Home / Urban / Menantu Pahlawan Negara / Bab 143 Keluarga Basagita Bukan Apa-Apa

Share

Bab 143 Keluarga Basagita Bukan Apa-Apa

Author: Sarjana
last update Last Updated: 2023-12-16 18:00:00
Begitu mendengar suara teriakan itu, semua anggota Keluarga Mahasura langsung mengalihkan pandangan mereka ke sumber suara.

Mereka melihat Ardika muncul di depan pintu dengan aura membunuh yang kuat dan sedang menatap mereka dengan tatapan dingin.

"Ardika, kamu kembali hidup-hidup?! Bagaimana hal seperti ini bisa terjadi?!"

Ekspresi Wisnu dan Wulan langsung berubah drastis. Tanpa sadar, mereka melangkah mundur satu langkah.

Tubuh Luna tampak sedikit bergetar.

Dia yang sudah terduduk di lantai langsung mengalihkan pandangannya ke sumber suara. Begitu melihat wajah pria itu, air matanya langsung mengalir tanpa henti.

Suara tangisan wanita itu menjadi lebih keras dibandingkan sebelumnya.

Dia segera bangkit dari lantai, lalu melemparkan dirinya ke dalam pelukan Ardika.

"Ardika, maafkan aku, seharusnya aku nggak membiarkanmu mewakiliku menghadiri acara itu. Aku benar-benar minta maaf ...."

Sambil memeluk Ardika dengan erat, dia terus meminta maaf.

"Sayang, kamu sama sekali nggak bersalah pa
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 144 Mengunjungi Orang Tua Sahabat

    "Ardika, jangan berbohong padaku. Bagaimana mungkin hal seperti itu terjadi?"Luna memutar matanya ke arah Ardika.Melihat Ardika bisa kembali dari acara itu dalam kondisi baik-baik saja seperti ini, dia sudah cukup puas. Dia sama sekali tidak mengharapkan hal lain lagi."Ardika, apa kamu benar-benar sudah menghancurkan Keluarga Susanto? Sebenarnya apa yang terjadi? Kamu baru saja menerima informasi, Asosiasi Bahan Bangunan sudah hancur dan Budi sudah mati!"Saat ini, Tuan Besar Basagita beserta anggota Keluarga Basagita lainnya yang keluar untuk mengejar mereka segera melontarkan pertanyaan.Setelah mendengar ucapan itu, Luna langsung menatap Ardika dengan tatapan terkejut.Tanpa melirik Tuan Besar Basagita dan yang lainnya, Ardika hanya berkata pada Luna, "Aku sudah bilang aku nggak berbohong padamu. Bukankah selama ini Budi ingin membalas dendam padaku? Oke, aku kabulkan keinginannya. Aku sudah menghancurkan keluarganya, besok kalian hanya perlu pergi dan mengambil alih atas Grup Su

    Last Updated : 2023-12-16
  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 145 Memeras Uang

    "Apa kamu tahu alamatnya?" tanya Ardika saat sudah masuk ke dalam mobil.Sebelumnya, mantan istri Delvin, Elsy pernah memberi tahu Ardika alamat orang tua sahabatnya itu.Namun, dengan kemampuan Jesika, tanpa perlu dia beri tahu, wanita itu pasti sudah menyelidikinya dengan jelas."Ke area kota tua," kata Jesika pada sopir.Tidak lama kemudian, mereka sudah tiba di area kota tua Kota Banyuli.Begitu memasuki area ini, Ardika langsung mengerutkan keningnya.Sebelumnya, Jesika memberitahunya kehidupan orang tua Delvin kurang baik.Setelah dia melihat sendiri lingkungan tempat tinggal ini, kehidupan dua lansia itu bukan hanya tidak baik, melainkan sangat buruk.Jalanan tampak berlubang-lubang, kedua sisi jalanan dipenuhi dengan bangunan rumah tua yang kecil.Karena semalam hujan turun dengan sangat deras, jalanan dipenuhi dengan air lumpur yang mengalir memasuki pemukiman penduduk yang rendah.Tidak tahu selokan mana yang sudah tersumbat.Bau tidak sedap juga menyelimuti udara tempat ini.

