Sekarang Budi sudah paham.Jangankan identitas Ardika saat ini, bahkan identitas lama pemuda itu saja sudah pasti sangat terhormat.Hanya dengan menindas Ardika saat masih duduk di bangku sekolah, Tony berhasil membantu Keluarga Susanto meningkatkan kedudukannya.Ardika mengalihkan pandangannya ke arah lima belas kepala preman yang telungkup di lantai itu, lalu bertanya dengan dingin, "Bagaimana dengan kalian? Apa kalian mengetahui sesuatu?""Tuan Ardika, kami benar-benar nggak tahu apa-apa. Beberapa tahun yang lalu, kami masih preman biasa. Dalam lubuk hati kami, Tuan Jacky adalah tokoh besar yang kami hormati."Lima belas kepala preman itu buru-buru menyatakan mereka tidak ada hubungannya dengan kejadian itu.Bagaimanapun juga, mereka dan Ardika tidak ada dendam pribadi. Jadi, walaupun hari ini mereka berakhir seperti ini, paling mereka hanya akan masuk penjara.Kalau sampai mereka dikaitkan dengan kecelakaan mobil yang menimpa Jacky, maka sudah dapat dipastikan nyawa mereka akan mel
Melihat sosok pengganti itu, Ardika seperti melihat dirinya sendiri.Saat dirinya dikurung di rumah sakit jiwa kala itu, kondisinya sama persis dengan sosok pengganti ini.Hanya saja, Ardika merasa jauh lebih menderita dibandingkan sosok penggantinya itu, karena dia hanya berpura-pura gila.Satu hari dua puluh empat jam, setiap menit dan setiap detik, di bawah pengawasan kamera pengawasan, dia harus berpura-pura seperti orang gila.Hari-hari yang dia jalani kala itu, tidak akan terlupakan oleh Ardika seumur hidupnya.Dia berusaha menenangkan dirinya, lalu mengarahkan pandangannya ke arah Delvin.Delvin terus berjongkok di sampingnya, menemaninya berbicara dan bermain dengan sabar ...."Kejadian kapan ini?" tanya Ardika.Henry berkata, "Dua tahun yang lalu, sebelum kecelakaan mobil menimpa Delvin."Hari itu, Delvin mengunjungi rumah sakit jiwa. Dia ingin mengurus prosedur pengeluaran Ardika dari rumah sakit jiwa dan mencari dokter terbaik untuk memberikan pengobatan kepada Ardika.Namun
Heboh!Dalam sekejap, aula utama Keluarga Mahasura langsung gempar.Ini adalah acara ulang tahun Dinda, hari bahagia semua anggota Keluarga Mahasura, tetapi malah ada orang yang menghadiahkan peti mati kepada pemeran utama yang berbahagia hari ini?Bahkan, orang-orang mulai beranggapan apakah telinga mereka telah bermasalah.Namun, detik berikutnya, di bawah kepemimpinan dua orang pria, empat orang pria membawa masuk sebuah peti mati besar.Keenam orang ini jelas-jelas adalah bawahan Romi, sekaligus prajurit lama yang baru kembali dari medan perang luar kota.Seketika itu pula, suasana berubah menjadi sunyi senyap.Ekspresi semua anggota Keluarga Mahasura langsung berubah menjadi kaku.Setelah tercengang sejenak, Rocky baru melangkah maju dan berteriak dengan marah, "Siapa kalian?! Siapa yang menyuruh kalian menghadiahkan peti mati ke kediaman Keluarga Mahasura?!""Oh? Apa tadi kurang jelas, ya? Orang yang menghadiahkan peti mati ini adalah Ardika Mahasura dari Kota Banyuli!"Pria yang
