali Kota Banyuli.Kali ini, Universitas Denpapan mengirimnya kemari selain untuk mengevaluasi calon murid yang mendapatkan kuota di Kota Banyuli, dia masih memiliki sebuah tugas yang lebih penting lagi, yaitu menangani Kediaman Wali Kota Banyuli.Informasi mengenai Kediaman Wali Kota Banyuli hendak mengembangkan kota baru Sungai Banyuli, sudah tersebar ke seluruh pelosok Negara Nusantara.Karmin Irawan, Kepala Fakultas Seni Universitas Denpapan, juga menargetkan proyek ini, berencana untuk

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-03
  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1658 Kenapa Tidak Bilang Kamu Adalah Wali Kota

    Hamdi meminta Lyodra untuk membicarakan proyek itu dengannya terlebih dahulu, karena dia ingin melihat apakah proyek ini bernilai atau tidak.Namun, setelah mendengar ucapannya, ekspresi Lyodra berubah menjadi agak muram.Dia berkata dengan datar, "Pak Hamdi, menurutku, sebaiknya aku melaporkannya secara langsung pada Tuan Wali Kota.""Kali ini, aku datang mewakili Pak Karmin, Kepala Fakultas Seni Universitas Denpapan. Pak Karmin berniat untuk membuka cabang sekolah di kota baru Sungai Banyuli.""Universitas Denpapan menempati peringkat sepuluh besar di Negara Nusantara, seharusnya kedudukan sekolahku nggak perlu diragukan lagi, bukan? Berbagai kota Provinsi Denpapan memikirkan berbagai macam cara untuk mengundang kami membuka cabang di kota mereka.""Begitu cabang sekolah baru dibangun, bisa membawa banyak keuntungan lainnya, reputasi Kota Banyuli juga pasti akan naik. Hanya harga tanah dan properti di kota baru saja juga akan meningkat beberapa tingkatan!""Aku pikir Tuan Wali Kota p

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-03
  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1659 Beristirahat untuk Sementara Waktu

    Lyodra tertawa dingin.Dia ingin membuat Ardika menyerah setelah mendengar ucapannya, lalu melihat ekspresi sedih dan putus asa pria itu.Suara teriakan Lyodra terhadap Ardika, sudah terdengar oleh staf-staf Kediaman Wali Kota.Setelah mendengar informasi itu, Hamdi bergegas keluar. Kebetulan sekali pada saat dia keluar, dia mendengar Lyodra melontarkan kata-kata seperti itu terhadap Ardika. Dalam sekejap, ekspresinya berubah menjadi muram.Saat dia hendak berbicara, Ardika sudah mengalihkan pandangan ke arahnya dan bertanya sambil tersenyum, "Wanita ini bilang dia sudah bertemu dengan Wali Kota Banyuli, bahkan mengobrol dengan menyenangkan? Mengapa aku nggak tahu?""Eh, ini ...."Hamdi melirik Lyodra yang ekspresinya sedikit canggung dengan dingin, lalu berkata, "Dia hanya memberikan selembar kartu nama dan mengatakan Universitas Denpapan ingin membuka cabang di kota baru Sungai Banyuli.""Membuka cabang sekolah adalah hal yang bagus."Ardika mengangguk.Kota Banyuli memang kekurangan

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-03
  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1660 Mungkin Karena Telah Memberi Uang

    'Apa?!''Serah terima pekerjaan?!'Ekspresi Lyodra langsung berubah drastis, dia berdiri mematung di tempat.Di saat seperti ini, bagaimana mungkin dia masih belum mengerti maksud Karmin?Pria itu bermaksud untuk menyingkirkannya."Pak Karmin, sebenarnya apa yang terjadi? Mengapa aku tiba-tiba disuruh untuk serah terima pekerjaan?"Lyodra sudah mulai panik.Karmin berkata dengan datar, "Proyek pembukaan cabang sekolah di Kota Banyuli adalah proyek yang besar. Lyodra, sebelumnya kamu adalah wartawan Surat Kabar Ibu Kota Provinsi, kamu masih belum memiliki pengalaman terkait, nggak cocok untuk pekerjaan ini.""Baiklah, begini dulu."Selesai berbicara, Karmin langsung memutuskan panggilan telepon. Sementara itu, Lyodra hanya merasakan sekujur tubuhnya diselimuti oleh hawa dingin.Sebelumnya, saat memintanya berkunjung ke Kota Banyuli, pria itu tidak berbicara seperti ini.Pria itu mengatakan dia memiliki pesona sebagai seorang wanita, mengerti bagaimana caranya menghadapi pria.Dia hanya

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-03
  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1661 Zilwar