    Last Updated : 2023-12-17
  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 146 Robin dan Selvi

    Tamparan si Botak hanya berjarak sekitar beberapa sentimeter dari wajah Robin.Dia segera menoleh dan memelototi Ardika yang tiba-tiba muncul di depan pintu. "Eh, bocah, apa kamu tahu siapa aku? Berani sekali kamu mengancamku?! Pergi sana! Jangan ikut campur urusanku!""Mereka adalah orang tua sahabatku, jadi urusan mereka adalah urusanku. Aku berhak ikut campur."Ardika melangkah memasuki rumah itu, dia mendapati situasi di dalam rumah kacau balau, bahkan sepeda kecil milik Livy juga sudah hancur.Sebelum Ardika datang, si Botak dan anak buahnya sudah merusak barang-barang di rumah sederhana Keluarga Darma ini."Kamu adalah sahabat Delvin yang sudah mati itu?"Si Botak tertegun sejenak, lalu tertawa terbahak-bahak. "Kamu ingin ikut campur masalah ini? Silakan saja. Lagi pula, dua tua bangka sialan ini bersikeras nggak mau bayar utang. Kalau begitu, kamu saja yang menggantikan mereka membayar uang 400 juta itu!"Mendengar si Botak mengatai Delvin, ekspresi Ardika langsung berubah menja

    Last Updated : 2023-12-17
  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 147 Kelak Aku yang Menjaga Kalian

    "Paman, Bibi, sekarang Delvin sudah tiada. Kelak, aku adalah putra kalian. Aku akan menggantikannya menjaga kalian. Aku juga akan merebut Grup Bintang Darma kembali."Ardika buru-buru menghibur dua lansia itu.Melihat sahabat putra mereka datang mengunjungi mereka saja, mereka sudah merasa sangat senang.Adapun mengenai merebut kembali Grup Bintang Darma, mereka sama sekali tidak pernah memikirkannya dan tidak berpikir Ardika memiliki kemampuan itu.Mereka tahu orang yang Delvin singgung memiliki latar belakang yang sangat kuat, sama sekali bukan orang yang mampu mereka provokasi.Namun, begitu mendengar ucapan Ardika, dua lansia itu langsung teringat akan masalah yang terpampang nyata di hadapan mereka dan masih belum terselesaikan itu."Ardika, cepat pergi dari sini. Bos si Botak itu adalah preman yang ganas. Dia pasti akan datang membawa anak buahnya untuk membalas dendam padamu," kata Robin dengan cemas.Tadi sebelum pergi, si Botak sudah melontarkan kata-kata ancaman. Si Botak men

    Last Updated : 2023-12-17
  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 148 Hari Ini Kamu Tidak Bisa Keluar Lagi

    Dengan memasang ekspresi muram, seorang pria melangkahkan kakinya memasuki tempat itu.Di bagian kiri wajahnya, ada sebuah bekas luka gores dari pelipisnya hingga ke dagunya.Bekas luka itu tampak sangat menakutkan, sehingga menambah kesan ganas pria itu.Melihat wajahnya saja sudah membuat orang ketakutan.Pria ini tidak lain adalah kepala preman yang terkenal ganas di area kota tua, Jordi!Jordi tampak sedang menggigit rokok. Dia memelototi Robin dan Selvi yang buru-buru keluar setelah mendengar suara keributan itu dan berkata, "Robin, di mana bocah yang sudah memukul anak buahku? Suruh dia keluar sekarang juga!"Begitu mendengar suara teriakan keras Jordi, saking ketakutannya sekujur tubuh dua lansia itu langsung gemetaran.Walaupun sebelumnya Ardika sudah mengatakan dirinya adalah seorang presdir dan sudah memanggil dua kepala preman untuk menyelesaikan masalah ini, tetapi begitu melihat Jordi yang ditakuti oleh semua penduduk area kota tua, perasaan takut langsung menyelimuti hati

