"Kamu adalah Hadiman, 'kan? Aku mengenalmu."Sumalin menatap Hadiman dengan sorot mata tajam dan berkata, "Kamu juga memberi kontribusi atas penangkapan tuan muda kali ini!"Bahkan saat berhadapan dengan Hadiman yang sudah merupakan seorang pebisnis senior, Sumalin tetap menunjukkan ekspresi arogan.Identitasnya bukan hanya sekadar pelayan Nyonya Tisya dari Keluarga Basuki itu.Saat ini, Sumalin menatap Hadiman dengan sorot mata dingin dan bertanya dengan nada menuduh, "Kamu adalah Kepala Keluarga Rewind?""Sungguh konyol! Di kota kecil ini saja, keluargamu belum termasuk keluarga besar, tapi berani-beraninya kamu melawan Keluarga Basuki Kota Gamiga dan bersikap lancang terhadap tuan muda kami!"Mendengar kata-kata mengintimidasi Sumalin itu, jantung Klito langsung berdegap dengan kencang.Apa mungkin Nyonya Tisya merasa tidak puas pada seluruh Keluarga Rewind?Dia buru-buru berkata, "Bu Sumalin, jangan salah paham. Keluarga Rewind juga termasuk keluarga terpandang di Kota Banyuli, bag
Apa?Berlutut dan meminta maaf lagi?!Ekspresi Hadiman langsung berubah menjadi sangat muram.Awalnya dia mengira mereka hanya akan meminta kompensasi uang dalam jumlah besar.Siapa sangka, mereka juga menggunakan cara menginjak-injak harga diri orang lain seperti ini!Sumalin melirik Hadiman dan berkata dengan dingin, "Kenapa? Nggak bersedia?""Persyaratan yang diajukan oleh Nyonya Tisya sudah cukup berbesar hati. Dengan mempertimbangkan putrimu akan menikah dengan tuan muda kami, Nyonya Tisya memberi kalian hukuman yang ringan.""Nyonya sudah melihat data diri Revina. Dia sangat puas dan mengatakan akan memilih hari untuk membawa Revina ke tempat Tuan Muda. Hanya saja, nggak bisa langsung menikah.""Dalam kurun waktu dua tahun, dia harus melahirkan putra untuk Tuan Muda terlebih dahulu, baru mereka akan resmi menikah.""Kali ini, Nyonya mengirimku kemari untuk mengajarinya peraturan, agar setelah dia memasuki Keluarga Basuki, dia nggak menjadi bahan tertawaan karena berasal dari kelu
Sumalin memicingkan matanya, sorot matanya terlihat sedingin es.Tiba-tiba dia beranjak dari tempat duduknya dan berjalan ke arah Revina. Anggota Keluarga Rewind lainnya bahkan tidak berani bernapas dengan keras, sorot mata mereka mengikuti langkah kaki wanita itu.Ekspresi Hadiman berubah seketika. Dia buru-buru berdiri di hadapan putrinya untuk melindungi putrinya dan mencoba untuk membujuk Sumalin. "Bu Sumalin, jangan marah. Revina masih muda, dia nggak tahu ....""Minggir!"Sumalin meliriknya dengan sorot mata dingin dan tajam.Hadiman masih ingin berbicara. Namun, tepat pada saat ini, di antara orang-orang yang dibawa oleh Sumalin kemari, seorang pria paruh baya botak berwajah bundar melangkah maju."Tua bangka, cepat minggir!"Pria paruh baya itu berbicara dengan logat ibu kota provinsi. Dia langsung melangkah maju dengan cepat, lalu menarik kerah baju Hadiman dengan kasar, sampai-sampai Hadiman terjatuh ke lantai.Hadiman mengeluarkan suara teriakan kesakitan, ekspresi kesakitan
Bahkan ekspresi Klito dan yang lainnya juga berubah menjadi pucat pasi saking ketakutannya.Hanya satu cambukan seperti itu saja, pasti akan membuat orang yang dipukul berlumuran darah!Sumalin mengerutkan keningnya dan berkata, "Jafur, hati-hati, jangan sampai wajahnya rusak. Kalau wajahnya sudah rusak, dia nggak berhak menikah dengan tuan muda kita.""Sumalin, kamu nggak perlu khawatir. Aku sudah berlatih teknik cambuk ini selama bertahun-tahun. Biasanya, aku juga sering menggunakannya untuk menghajar orang. Kuarahkan ke mana, maka cambukku akan mengarah ke mana, nggak pernah meleset. Aku jamin nggak akan merusak wajah cantik gadis ini."Jafur tidak terlihat seperti anak buah Sumalin. Dia berbicara dengan nada bicara santai.Kemudian, dia melirik Revina yang sudah gemetaran saking ketakutannya, lalu tersenyum dan berkata, "Jangan khawatir, aku akan mencambuk di bagian yang tertutupi pakaian lebih tebal. Walau akan sangat sakit, nggak akan meninggalkan bekas luka di tubuhmu.""Bagaima