Sejak hari pertama Grup Sentosa Jaya berdiri, Keluarga Mahasura sudah mulai menyelidiki presdir muda itu.Namun, upaya mereka sama sekali tidak membuahkan hasil.Karena itulah, mereka meminta Budi membangun kembali Asosiasi Bahan Bangunan untuk menguji kemampuan presdir muda itu.Sekarang, mereka sudah melihat hasilnya. Hasil ini benar-benar di luar bayangan mereka. Keluarga Mahasura bahkan sampai kehilangan seekor anjing setia.Mendengar hal ini tidak ada hubungannya dengan Ardika, seluruh anggota Keluarga Mahasura baru menghela napas lega.Kala itu, mereka terlalu kejam pada Ardika. Kalau Ardika benar-benar memiliki kemampuan sebesar ini, tentu saja mereka tidak akan bisa tenang.Kendy berkata, "Tapi, sekarang Ardika sudah mendapat dukungan dari Grup Sentosa Jaya. Hal ini bukan hal yang baik bagi Keluarga Mahasura. Kak, apa yang harus kita lakukan?"Pandangan semua orang kembali tertuju pada peti mati itu, bagaikan ada api yang membara dalam sorot mata mereka.Sejak Keluarga Mahasura
Begitu mendengar suara teriakan itu, semua anggota Keluarga Mahasura langsung mengalihkan pandangan mereka ke sumber suara.Mereka melihat Ardika muncul di depan pintu dengan aura membunuh yang kuat dan sedang menatap mereka dengan tatapan dingin."Ardika, kamu kembali hidup-hidup?! Bagaimana hal seperti ini bisa terjadi?!"Ekspresi Wisnu dan Wulan langsung berubah drastis. Tanpa sadar, mereka melangkah mundur satu langkah.Tubuh Luna tampak sedikit bergetar.Dia yang sudah terduduk di lantai langsung mengalihkan pandangannya ke sumber suara. Begitu melihat wajah pria itu, air matanya langsung mengalir tanpa henti.Suara tangisan wanita itu menjadi lebih keras dibandingkan sebelumnya.Dia segera bangkit dari lantai, lalu melemparkan dirinya ke dalam pelukan Ardika."Ardika, maafkan aku, seharusnya aku nggak membiarkanmu mewakiliku menghadiri acara itu. Aku benar-benar minta maaf ...."Sambil memeluk Ardika dengan erat, dia terus meminta maaf."Sayang, kamu sama sekali nggak bersalah pa
"Ardika, jangan berbohong padaku. Bagaimana mungkin hal seperti itu terjadi?"Luna memutar matanya ke arah Ardika.Melihat Ardika bisa kembali dari acara itu dalam kondisi baik-baik saja seperti ini, dia sudah cukup puas. Dia sama sekali tidak mengharapkan hal lain lagi."Ardika, apa kamu benar-benar sudah menghancurkan Keluarga Susanto? Sebenarnya apa yang terjadi? Kamu baru saja menerima informasi, Asosiasi Bahan Bangunan sudah hancur dan Budi sudah mati!"Saat ini, Tuan Besar Basagita beserta anggota Keluarga Basagita lainnya yang keluar untuk mengejar mereka segera melontarkan pertanyaan.Setelah mendengar ucapan itu, Luna langsung menatap Ardika dengan tatapan terkejut.Tanpa melirik Tuan Besar Basagita dan yang lainnya, Ardika hanya berkata pada Luna, "Aku sudah bilang aku nggak berbohong padamu. Bukankah selama ini Budi ingin membalas dendam padaku? Oke, aku kabulkan keinginannya. Aku sudah menghancurkan keluarganya, besok kalian hanya perlu pergi dan mengambil alih atas Grup Su
"Apa kamu tahu alamatnya?" tanya Ardika saat sudah masuk ke dalam mobil.Sebelumnya, mantan istri Delvin, Elsy pernah memberi tahu Ardika alamat orang tua sahabatnya itu.Namun, dengan kemampuan Jesika, tanpa perlu dia beri tahu, wanita itu pasti sudah menyelidikinya dengan jelas."Ke area kota tua," kata Jesika pada sopir.Tidak lama kemudian, mereka sudah tiba di area kota tua Kota Banyuli.Begitu memasuki area ini, Ardika langsung mengerutkan keningnya.Sebelumnya, Jesika memberitahunya kehidupan orang tua Delvin kurang baik.Setelah dia melihat sendiri lingkungan tempat tinggal ini, kehidupan dua lansia itu bukan hanya tidak baik, melainkan sangat buruk.Jalanan tampak berlubang-lubang, kedua sisi jalanan dipenuhi dengan bangunan rumah tua yang kecil.Karena semalam hujan turun dengan sangat deras, jalanan dipenuhi dengan air lumpur yang mengalir memasuki pemukiman penduduk yang rendah.Tidak tahu selokan mana yang sudah tersumbat.Bau tidak sedap juga menyelimuti udara tempat ini.