    "Baik, Tuan Ardika! Kalau Tuan juga hadir, kemungkinan besar proyek ini akan berjalan dengan lancar!" kata Hamdi dengan senang.Banyak pihak yang menargetkan kota baru Sungai Banyuli, bahkan empat keluarga besar Kota Gamiga juga sudah mendatangi Kota Banyuli untuk menyusun perencanaan terlebih dahulu.Beberapa keluarga besar di sekitarnya juga sudah tidak sabar ingin bergerak.Mungkin di antara beberapa sekolah terkemuka ini, ada bayangan salah satu dari kekuatan-kekuatan itu.Hamdi khawatir dia tidak bisa mengendalikan situasi dengan baik. Bagaimanapun juga, bahkan Lyodra yang hanya merupakan seorang kepala departemen penerimaan murid Universitas Denpapan, juga sudah memandang remeh dirinya.Namun, berbeda ceritanya kalau Ardika hadir.Sebelumnya, fakta sudah membuktikan terlepas dari siapa pun yang berani bersikap lancang dan menimbulkan masalah di hadapan Ardika, pada akhirnya pasti akan membayar harga yang mahal.Intinya, selama ada Ardika, Kota Banyuli akan tetap aman dan tidak pe

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-04
  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1662 Pak Fairus

    "Katakan saja langsung.""Selama bisa menghabisi Ardika, aku pasti akan membantumu."Zilwar melontarkan kata-kata itu dengan acuh tak acuh, sama sekali tidak menanggapi ucapan manja Lyodra.Dia sudah pernah memainkan banyak wanita. Dia menganggap ini sebagai pertunjukan belaka, selama dia tidak bersedia menanggapi, dia sudah kebal dengan trik yang dimainkan oleh Lyodra ini.Lyodra juga tidak beromong kosong lagi, dia langsung berkata, "Ardika tahu aku sudah mendapatkan kelemahannya, dia langsung menyumbangkan 200 miliar pada Universitas Denpapan untuk memecatku.""Tuan Muda Zilwar, kamu harus membantuku. Selama kita bisa menghilangkan kesempatan adik ipar Ardika untuk bersekolah.""Aku nggak bisa mengatakan hal ini akan berpengaruh besar terhadapnya. Tapi, paling nggak hal ini akan merusak keharmonisan keluarganya, juga ada kemungkinan istrinya akan bercerai dengannya!" kata Lyodra dengan nada bicara penuh kebencian.Sekarang dia tidak memikirkan apa pun lagi. Selama bisa membuat Ardik

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-04

Bab terbaru

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1758 Identitas yang Lebih Hebat Lagi

    "Eh, tua bangka, kamu benar-benar konyol, kapan aku menipumu?"Sambil melihat Tiano yang berguling-guling di lantai, Ardika berkata dengan nada bicara mengejek, "Sebelumnya saat kamu berlagak hebat dan memintaku untuk mengunjungimu, bukankah aku sudah mengunjungimu sendiri?""Tapi, kamu nggak percaya, bahkan mengusirku."Begitu mendengar ucapannya, energi di sekujur tubuh Tiano seperti sudah terserap habis. Dia berbaring di sana tanpa bergerak.Dia benar-benar menyesal.Kalau dari awal dia tahu Ardika adalah wali kota, dia pasti tidak akan menyinggung Ardika seperti itu.Namun, biarpun dia mengetahui identitas Ardika, apakah Tiano tidak akan terlibat dalam perselisihan dengan Ardika?Jawabannya belum tentu.Sifat seseorang sulit diubah.Itulah sebabnya Tiano bisa berakhir seperti ini. Ardika adalah seorang wali kota atau bukan tidaklah penting, tetapi kepribadiannya yang suka berlagak hebat dan berlagak senior yang sangat berpengaruh.Saat ini, melihat penampilan Tiano yang begitu meny

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1757 Masa Tua Suram

    "Ciputra, karena bocah ini sendiri yang mengajukan permintaan itu, kamu telepon saja!"Tiano melambaikan tangannya, tampak sangat percaya diri.Ciputra melirik Ardika sekilas, lalu mengeluarkan ponselnya dengan tidak berdaya, lalu menghubungi kantor Helios."Ada yang perlu kulaporkan pada Tuan Kodam."Tak lama kemudian, panggilan telepon itu sudah disambungkan pada Helios oleh sekretarisnya."Tuan Kodam, Tiano, wali kota lama Kota Banyuli, melaporkan Pak Ardika, wali kota saat ini, meminta Inspektorat untuk melakukan pemeriksaan terhadapnya secara menyeluruh.""Lalu, Pak Ardika juga sudah setuju, mengatakan ingin mendengar tanggapan dari Tuan."Pak Ardika? Wali kota saat ini?Apa-apaan ini?!Wali kota ingusan itu adalah ....Baik Tiano maupun Piom dan Lando, sedikit kebingungan mendengar ucapan Ciputra. Untuk sesaat, mereka tidak bereaksi."Pak Tiano, Tuan Kodam memintamu untuk mendengar telepon."Saat ini, Ciputra menyodorkan ponselnya kepada Tiano.Begitu Tiano mendekatkan ponsel itu

