Karena itulah, kejadian Levin membawa seribu orang ke wilayah kekuasaannya untuk mencari masalah dengannya, tidak pernah terbayangkan oleh Huris. Setahunya, hal seperti itu adalah hal yang mustahil terjadi.Namun, biarpun demikian, Huris lebih bersedia memercayai ini adalah sebuah bentuk deklarasi perang dari Keluarga Septio Provinsi Aste terhadap Keluarga Sudibya.Kemungkinan yang satu ini lebih masuk akal.Kemungkinan Levin menuruti perintah Ardika adalah sesuatu hal yang benar-benar di luar nalar."Memulai perang?"Levin tertawa dan berkata, "Huris, apa kamu nggak merasa kamu sudah terlalu meninggikan diri sendiri? Apa orang sepertimu layak untuk mewakili Keluarga Sudibya ibu kota provinsi?"Ekspresi marah langsung tampak jelas di wajah Huris setelah mendengar ucapan Levin.Levin memang sudah dikenal sebagai sosok tuan muda yang berbeda dari yang lain di kalangan keluarga kaya terkemuka. Jelas-jelas pria itu adalah seorang tuan muda dari keluarga kaya terkemuka, tetapi hobinya berte
Dalam sekejap mata saja.Cakar tajam nan menakutkan Sugos sudah membelah udara dan muncul di hadapan Ardika.'Eh? Apakah pecundang ini sudah linglung saking ketakutannya?' pikirnya.Melihat Ardika tetap bergeming, kilatan antusiasme haus akan darah melintas di mata Sugos.Tepat pada saat ini, Ardika tiba-tiba meliriknya dengan sorot mata meremehkan.Sorot mata tenang lawannya, membuat aura dingin seakan-akan menyelimuti hati Sugos pada saat itu juga.Detik berikutnya.Ardika hanya mengangkat lengan kirinya dengan tenang, lalu mengayunkan lengannya dengan santai."Ahhh ...."Di sisi lain, Milom dan Neo sudah menyingkirkan dua orang yang menghalangi jalan mereka dan menerjang ke hadapan Levin.Tiba-tiba, terdengar suara teriakan menyedihkan dari arah belakang mereka.Secara refleks, mereka menoleh ke sumber suara. Saat itu juga, mereka terkejut bukan main."Kak Sugos!"Sambil muntah darah, tubuh Sugos terpental seperti layang-layang yang putus."Eh, Ardika, berani-beraninya kamu mengguna
Huris berdiri dengan tegak.Dia menatap Ardika dengan sorot mata dingin dan lekat, seolah-olah sedang menantang lawannya.Ya, benar. Apa yang perlu dia takutkan?Dia memiliki Keluarga Sudibya sebagai pendukungnya!Inilah sumber kepercayaan diri terbesarnya."Oh? Mati, ya?"Ardika menggelengkan kepalanya, lalu berkata dengan acuh tak acuh, "Huris, sebaiknya jangan mengucapkan kata mati dengan sembarangan.""Kalau nggak, aku nggak akan keberatan untuk membiarkanmu merasakan bagaimana sensasi kematian."Seulas senyum dingin mengembang di wajah Huris. "Ardika, apakah kamu sedang menakut-nakutiku, agar aku berlutut padamu?""Sayang sekali, kamu sudah salah orang."Saat berbicara, dia melirik Levin dan orang-orang yang dibawa oleh Levin, lalu berkata dengan suara dalam, "Harus kuakui, hari ini aku kalah darimu.""Tapi, itu hanya karena tindakanmu benar-benar di luar dugaanku. Aku nggak menyangka kamu bisa menyuruh Levin untuk membawa begitu banyak orang kemari."Ardika mengangkat alisnya, la
Kemudian, sebelum dua orang itu sempat bereaksi, Huris tiba-tiba menarik lengan kedua orang itu."Krak!"Dengan iringan suara patah tulang, terdengar suara teriakan menyedihkan kedua orang itu.Lengan kedua orang itu sudah dipatahkan oleh Huris hanya dengan satu tangan!Menyaksikan kekuatan luar biasa yang ditunjukkan oleh Huris, ekspresi Levin juga berubah sejenak.Ardika juga mengangkat alisnya, lalu tertawa dan berkata, "Hmm, menarik juga."Sekarang dia sudah memercayai rumor yang dikatakan oleh Levin tadi.Kalau dilihat dari kekuatan yang ditunjukkan oleh Huris barusan, dia memang lebih kuat dibandingkan Empat King Kong.Atau mungkin bisa dikatakan mereka mempelajari seni bela diri yang berbeda.Seni bela diri yang dipelajari oleh Empat King Kong adalah seni bela diri yang keras.Huris berkebalikan dengan mereka.Dia mempelajari seni bela diri yang cenderung lembut tetapi mematikan.Kalau dalam novel seni bela diri, seni bela diri yang dipelajarinya termasuk seni bela diri licik.S