Tamparan si Botak hanya berjarak sekitar beberapa sentimeter dari wajah Robin.Dia segera menoleh dan memelototi Ardika yang tiba-tiba muncul di depan pintu. "Eh, bocah, apa kamu tahu siapa aku? Berani sekali kamu mengancamku?! Pergi sana! Jangan ikut campur urusanku!""Mereka adalah orang tua sahabatku, jadi urusan mereka adalah urusanku. Aku berhak ikut campur."Ardika melangkah memasuki rumah itu, dia mendapati situasi di dalam rumah kacau balau, bahkan sepeda kecil milik Livy juga sudah hancur.Sebelum Ardika datang, si Botak dan anak buahnya sudah merusak barang-barang di rumah sederhana Keluarga Darma ini."Kamu adalah sahabat Delvin yang sudah mati itu?"Si Botak tertegun sejenak, lalu tertawa terbahak-bahak. "Kamu ingin ikut campur masalah ini? Silakan saja. Lagi pula, dua tua bangka sialan ini bersikeras nggak mau bayar utang. Kalau begitu, kamu saja yang menggantikan mereka membayar uang 400 juta itu!"Mendengar si Botak mengatai Delvin, ekspresi Ardika langsung berubah menja
"Eh, tua bangka, kamu benar-benar konyol, kapan aku menipumu?"Sambil melihat Tiano yang berguling-guling di lantai, Ardika berkata dengan nada bicara mengejek, "Sebelumnya saat kamu berlagak hebat dan memintaku untuk mengunjungimu, bukankah aku sudah mengunjungimu sendiri?""Tapi, kamu nggak percaya, bahkan mengusirku."Begitu mendengar ucapannya, energi di sekujur tubuh Tiano seperti sudah terserap habis. Dia berbaring di sana tanpa bergerak.Dia benar-benar menyesal.Kalau dari awal dia tahu Ardika adalah wali kota, dia pasti tidak akan menyinggung Ardika seperti itu.Namun, biarpun dia mengetahui identitas Ardika, apakah Tiano tidak akan terlibat dalam perselisihan dengan Ardika?Jawabannya belum tentu.Sifat seseorang sulit diubah.Itulah sebabnya Tiano bisa berakhir seperti ini. Ardika adalah seorang wali kota atau bukan tidaklah penting, tetapi kepribadiannya yang suka berlagak hebat dan berlagak senior yang sangat berpengaruh.Saat ini, melihat penampilan Tiano yang begitu meny
"Ciputra, karena bocah ini sendiri yang mengajukan permintaan itu, kamu telepon saja!"Tiano melambaikan tangannya, tampak sangat percaya diri.Ciputra melirik Ardika sekilas, lalu mengeluarkan ponselnya dengan tidak berdaya, lalu menghubungi kantor Helios."Ada yang perlu kulaporkan pada Tuan Kodam."Tak lama kemudian, panggilan telepon itu sudah disambungkan pada Helios oleh sekretarisnya."Tuan Kodam, Tiano, wali kota lama Kota Banyuli, melaporkan Pak Ardika, wali kota saat ini, meminta Inspektorat untuk melakukan pemeriksaan terhadapnya secara menyeluruh.""Lalu, Pak Ardika juga sudah setuju, mengatakan ingin mendengar tanggapan dari Tuan."Pak Ardika? Wali kota saat ini?Apa-apaan ini?!Wali kota ingusan itu adalah ....Baik Tiano maupun Piom dan Lando, sedikit kebingungan mendengar ucapan Ciputra. Untuk sesaat, mereka tidak bereaksi."Pak Tiano, Tuan Kodam memintamu untuk mendengar telepon."Saat ini, Ciputra menyodorkan ponselnya kepada Tiano.Begitu Tiano mendekatkan ponsel itu
"Brak!"Piom juga terduduk di lantai, dia menatap Ciputra dengan tatapan sedih.Kemudian, dalam situasi krisis seperti itu, dia melemparkan sorot mata meminta bantuan ke arah Tiano dan berkata dengan suara keras, "Pak Tiano, tolong bantu kami bicara. Kalau aku nggak salah ingat, dulu Pak Ciputra adalah bawahanmu, 'kan?"Mendengar ucapannya, Tiano merasa sedikit canggung.Dia pernah menjabat sebagai Wali Kota Banyuli selama dua puluh tahun, memiliki bekerja sama dengan banyak anggota instansi pemerintahan dan memiliki banyak rekan.Ciputra memang pernah bekerja di Kota Banyuli, juga merupakan bawahannya. Hanya saja, pria itu sudah naik jabatan hingga menjadi pejabat pemerintahan provinsi."Ciputra, mengapa kamu datang ke Kota Banyuli, kamu juga nggak datang mencariku untuk mengobrol bersama sambil minum teh?"Tiano berdeham, lalu mulai mencoba untuk melakukan pendekatan terhadap Ciputra.Saat dia masih menjabat sebagai wali kota, proyek Gunung Amona sudah dimulai, hanya saja berakhir te
