Futari memasang ekspresi cemberut dan berkata, "Huh, Kak Ardika, bisa-bisanya kamu mengataiku seperti itu, padahal kamu yang nggak berada di rumah sepanjang hari. Setiap kali aku bangun tidur dan mencarimu, kamu selalu nggak berada di rumah.""Setiap hari, aku pergi ke sekolah untuk mempelajari tarian tradisional untuk persiapan ujian. Ah, aku sudah lelah setengah mati, kamu malah mengataiku main!"Futari tengah bersiap mengikuti tes untuk menjadi seorang penari profesional. Perjalanan yang harus ditempuhnya ini cukup sulit. Setiap hari, dia sudah berangkat untuk pergi berlatih pada pagi hari, lalu baru pulang malam harinya.Ardika tersenyum dan berkata, "Tarian tradisional, ya? Kapan kamu akan menunjukkan tarianmu itu padaku?"Futari memiliki postur tubuh yang bagus. Kalau gadis itu mengenakan pakaian tradisional dan menarikan tarian tradisional, pasti sangat indah."Cih! Aku nggak akan menarikannya untukmu!"Secara refleks, Futari meludah. Setelah melakukannya, dia baru menyadari uca
Terlebih lagi, Arisa secara khusus datang untuk menjemput Futari.Walaupun boleh dibilang seorang guru yang berniat untuk membawa muridnya menghadiri pertemuan datang menjemput muridnya secara khusus, juga merupakan hal yang wajar.Namun, Ardika merasa wanita itu memiliki maksud lain."Hmm .... Aku tinggal di rumah kakak sepupuku dan suaminya."Futari tidak bisa mengatakan bahwa tidak ada kompleks di sana, melainkan seluruh area vila itu adalah milik kakak sepupunya sekeluarga. "Bu Arisa, kamu adalah penduduk asli Kota Banyuli, 'kan? Apakah kamu nggak tahu tempat ini?"Hanya segelintir orang di Kota Banyuli yang mengetahui tentang Kompleks Vila Bumantara.Setiap kali Futari pulang naik taksi, begitu dia menyebut alamat tempat ini, bahkan ekspresi sopir taksi pun berubah menjadi agak kaku."Selama ini, aku tinggal di luar kota. Aku baru saja kembali ke Kota Banyuli untuk membangun sanggar tari bersama temanku. Jadi, ada banyak tempat di Kota Banyuli yang nggak kuketahui."Arisa memberi
Melihat kakak iparnya berpura-pura seperti tidak mengerti apa-apa, Futari hampir tertawa geli.Dia buru-buru menggandeng lengan Ardika, tidak membiarkan kakak iparnya pergi. Kemudian, dia menoleh dan berkata pada Arisa, "Bu Arisa, kalau Kak Ardika nggak ikut, aku juga nggak mau ikut.""Aku sudah berjanji pada Kak Ardika untuk membawanya pergi makan makanan lezat, ada banyak makanan lezat yang nggak pernah dicicipinya. Kamu nggak mungkin memintaku untuk mengingkari janji, bukan?"Melihat Futari berpura-pura menunjukkan ekspresi kasihan, tetapi sorot mata jahil tampak jelas di matanya, Ardika hampir tidak bisa menahan diri dan ingin menepuk kening gadis itu dengan kuat.'Dasar gadis ini. Lihat saja tingkahnya itu, benar-benar tampak seperti aku nggak pernah makan makanan lezat seumur hidupku saja.' pikir Ardika."He ...."Arisa hampir saja tidak bisa menahan diri untuk tertawa ketika mendengar ucapan Futari.'Ah, ternyata pria itu bukan hanya idiot, tapi juga jelmaan hantu kelaparan.'Ar
Setelah meninggalkan Kompleks Vila Bumantara, Cayenne itu langsung melaju menuju sebuah bar di pusat Kota Banyuli.Setengah jam kemudian.Mereka tiba di sebuah bar yang papan namanya tertulis dalam bahasa Enggrim.Melalui dekorasi luarnya, bisa kelihatan dengan jelas level bar yang satu ini beberapa tingkatan di atas bar-bar lainnya.Di waktu-waktu sekarang ini, seharusnya bar-bar ramai pengunjung. Namun, suasana di dalam bar yang satu ini malah cukup tenang, hanya terdengar melodi musik yang elegan."Futari, demi pertemuan malam ini, Tuan Muda Ardius sudah menyewa seluruh bar ini. Hanya untuk menyewa tempat saja, dia sudah mengeluarkan biaya sebesar ratusan juta. Sekarang kamu sudah tahu betapa dia memandang tinggi kamu, 'kan?"Arisa membawa mereka berdua masuk ke dalam bar sambil terus menekankan betapa kayanya sosok Tuan Muda Ardius itu pada Futari.Saat ini, niat wanita itu sudah terlihat dengan sangat jelas.Ketiga orang itu berjalan melewati koridor dan sampai di aula utama.Di t