    Last Updated : 2023-12-17
  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 149 Menyinggung Tokoh Hebat

    Saat ini, sepanjang gang sudah dipenuhi oleh banyak orang.Orang-orang itu berbaris dari depan pintu rumah Keluarga Darma sampai ke ujung gang.Paling tidak ada sekitar ratusan orang!Melihat pemandangan itu, Jordi dan anak buahnya langsung tercengang.Saking ketakutan, banyak di antara mereka yang sudah hampir buang air kecil di celana."Astaga, kenapa bisa ada orang sebanyak ini?! Apa mereka semua mengincar kita?"Jordi tampak sibuk menyeka bulir-bulir keringat dingin yang memenuhi keningnya.Saat ini, orang-orang itu membuka sebuah jalan di tengah.Dua orang itu terlihat berjalan dengan langkah tergesa-gesa.Begitu melihat kedua orang itu, Jordi langsung ketakutan setengah mati.Dia segera menyambut mereka berdua dan memberi hormat. "Saya memberi hormat kepada Tuan Jinto dan Kak Romi. Mengapa kalian berdua datang ke area kota tua?"Sebelumnya, dia pernah berpartisipasi dalam acara perkumpulan kepala preman dan bertemu dengan kedua tokoh hebat ini.Setelah lima belas kepala preman di

    Last Updated : 2023-12-18
  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 150 Lemparkan ke Stasiun Kereta Api untuk Mengemis

    "Bibi, aku bukan raja preman."Ardika tidak tahu bagaimana caranya menanggapi perhatian dari ibu sahabatnya ini.Pemandangan yang terpampang nyata di hadapan dua lansia ini memang sulit untuk dijelaskan dengan kata-kata.Otak Jinto berputar dengan cepat. Dia segera berkata dengan penuh hormat, "Bibi, orang yang menangkap ribuan preman itu adalah Tuan Ardika!"Romi buru-buru menimpali, "Ya, komandan dari misi penangkapan pelaku kriminal itu adalah Tuan Ardika!"Setelah mendengar pernyataan Jinto dan Romi, Robin dan istrinya baru paham. Pantas saja mereka sangat takut pada Ardika.Ternyata preman-preman yang tidak melaksanakan instruksi dengan baik akan ditangkap.Setelah mendengar ucapan itu, Jordi dan anak buahnya makin ketakutan dan hampir jatuh pingsan.Saat ini, informasi tentang lima belas kepala preman yang tertangkap itu pasti akan dijatuhi hukuman mati sudah tersebar luas. Tidak ada seorang pun yang akan lolos!Saat ini, Ardika mengalihkan pandangannya ke arah Jordi dan berkata,

    Last Updated : 2023-12-18
  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 151 Mengambil Alih Grup Susanto Raya

    "Paman, Bibi, kalian terlalu sungkan padaku."Ardika segera memapah dua lansia itu masuk ke dalam rumah."Bukankah sebelumnya aku sudah bilang pada kalian? Ke depannya, aku akan menggantikan Delvin menjaga kalian. Aku adalah putra kalian."Mendengar ucapan Ardika, Robin dan Selvi merasa sangat senang.Sejak kehilangan putra mereka, mereka tidak pernah merasa sebahagia ini.Ardika berkata, "Lingkungan hidup di area kota tua sangat buruk, nggak baik untuk pertumbuhan Livy. Kalian nggak bisa tinggal di sini lagi. Kalian pindah tempat tinggal saja, nanti aku akan membelikan sebuah rumah yang besar untuk kalian. Selain itu, aku juga akan mempekerjakan pelayan untuk kalian. Bibi nggak perlu mencuci baju dengan tangan sendiri lagi. Apalagi sekarang cuaca sudah mulai dingin.""Ardika, ini ... akan menghabiskan terlalu banyak uang. Kami baik-baik saja tinggal di sini. Kalau nggak, kamu bawa Livy pindah dan tinggal bersamamu saja. Kamu nggak perlu mengkhawatirkan kami," kata Selvi, menolak penaw