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1756 Tanggapan Kodam

    "Brak!"Piom juga terduduk di lantai, dia menatap Ciputra dengan tatapan sedih.Kemudian, dalam situasi krisis seperti itu, dia melemparkan sorot mata meminta bantuan ke arah Tiano dan berkata dengan suara keras, "Pak Tiano, tolong bantu kami bicara. Kalau aku nggak salah ingat, dulu Pak Ciputra adalah bawahanmu, 'kan?"Mendengar ucapannya, Tiano merasa sedikit canggung.Dia pernah menjabat sebagai Wali Kota Banyuli selama dua puluh tahun, memiliki bekerja sama dengan banyak anggota instansi pemerintahan dan memiliki banyak rekan.Ciputra memang pernah bekerja di Kota Banyuli, juga merupakan bawahannya. Hanya saja, pria itu sudah naik jabatan hingga menjadi pejabat pemerintahan provinsi."Ciputra, mengapa kamu datang ke Kota Banyuli, kamu juga nggak datang mencariku untuk mengobrol bersama sambil minum teh?"Tiano berdeham, lalu mulai mencoba untuk melakukan pendekatan terhadap Ciputra.Saat dia masih menjabat sebagai wali kota, proyek Gunung Amona sudah dimulai, hanya saja berakhir te

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1755 Ciputra

    Karena itulah, setelah mengetahui sebenarnya pendukung Ardika adalah wali kota baru itu, Piom dan yang lainnya akhirnya sudah bisa lega. Mereka menatap Ardika sambil tertawa dingin.Tiano juga berkata dengan dingin, "Ardika, cepat berlutut dan meminta maaf pada Pak Piom dan Pak Lando. Kalau nggak, nggak akan ada yang bisa menyelamatkanmu!"Dia tahu kepribadian Ardika, orang yang satu ini sangat keras kepala, pasti tidak akan berlutut.Kalau begitu, hasil akhirnya adalah bocah itu pasti akan bermusuhan dengan Piom dan Lando.Sementara itu, hasil seperti inilah yang Tiano inginkan. Dia ingin membesar-besarkan masalah.Ardika berdiri tegak, menatap ketiga orang itu dengan sorot mata mengejek, lalu berkata dengan acuh tak acuh, "Kulihat sebaiknya kalian bertiga yang berlutut duluan. Sebentar lagi, biarpun kalian ingin, sudah terlambat untuk berlutut.""Ardika, apa kamu sedang mengigau? Apa kamu kira dengan adanya dukungan dari seorang wali kota, kamu sudah bisa bertindak semena-mena?""Kul

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1754 Tiano Lagi

    "Ada apa, Pak Tiano? Kamu mengenalnya?"Mendapati ekspresi Tiano langsung berubah drastis setelah melihat Ardika, Piom dan Lando pun merasa sedikit gelisah.Sepertinya reaksinya ini menunjukkan tanda-tanda yang kurang baik.Jangan bilang dia juga akan berlutut di hadapan Ardika seperti Harrison.Namun, tak lama kemudian, Tiano langsung memasang ekspresi muram dan berkata, "Bajingan, ternyata kamu yang membuat masalah lagi! Kamu benar-benar bernyali besar! Berani-beraninya kamu menyinggung Piom dan Lando!"Mendengar panggilan yang ditujukan olah Tiano pada Ardika, Piom dan Lando langsung tertawa.Mereka bahkan sudah tidak keberatan melihat Tiano mengagungkan senioritas sendiri di hadapan mereka lagi.Benar saja, Tiano sudah menjabat sebagai Wali Kota Banyuli selama dua puluh tahun, dia cukup berwibawa dan berkuasa, sama sekali tidak menganggap serius Ardika.Piom memelototi Ardika dengan tajam dan berkata, "Pak Tiano, kali ini aku membawa tim inspeksi untuk meninjau proyek Gunung Amona,

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1753 Kita Juga Memanggil Orang