Satu demi satu tamparan Ardika mendarat di wajah Huris.Bagaikan dicambuk, tanpa butuh waktu lama, wajah Huris yang awalnya putih dan tampan itu sudah dipenuhi dengan luka-luka.Huris terus berteriak dengan marah seperti sudah menggila.Dia adalah Tuan Muda Pertama Keluarga Sudibya.Saat ini, dia malah ditampar oleh Ardika seperti seekor anjing yang tak berdaya.Namun, tidak peduli seberapa keras upayanya untuk menghindar, tamparan Ardika seolah-olah sangat elastis dan tetap mendarat di wajahnya tanpa meleset sekali pun.Hal yang lebih sulit diterima oleh Huris bukanlah hal ini.Kalau Ardika menggunakan kekuatan dan teknik bela diri yang luar biasa untuk mengalahkannya, dia masih bisa terima.Namun, sejak awal hingga akhir, Ardika hanya seperti preman jalanan yang sedang bertarung, yaitu hanya dengan melayangkan tamparan saja.Hal yang lebih mengesalkan lagi adalah, tidak peduli seberapa keras upayanya untuk menghindar, tamparan Ardika tetap akan mendarat tepat di wajahnya.Tidak meles
Seperti seekor anjing mati, Huris diseret ke arah helikopter, seutas tali sudah dipersiapkan sejak awal.Tanpa butuh waktu lama, semua pakaiannya sudah dilepaskan, hanya menyisakan celana dalam. Kedua tangannya diikat di atas tali.Setelah persiapan selesai, helikopter pun mulai mengudara. Tak lama kemudian, helikopter sudah mencapai ketinggian tertentu dan terbang menuju ke pusat Kota Banyuli.Tanpa butuh waktu lama, Kota Banyuli kembali gempar.Sudah ada banyak orang yang melihat seorang pemuda tak berpakaian, digantung di atas helikopter dan terbang mengelilingi Kota Banyuli.Sekitar lebih dari dua puluh menit kemudian, helikopter sudah kembali ke Vila Hundo."Kak Ardika, aku merasa dua puluhan tahun yang kulewati sebelumnya benar-benar sia-sia saja. Dulu, aku hanya tahu menghajar orang, sama sekali nggak terlintas di benakku cara bermain yang menyenangkan seperti ini."Levin menyeret Huris kembali, ekspresinya menunjukkan seolah-olah dia masih belum puas bersenang-senang.Ardika be
Setelah meninggalkan Vila Hundo, Ardika langsung pulang ke rumah."Sayang!"Luna sedang diliputi perasaan cemas, dia bahkan tidak berselera makan.Begitu melihat sosok bayangan Ardika, dia segera bangkit untuk menyambut kepulangan suaminya. Ekspresi cemas di wajahnya juga langsung menghilang tanpa meninggalkan jejak."Bagaimana masalah itu?""Kamu nggak terluka, 'kan? Coba kulihat."Melihat putrinya segera menghampiri Ardika dan melontarkan pertanyaan penuh perhatian pada Ardika seolah-olah Ardika adalah harta karun yang sangat berharga, saking irinya Desi mendecakkan lidahnya. Secara naluriah, dia membuka mulutnya, ingin memarahi Ardika beberapa patah kata.Namun, pada akhirnya kata-kata itu tidak bisa keluar dari mulutnya.Dengan mempertimbangkan saat berada di Starindum, Ardika telah maju untuk membelanya, kali ini dia tidak akan memarahi menantunya."Jelas-jelas bertemu sepanjang hari, tapi masih saja mengumbar kemesraan seperti itu! Cepat makan, kalau nggak akan kubuang semuanya!"
"Baik, Pak Ardika, aku pasti akan membersihkan ruanganmu dengan sangat teliti. Aku jamin akan memberimu sebuah lingkungan kerja yang nyaman."Jane menahan dirinya untuk tidak melayangkan satu tamparan ke arah Ardika. Dia membungkukkan badannya dengan patuh, lalu berbalik dan pergi.Melihat reaksi wanita itu, Ardika hanya tersenyum.Kepribadian wanita itu sama seperti Tina, yaitu angkuh setengah mati.Walaupun kelihatan sudah tunduk dari luar, tetapi sesungguhnya dalam lubuk hatinya, dia tidak terima.Karena itulah, tadi wanita itu sengaja menjebaknya.Tapi, itu bukanlah masalah baginya. Ardika yakin bisa menundukkan wanita itu.Kalau menundukkan seorang wanita bawahannya saja dia tidak mampu, maka sia-sia saja kehidupan yang telah dijalaninya selama ini."Sayang, aku pergi mandi dulu, ya."Malam harinya, Ardika menarik Luna ke dalam kamar dengan senang."Nggak perlu, malam ini kamu tidur di kamar sebelah!"Kekesalan Luna sebelumnya masih belum mereda. Selesai berbicara, dia langsung me