Menodai sesuatu yang belum ternodai, jauh lebih menarik!Setelah berpikir demikian, Ardius memiringkan kakinya dengan kaku, agar bisa menyembunyikan kecanggungan akibat reaksi biologisnya itu."Halo, Tuan Muda Ardius."Futari tersenyum manis pada Ardius, tetapi dia tidak berjabat tangan dengan pria itu. Sebaliknya, dia menggandeng lengan Ardika dan berkata, "Tuan Muda Ardius, perkenalkan, ini adalah Kak Ardika.""Aku nggak terbiasa berpartisipasi dalam pertemuan asing, jadi aku memintanya untuk menemaniku kemari. Kamu nggak keberatan, 'kan?"Futari mengedipkan mata besar indahnya, menunjukkan ekspresi layaknya seorang gadis yang polos.Dia sengaja "membungkam" Ardius dengan cepat, agar pria itu tidak memanfaatkan kesempatan untuk mempersulit Ardika.Melihat tubuh indah Futari menempel pada Ardika, terlihat sangat mesra, kilatan muram melintas di mata Ardius.Namun, karena Futari sudah terlebih dahulu berkata demikian, dia juga tidak punya kesempatan lagi. Kalau tidak, dia akan kelihata
"Ya, benar, mentertawakan orang 'cacat' adalah tindakan paling nggak bermoral!"Begitu mendengar ucapan orang itu, semua orang yang berada di tempat tersebut langsung tertawa terbahak-bahak.Namun, sorot mata mereka terhadap Ardika dipenuhi dengan simpati."Maaf, Ardika, kami minta maaf padamu. Seharusnya kami nggak mentertawakanmu.""Sebenarnya, nggak apa-apa. Di dunia ini, nggak ada orang yang sempurna. Ada banyak orang cacat yang memiliki tekad yang kuat. Aku yakin selama kamu berusaha dengan keras, ke depannya kehidupanmu pasti akan berwarna!"Bahkan, ada orang yang membuka mulut untuk meminta maaf pada Ardika dan memberinya motivasi.Mengasihani orang lain seperti ini bukan hanya bisa menunjukkan bahwa mereka adalah orang yang bermoral, tetapi juga bisa memuaskan mental mereka sendiri.Di dunia ini, hal yang lebih menyakitkan daripada dipandang rendah oleh orang lain adalah, dikasihani oleh orang lain.Ardius juga tidak menunjukkan tanda-tanda permusuhan pada Ardika lagi. Dia ters
Bagaimanapun juga, Arisa memiliki identitas sebagai seorang guru. Melihat wanita itu benar-benar marah besar, Futari merasa sedikit ketakutan.Dengan raut wajah sedikit pucat pasi, dia berkata, "Bu Arisa, aku ...."Tepat pada saat ini, dia merasakan ada sebuah tangan besar hangat yang menggandeng tangan kecilnya. Dalam sekejap, dia langsung merasa tenang dan nyaman.Ardika mengalihkan pandangannya ke arah Arisa yang tengah marah besar itu, lalu berkata dengan dingin, "Arisa, coba kamu lihat dirimu saat ini, apakah ada kelihatan seperti seorang guru?"Wanita itu tidak hanya memanfaatkan statusnya sebagai guru untuk mendorong Futari masuk dalam perangkap seorang playboy seperti Ardius.Sekarang, wanita itu malah menunjukkan muka duanya di hadapan semua orang. Di satu sisi, dia sibuk menjilat Ardius. Di sisi lain, dia langsung berlagak layaknya seorang guru untuk menakut-nakuti dan mengancam Futari.Orang seperti Arisa benar-benar menjijikkan."Eh, Ardika, berani-beraninya kamu berbicara
Saat ini, suasana di seluruh bar menjadi sangat hening.Ekspresi Ardius berubah menjadi muram, ekspresi Arisa juga memucat.Sementara itu, orang-orang lainnya tampak tercengang.Eh? Apa ini tidak salah?Sebenarnya pria bernama Ardika itu bodoh atau gila? Berani-beraninya dia langsung mencium Futari seperti itu tepat di hadapan Ardius?Sangat jelas bahwa Ardius sedang menargetkan Futari. Begitu bertemu dengan gadis itu, dia langsung menunjukkan maksud ingin mengejar gadis itu dengan begitu mengintimidasi.Dalam situasi seperti ini, Ardika bahkan masih berani melakukan tindakan segila itu.Ardius bukanlah orang biasa.Dia adalah kerabat Keluarga Rewind Kota Gamiga, salah satu dari empat keluarga besar Kota Gamiga!Dia adalah adik sepupu Wirhan, salah satu dari empat tuan muda Kota Gamiga!Dengan identitas dan kekayaan yang dimilikinya, wanita mana yang tidak bisa dia dapatkan? Hanya dengan memberi isyarat dengan satu jarinya saja, sudah ada banyak wanita yang menghempaskan diri ke dalam