    Last Updated : 2023-12-18

Latest chapter

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1762 Tergantung Dia Bisa Membaca Situasi Atau Tidak

    Tak lama kemudian, seluruh anggota Keluarga Citora sudah dibawa pergi.Dengan cara seperti itulah, aset milik Keluarga Citora berubah menjadi modal bagi Tridon untuk membalas dendam.Adapun mengenai hidup dan mati mereka, Tridon sama sekali tidak peduli.Haron benar-benar kasihan. Walaupun sudah mati, seorang ahli bela diri legendaris sepertinya masih saja ditindas oleh orang lain seperti ini.Terlebih lagi, orang ini adalah kakak seperguruan yang mengatakan ingin membalaskan dendamnya.Yomde, murid Tridon melambaikan tangannya. Saat itu juga, jasad Ginadri langsung ditarik keluar.Tepat pada saat ini, Yugo muncul di depan pintu. Dia melirik jasad Ginadri sekilas, lalu berjalan menghampiri Tridon tanpa ekspresi."Paman, ada informasi dari Kota Banyuli, ada hubungannya dengan identitas Ardika!""Pendukungnya adalah Ridwan, Wali Kota Banyuli. Kemampuan Ridwan diakui oleh Kodam Helios, jadi dia akan segera naik jabatan. Karena itulah, Ardika menjadi wali kota untuk sementara waktu.""Seka

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1761 Pasti Akan Membalaskan Dendam Haron

    "Ya, benar."Zilwar mengangguk, lalu berkata dengan ekspresi muram, "Andrew adalah seorang pecundang, Harrison juga seorang pecundang. Bisa-bisanya mereka ketakutan seperti itu pada seorang wali kota.""Bukan hanya nggak menjalankan tugas dengan baik, bahkan membuat identitas Ardika terungkap. Benar-benar pecundang!"Awalnya dia menunggu kabar baik dari Andrew. Selama Luna menyerahkan saham, dia bisa meminta Amir untuk bergabung dengan dewan direksi Grup Hatari atas nama Perusahaan Investasi Mahasura.Siapa sangka yang dia peroleh malah informasi seperti ini.Tepat pada saat ini, ponsel Amir berdering.Dia menjawab panggilan telepon itu, lalu mengakhiri panggilan telepon setelah mengucapkan beberapa patah kata. Kemudian, dia menatap Zilwar sambil mengerutkan keningnya tanpa mengucapkan sepatah kata pun."Ada apa? Siapa yang meneleponmu?“Zilwar melontarkan pertanyaan itu dengan santai.Amir berkata dengan suara dalam, "Ayahmu. Dia bilang harus menghentikan Ardika, nggak bisa membiarkan

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1760 Ingin Berhenti Menjadi Wali Kota

    Dengan kepribadian Tuan Besar Basagita, tanpa perlu dipikirkan lagi, juga pasti sudah tahu apa tujuannya membawa Keluarga Basagita kemari.Identitas Ardika sebagai wali kota sudah terungkap.Di Negara Nusantara, walaupun bukannya tidak ada wali kota muda, tetapi jumlahnya sangat sedikit. Apalagi yang semuda Ardika.Kelak, kariernya di dunia pemerintahan pasti akan berkembang dengan pesat, memiliki masa depan yang cerah.Menantu benalu Keluarga Basagita, inilah julukan yang dimiliki oleh Ardika yang paling familier bagi orang-orang di luar sana.Dia sudah menjadi satu kesatuan dengan Keluarga Basagita.Dulu, Tuan Besar Basagita sangat khawatir, takut Ardika menimbulkan masalah dan menyeret Keluarga Basagita dalam masalah, membuat Keluarga Basagita tertimpa musibah.Namun, sekarang, kekhawatiran itu sudah menghilang tanpa meninggalkan jejak.Karena sudah muncul sosok hebat di Keluarga Basagita!Jadi, Vila Cakrawala sangat ramai sepanjang malam.Anggota Keluarga Basagita terus menerus men