Karena itulah, setelah mengetahui sebenarnya pendukung Ardika adalah wali kota baru itu, Piom dan yang lainnya akhirnya sudah bisa lega. Mereka menatap Ardika sambil tertawa dingin.Tiano juga berkata dengan dingin, "Ardika, cepat berlutut dan meminta maaf pada Pak Piom dan Pak Lando. Kalau nggak, nggak akan ada yang bisa menyelamatkanmu!"Dia tahu kepribadian Ardika, orang yang satu ini sangat keras kepala, pasti tidak akan berlutut.Kalau begitu, hasil akhirnya adalah bocah itu pasti akan bermusuhan dengan Piom dan Lando.Sementara itu, hasil seperti inilah yang Tiano inginkan. Dia ingin membesar-besarkan masalah.Ardika berdiri tegak, menatap ketiga orang itu dengan sorot mata mengejek, lalu berkata dengan acuh tak acuh, "Kulihat sebaiknya kalian bertiga yang berlutut duluan. Sebentar lagi, biarpun kalian ingin, sudah terlambat untuk berlutut.""Ardika, apa kamu sedang mengigau? Apa kamu kira dengan adanya dukungan dari seorang wali kota, kamu sudah bisa bertindak semena-mena?""Kul
"Ada apa, Pak Tiano? Kamu mengenalnya?"Mendapati ekspresi Tiano langsung berubah drastis setelah melihat Ardika, Piom dan Lando pun merasa sedikit gelisah.Sepertinya reaksinya ini menunjukkan tanda-tanda yang kurang baik.Jangan bilang dia juga akan berlutut di hadapan Ardika seperti Harrison.Namun, tak lama kemudian, Tiano langsung memasang ekspresi muram dan berkata, "Bajingan, ternyata kamu yang membuat masalah lagi! Kamu benar-benar bernyali besar! Berani-beraninya kamu menyinggung Piom dan Lando!"Mendengar panggilan yang ditujukan olah Tiano pada Ardika, Piom dan Lando langsung tertawa.Mereka bahkan sudah tidak keberatan melihat Tiano mengagungkan senioritas sendiri di hadapan mereka lagi.Benar saja, Tiano sudah menjabat sebagai Wali Kota Banyuli selama dua puluh tahun, dia cukup berwibawa dan berkuasa, sama sekali tidak menganggap serius Ardika.Piom memelototi Ardika dengan tajam dan berkata, "Pak Tiano, kali ini aku membawa tim inspeksi untuk meninjau proyek Gunung Amona,
"Malam ini Andrew mengadakan perjamuan malam di Kota Banyuli, Harrison, Konsul Jenderal Negara Enggrim juga muncul perjamuan malam tersebut.""Tapi ... tapi kabar terbarunya adalah, Harrison berlutut di hadapan seorang pemuda, bahkan mematahkan lengan dan kaki Andrew di hadapan banyak orang."Ini ...."Tak lama kemudian, dengan berkeringatan, sekretaris Helios segera menyampaikan laporan pada atasannya.Hal ini benar-benar terlalu mengejutkan. Kalau tidak diatasi dengan baik, bisa menimbulkan konflik antar negara. Sekretaris itu juga sangat terkejut.Helios menarik napas dalam-dalam dan berkata, "Aku tahu siapa pemuda itu, anggap saja kejadian Harrison nggak pernah terjadi.""Omong-omong, bukankah Ciputra dari Inspektorat berada di Kota Banyuli?""Ya, benar. Dua hari ini, Pak Ciputra sedang melakukan inspeksi rahasia di Kota Banyuli!"Sekretaris itu menjawab dengan cepat.Helios langsung melambaikan tangannya dan berkata, "Cepat minta dia ke sana untuk menangani Piom dan Lando!""Baik!