    "Malam ini Andrew mengadakan perjamuan malam di Kota Banyuli, Harrison, Konsul Jenderal Negara Enggrim juga muncul perjamuan malam tersebut.""Tapi ... tapi kabar terbarunya adalah, Harrison berlutut di hadapan seorang pemuda, bahkan mematahkan lengan dan kaki Andrew di hadapan banyak orang."Ini ...."Tak lama kemudian, dengan berkeringatan, sekretaris Helios segera menyampaikan laporan pada atasannya.Hal ini benar-benar terlalu mengejutkan. Kalau tidak diatasi dengan baik, bisa menimbulkan konflik antar negara. Sekretaris itu juga sangat terkejut.Helios menarik napas dalam-dalam dan berkata, "Aku tahu siapa pemuda itu, anggap saja kejadian Harrison nggak pernah terjadi.""Omong-omong, bukankah Ciputra dari Inspektorat berada di Kota Banyuli?""Ya, benar. Dua hari ini, Pak Ciputra sedang melakukan inspeksi rahasia di Kota Banyuli!"Sekretaris itu menjawab dengan cepat.Helios langsung melambaikan tangannya dan berkata, "Cepat minta dia ke sana untuk menangani Piom dan Lando!""Baik!

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1752 Kamu Hanya Bisa Mengakhiri Hidupmu

    Begitu mendengar ucapan Ardika, ekspresi Piom langsung berubah menjadi muram.Dia tahu Ardika tidak bersedia untuk membiarkan hal ini berlalu begitu saja.Jelas-jelas hal ini bisa dibiarkan berlalu dengan mudah, biarpun dia harus merendahkan diri dan meminta maaf.Namun, Ardika malah sengaja mengutarakan hal tersebut secara terang-terangan. Sangat jelas pria itu tidak berencana untuk melepaskannya.Tepat pada saat ini, Lando melangkah maju, mencoba untuk meredakan situasi. "Tuan Ardika, pernahkah kamu mendengar kalimat ini? Cobalah untuk berbesar hati memaafkan orang lain, jangan bertindak kelewat batas!"Dia juga tidak bodoh, dia tahu Ardika tidak ingin membiarkan hal ini berlalu begitu saja.Sementara itu, dirinya dan Piom adalah satu-satunya orang-orang pemerintahan yang menghadiri perjamuan malam Andrew.Begitu tindakan Piom terekspos, kemungkinan besar dia juga akan terseret dalam masalah.Ini bukan hanya sekadar dugaan tak berdasar, karena sebelumnya dia juga telah menyinggung Ar

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1751 Saatnya Perhitungan

    Andrew dan yang lainnya sudah dibawa pergi oleh Harrison.Suasana di dalam ruangan itu juga sudah berubah menjadi hening.Terutama orang-orang yang sebelumnya tidak menjaga mulut mereka dengan baik, yang sudah melontarkan kata-kata sindiran dan ejekan terhadap Ardika, saat ini mereka merasakan sekujur mereka diselimuti oleh hawa dingin. Mereka benar-benar gugup setengah mati.Mereka tahu jelas.Hanya dengan beberapa patah kata saja, Ardika sudah bisa membuat Harrison berlutut meminta maaf, bahkan mematahkan lengan dan kaki Andrew. Kalau begitu, Ardika pasti punya kemampuan untuk membalas mereka, bahkan membuat mereka jatuh miskin.Ini bukan hiperbola. Bagaimanapun juga, kalau bukan karena kebesaran hati Ardika, bahkan Grup Kamel juga terpaksa harus meninggalkan pasar Negara Nusantara.Saat ini, mereka ingin sekali melayangkan dua tamparan ke wajah mereka sendiri, mengapa mereka memandang rendah orang lain dengan sembarangan?Namun, Ardika sama sekali tidak berencana untuk memedulikan o

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1750 Membuat Sensasi

    Suara orang-orang tersentak menyelimuti udara.Saat orang-orang lainnya mendengar ucapan Harrison ini, mereka kembali terkejut.Tidak hanya melumpuhkan Andrew, pria itu bahkan akan meminta Grup Kamel untuk meninggalkan pasar Negara Nusantara sepenuhnya, kerugiannya diperkirakan mencapai puluhan triliun.Sebenarnya apa identitas Ardika, sampai-sampai bisa membuat seorang Harrison bertindak sejauh ini sebagai bentuk pertanggungjawaban untuknya?Namun, Ardika malah melambaikan tangannya, menolak penawaran Harrison."Nggak perlu segitunya. Selama kelak Grup Kamel berbisnis di Negara Nusantara sesuai aturan, aku terima dengan senang hati.""Adapun mengenai Andrew dan semua anak buahnya ini, aku nggak ingin melihat mereka menginjakkan kaki mereka di Negara Nusantara lagi."Dari awal hingga akhir, Ardika sama sekali tidak melirik Andrew.Bangsawan Negara Enggrim apaan?Bangsawan Negara Enggrim yang mati di tangannya bukan hanya satu orang.Kalau bukan karena itu, bagaimana mungkin Harrison bi

DMCA.com Protection Status