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1759 Identitas Terungkap

    "Hmm."Luna membiarkan Ardika menggandeng tangannya, meninggalkan ruang perjamuan malam itu bersama suaminya dengan sedikit linglung.Melihat punggung kedua orang itu sudah kian menjauh, berbagai suara desahan menyelimuti ruangan tersebut.Menyesal.Salah mereka sendiri memandang rendah orang lain sebelumnya. Demi menjalin hubungan dengan Andrew, mereka melontarkan kata-kata sindiran dan ejekan terhadap Ardika.Sekarang mereka baru menyadari sosok yang benar-benar hebat itu, ternyata adalah menantu benalu yang mereka pandang rendah.Namun, sudah terlambat untuk menyesal sekarang.Sebelumnya, tidak peduli bagaimana mereka menyanjung dan meminta maaf, Ardika sama sekali tidak berencana untuk memedulikan mereka.Semua kartu nama yang diterimanya, juga dibuangnya di atas meja, tidak ada satu pun yang diambilnya.Tentu saja Ardika tidak akan mencari perhitungan dengan orang-orang itu, tetapi dia juga tidak akan bersikap baik pada mereka....Vila Cakrawala.Satu keluarga itu duduk di sofa,

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1758 Identitas yang Lebih Hebat Lagi

    "Eh, tua bangka, kamu benar-benar konyol, kapan aku menipumu?"Sambil melihat Tiano yang berguling-guling di lantai, Ardika berkata dengan nada bicara mengejek, "Sebelumnya saat kamu berlagak hebat dan memintaku untuk mengunjungimu, bukankah aku sudah mengunjungimu sendiri?""Tapi, kamu nggak percaya, bahkan mengusirku."Begitu mendengar ucapannya, energi di sekujur tubuh Tiano seperti sudah terserap habis. Dia berbaring di sana tanpa bergerak.Dia benar-benar menyesal.Kalau dari awal dia tahu Ardika adalah wali kota, dia pasti tidak akan menyinggung Ardika seperti itu.Namun, biarpun dia mengetahui identitas Ardika, apakah Tiano tidak akan terlibat dalam perselisihan dengan Ardika?Jawabannya belum tentu.Sifat seseorang sulit diubah.Itulah sebabnya Tiano bisa berakhir seperti ini. Ardika adalah seorang wali kota atau bukan tidaklah penting, tetapi kepribadiannya yang suka berlagak hebat dan berlagak senior yang sangat berpengaruh.Saat ini, melihat penampilan Tiano yang begitu meny

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1757 Masa Tua Suram

    "Ciputra, karena bocah ini sendiri yang mengajukan permintaan itu, kamu telepon saja!"Tiano melambaikan tangannya, tampak sangat percaya diri.Ciputra melirik Ardika sekilas, lalu mengeluarkan ponselnya dengan tidak berdaya, lalu menghubungi kantor Helios."Ada yang perlu kulaporkan pada Tuan Kodam."Tak lama kemudian, panggilan telepon itu sudah disambungkan pada Helios oleh sekretarisnya."Tuan Kodam, Tiano, wali kota lama Kota Banyuli, melaporkan Pak Ardika, wali kota saat ini, meminta Inspektorat untuk melakukan pemeriksaan terhadapnya secara menyeluruh.""Lalu, Pak Ardika juga sudah setuju, mengatakan ingin mendengar tanggapan dari Tuan."Pak Ardika? Wali kota saat ini?Apa-apaan ini?!Wali kota ingusan itu adalah ....Baik Tiano maupun Piom dan Lando, sedikit kebingungan mendengar ucapan Ciputra. Untuk sesaat, mereka tidak bereaksi."Pak Tiano, Tuan Kodam memintamu untuk mendengar telepon."Saat ini, Ciputra menyodorkan ponselnya kepada Tiano.Begitu Tiano mendekatkan ponsel itu