Anggota Keluarga Rewind sangat senang.Saat ini, Klito melirik Revina, memikirkan Revina yang telah ditakdirkan untuk menikah dengan Elsen dan apa yang akan terjadi ke depannya.Bagaimana kalau sampai gadis itu pasrah menerima nasibnya dan melayani Tisya dan putranya dengan baik, sehingga mendapatkan kasih sayang dari Tisya?Kalau di saat seperti ini mereka benar-benar menyinggung Revina, tidak dapat dipastikan apakah kelak mereka akan menerima pembalasan dendam dari gadis itu atau tidak.Bagaimanapun juga, terlepas dari seberapa baik hubungan mereka dengan Tisya, juga tidak bisa menandingi hubungan dekat antara ibu mertua dan menantu perempuan.Setelah berpikir demikian, Klito buru-buru berkata, "Bu Sumalin, aku akan mencoba untuk membujuk Revina lagi. Bagaimanapun juga, dia akan segera menikah dengan Tuan Muda Elsen, bukankah nggak baik kalau tubuhnya sampai rusak akibat dipukul?"Sumalin melirik Revina yang masih berdiri di sana dan tampak keras kepala itu sejenak. Pada akhirnya, di
Semua orang terkejut bukan main, mereka segera mengalihkan pandangan mereka ke arah pintu.Sumalin dan Jafur juga menoleh dengan heran, ekspresi tidak puas tampak jelas di wajah mereka.Terutama Jafur. Dia baru saja hendak menikmati sensasi menyenangkan menyiksa orang lain, tetapi malah dihentikan secara tiba-tiba seperti itu. Hal ini membuat api amarah bergejolak dalam hatinya.Di depan pintu, seorang pemuda tanpa ekspresi berjalan memasuki tempat itu perlahan-lahan."Kak Ardika!"Revina adalah orang pertama yang tersadar kembali, dia langsung berteriak dengan semangat."Apa? Ardika?"Semua anggota Keluarga Rewind sangat terkejut.Mereka tidak menyangka Ardika akan mendatangi Kediaman Keluarga Rewind seorang diri.Terlebih lagi, begitu pemuda itu datang, dia langsung menghancurkan pintu Kediaman Keluarga Rewind.Sangat jelas ini adalah sebuah bentuk provokasi terhadap Keluarga Rewind!"Kamu adalah menantu benalu yang menyebabkan Tuan Muda Elsen ditangkap itu?"Sumalin melontarkan pert
"Kak Ardika, hati-hati! Orang-orang ini adalah anak buah Haron, ahli bela diri ibu kota provinsi!"Berbeda dengan Klito dan yang lainnya yang tampak bersemangat, saat ini Revina sangat cemas. Dia segera berteriak dengan keras untuk memberi peringatan kepada Ardika.Walaupun dia pernah melihat dengan mata kepalanya sendiri daya tempur Ardika, tetapi bagaimanapun juga orang-orang ini berbeda dengan para pengawal yang dipekerjakan oleh Teodor sebelumnya.Dia takut Ardika menganggap remeh lawan karena tidak mengetahui asal-usul mereka."Diam kamu! Dasar pengkhianat!"Klito dan yang lainnya menegur Revina dengan marah. Mereka sangat ingin melihat Ardika dilumpuhkan oleh orang-orang yang dibawa oleh Jafur kemari itu.Dengan begitu, Ardika tidak bisa mencari perhitungan dengan mereka lagi."Nggak apa-apa, biarkan saja dia berteriak."Jafur tidak memedulikan teriakan Revina. Sambil tertawa liar, dia berkata, "Nggak ada gunanya berhati-hati. Orang-orang yang kubawa ini sudah merupakan ahli tinj
Namun, kali ini Jafur sudah salah perkiraan.Ardika sama sekali tidak menghentikan langkah kakinya, bahkan menghampiri Jafur dengan cepat."Serahkan padaku."Ardika mengulurkan tangannya tanpa ekspresi.Jafur melirik cambuk dalam genggamannya dengan sorot mata terkejut. Kemudian, dia langsung melemparkan cambuk itu pada Ardika dan berkata, "Oke, aku berikan padamu. Sekarang kita duduk dan bicarakan secara baik-baik ....""Plak!"Sebelum dia bisa menyelesaikan kalimatnya, cambuk dalam genggaman Ardika sudah mengarah ke dadanya seperti seekor ular berbisa yang tengah menjulurkan lidah.Saat itu juga, pakaian Jafur langsung robek.Sebuah bekas luka yang menakutkan muncul di dadanya!"Ahhh .... Ardika, berani-beraninya kamu memukulku!"Jafur mengeluarkan teriakan menyedihkan. Kemudian, sambil menutupi dadanya, dia berteriak dengan marah, "Pamanku adalah Haron! Tunggu saja nanti! Kamu dan keluargamu pasti akan tertimpa musibah!""Bising."Ardika hanya mengucapkan satu kalimat itu dengan acu