Begitu mendengar ucapan Ardika, ekspresi Piom langsung berubah menjadi muram.Dia tahu Ardika tidak bersedia untuk membiarkan hal ini berlalu begitu saja.Jelas-jelas hal ini bisa dibiarkan berlalu dengan mudah, biarpun dia harus merendahkan diri dan meminta maaf.Namun, Ardika malah sengaja mengutarakan hal tersebut secara terang-terangan. Sangat jelas pria itu tidak berencana untuk melepaskannya.Tepat pada saat ini, Lando melangkah maju, mencoba untuk meredakan situasi. "Tuan Ardika, pernahkah kamu mendengar kalimat ini? Cobalah untuk berbesar hati memaafkan orang lain, jangan bertindak kelewat batas!"Dia juga tidak bodoh, dia tahu Ardika tidak ingin membiarkan hal ini berlalu begitu saja.Sementara itu, dirinya dan Piom adalah satu-satunya orang-orang pemerintahan yang menghadiri perjamuan malam Andrew.Begitu tindakan Piom terekspos, kemungkinan besar dia juga akan terseret dalam masalah.Ini bukan hanya sekadar dugaan tak berdasar, karena sebelumnya dia juga telah menyinggung Ar
Andrew dan yang lainnya sudah dibawa pergi oleh Harrison.Suasana di dalam ruangan itu juga sudah berubah menjadi hening.Terutama orang-orang yang sebelumnya tidak menjaga mulut mereka dengan baik, yang sudah melontarkan kata-kata sindiran dan ejekan terhadap Ardika, saat ini mereka merasakan sekujur mereka diselimuti oleh hawa dingin. Mereka benar-benar gugup setengah mati.Mereka tahu jelas.Hanya dengan beberapa patah kata saja, Ardika sudah bisa membuat Harrison berlutut meminta maaf, bahkan mematahkan lengan dan kaki Andrew. Kalau begitu, Ardika pasti punya kemampuan untuk membalas mereka, bahkan membuat mereka jatuh miskin.Ini bukan hiperbola. Bagaimanapun juga, kalau bukan karena kebesaran hati Ardika, bahkan Grup Kamel juga terpaksa harus meninggalkan pasar Negara Nusantara.Saat ini, mereka ingin sekali melayangkan dua tamparan ke wajah mereka sendiri, mengapa mereka memandang rendah orang lain dengan sembarangan?Namun, Ardika sama sekali tidak berencana untuk memedulikan o
Suara orang-orang tersentak menyelimuti udara.Saat orang-orang lainnya mendengar ucapan Harrison ini, mereka kembali terkejut.Tidak hanya melumpuhkan Andrew, pria itu bahkan akan meminta Grup Kamel untuk meninggalkan pasar Negara Nusantara sepenuhnya, kerugiannya diperkirakan mencapai puluhan triliun.Sebenarnya apa identitas Ardika, sampai-sampai bisa membuat seorang Harrison bertindak sejauh ini sebagai bentuk pertanggungjawaban untuknya?Namun, Ardika malah melambaikan tangannya, menolak penawaran Harrison."Nggak perlu segitunya. Selama kelak Grup Kamel berbisnis di Negara Nusantara sesuai aturan, aku terima dengan senang hati.""Adapun mengenai Andrew dan semua anak buahnya ini, aku nggak ingin melihat mereka menginjakkan kaki mereka di Negara Nusantara lagi."Dari awal hingga akhir, Ardika sama sekali tidak melirik Andrew.Bangsawan Negara Enggrim apaan?Bangsawan Negara Enggrim yang mati di tangannya bukan hanya satu orang.Kalau bukan karena itu, bagaimana mungkin Harrison bi