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1756 Tanggapan Kodam

    "Brak!"Piom juga terduduk di lantai, dia menatap Ciputra dengan tatapan sedih.Kemudian, dalam situasi krisis seperti itu, dia melemparkan sorot mata meminta bantuan ke arah Tiano dan berkata dengan suara keras, "Pak Tiano, tolong bantu kami bicara. Kalau aku nggak salah ingat, dulu Pak Ciputra adalah bawahanmu, 'kan?"Mendengar ucapannya, Tiano merasa sedikit canggung.Dia pernah menjabat sebagai Wali Kota Banyuli selama dua puluh tahun, memiliki bekerja sama dengan banyak anggota instansi pemerintahan dan memiliki banyak rekan.Ciputra memang pernah bekerja di Kota Banyuli, juga merupakan bawahannya. Hanya saja, pria itu sudah naik jabatan hingga menjadi pejabat pemerintahan provinsi."Ciputra, mengapa kamu datang ke Kota Banyuli, kamu juga nggak datang mencariku untuk mengobrol bersama sambil minum teh?"Tiano berdeham, lalu mulai mencoba untuk melakukan pendekatan terhadap Ciputra.Saat dia masih menjabat sebagai wali kota, proyek Gunung Amona sudah dimulai, hanya saja berakhir te

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1755 Ciputra

    Karena itulah, setelah mengetahui sebenarnya pendukung Ardika adalah wali kota baru itu, Piom dan yang lainnya akhirnya sudah bisa lega. Mereka menatap Ardika sambil tertawa dingin.Tiano juga berkata dengan dingin, "Ardika, cepat berlutut dan meminta maaf pada Pak Piom dan Pak Lando. Kalau nggak, nggak akan ada yang bisa menyelamatkanmu!"Dia tahu kepribadian Ardika, orang yang satu ini sangat keras kepala, pasti tidak akan berlutut.Kalau begitu, hasil akhirnya adalah bocah itu pasti akan bermusuhan dengan Piom dan Lando.Sementara itu, hasil seperti inilah yang Tiano inginkan. Dia ingin membesar-besarkan masalah.Ardika berdiri tegak, menatap ketiga orang itu dengan sorot mata mengejek, lalu berkata dengan acuh tak acuh, "Kulihat sebaiknya kalian bertiga yang berlutut duluan. Sebentar lagi, biarpun kalian ingin, sudah terlambat untuk berlutut.""Ardika, apa kamu sedang mengigau? Apa kamu kira dengan adanya dukungan dari seorang wali kota, kamu sudah bisa bertindak semena-mena?""Kul

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1754 Tiano Lagi

    "Ada apa, Pak Tiano? Kamu mengenalnya?"Mendapati ekspresi Tiano langsung berubah drastis setelah melihat Ardika, Piom dan Lando pun merasa sedikit gelisah.Sepertinya reaksinya ini menunjukkan tanda-tanda yang kurang baik.Jangan bilang dia juga akan berlutut di hadapan Ardika seperti Harrison.Namun, tak lama kemudian, Tiano langsung memasang ekspresi muram dan berkata, "Bajingan, ternyata kamu yang membuat masalah lagi! Kamu benar-benar bernyali besar! Berani-beraninya kamu menyinggung Piom dan Lando!"Mendengar panggilan yang ditujukan olah Tiano pada Ardika, Piom dan Lando langsung tertawa.Mereka bahkan sudah tidak keberatan melihat Tiano mengagungkan senioritas sendiri di hadapan mereka lagi.Benar saja, Tiano sudah menjabat sebagai Wali Kota Banyuli selama dua puluh tahun, dia cukup berwibawa dan berkuasa, sama sekali tidak menganggap serius Ardika.Piom memelototi Ardika dengan tajam dan berkata, "Pak Tiano, kali ini aku membawa tim inspeksi untuk meninjau proyek Gunung Amona,

DMCA.com Protection Status