Beranda / Urban / Menantu Pahlawan Negara / Bab 129 Apa Kamu Sudah Menyadari Kesalahanmu

Share

Bab 129 Apa Kamu Sudah Menyadari Kesalahanmu

Penulis: Sarjana
Setelah Budi memberi perintah, layar besar LED di belakangnya langsung menyala.

Kemudian, sebuah video mulai diputar.

Awalnya, video menunjukkan sebuah lokasi konstruksi besar yang sedang dalam proses pembangunan.

"Itu adalah lokasi konstruksi Starindum!"

Semua orang langsung mengenali proyek yang sedang dalam proses pembangunan di lokasi konstruksi tersebut.

Dalam dua tahun terakhir, Starindum adalah sebuah pusat perbelanjaan besar di Kota Banyuli yang sedang dalam proses pembangunan. Total dana yang telah diinvestasikan dalam proyek ini sebesar lebih dari dua puluh triliun.

Kemudian, gambaran di layar berganti menjadi gerbang utama lokasi konstruksi.

Lalu, sebuah bendera bertulisan merah cerah mulai berkibar.

"Pihak penyelenggara proyek Starindum mengucapkan selamat atas penyelenggaraan acara pembangunan kembali Asosiasi Bahan Bangunan!"

Di bawah bendera yang berkibar itu, para staf proyek terkait berbaris dengan rapi dan mengucapkan selamat dengan serempak.

Melalui layar tersebut, t
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Abdul Latif
bertele tele
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 130 Berlutut

    Kali ini, semua orang menatap Ardika dengan tatapan seperti melihat orang mati.Mereka tidak percaya setelah Budi menunjukkan betapa menakutkannya kekuatan Asosiasi Bahan Bangunan, idiot itu masih berani menantang Budi.Namun, mereka harus menelan kekecewaan sekali lagi."Budi, kamu nggak berhak menghakimiku."Ardika tetap duduk tenang di sana dan memasang ekspresi meremehkan.Melihat Budi yang sedang berlagak hebat di hadapannya itu, Ardika merasa pria paruh baya itu sangat konyol.Budi berkata dengan dingin, "Di saat seperti ini, kamu masih berani melawan. Grup Sentosa Jaya yang menjadi pendukungmu sudah hancur. Henry yang dianggap sebagai orang paling kaya di Kota Banyuli adalah seorang pengecut. Dia bahkan nggak berani menghadiri acara hari ini.""Adapun mengenai Jinto dan Romi, aku bisa membunuh dua pecundang yang duduk di sampingmu itu hanya dalam waktu hitungan menit. Atas dasar apa kamu berani melawanku?""Karena statusmu sebagai menantu Keluarga Basagita? Haha ...."Pria paruh

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 131 Penangkapan Besar-Besaran

    Setelah mendengar suara teriakan histeris itu, secara naluriah dua ribu orang yang berada di dalam ruangan tersebut langsung mengalihkan pandangan mereka ke arah layar besar.Saat ini, layar besar kembali menunjukkan gambaran siaran langsung lokasi konstruksi Starindum yang pertama kali ditayangkan.Hanya saja, para staf yang sebelumnya berbaris untuk mengucapkan selamat sudah membubarkan diri.Tepat pada saat ini, tiba-tiba terdengar sirene mobil polisi dari layar besar tersebutSatu per satu mobil polisi terpampang jelas di depan layar besar.Kemudian, disusul dengan beberapa truk berwarna hijau.Satu per satu anggota polisi keluar dari mobil polisi.Satu per satu prajurit bersenjata lengkap melompat turun dari truk."Tangkap mereka semua!"Setelah sosok ketua dari pihak kepolisian melambaikan tangannya, baik prajurit maupun anggota kepolisian langsung bergegas memasuki lokasi konstruksi.Dalam waktu kurang dari satu menit, ratusan orang preman sudah ditangkap.Beberapa di antara mer

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 132 Tidak Bisa Tinggal Diam

    Hening!Sangat hening!Walaupun suasana di dalam ruangan itu sangat hening, tetapi perasaan dua ribu orang yang berada di tempat itu sudah mulai bergejolak.Angka-angka yang dilaporkan oleh Rivaldo, sang wakil Direktur Departemen Kepolisian Kota, bagaikan tiga pukulan keras yang menggetarkan hati mereka semua.Preman sebanyak lebih dari 2.300 orang, seharusnya sudah merupakan semua anak buah dari lima belas petinggi Asosiasi Bahan Bangunan.Mereka semua tersebar di 109 lokasi konstruksi, tetapi semuanya tertangkap dalam kurun waktu kurang dari lima menit. Tidak ada seorang pun yang lolos.Sementara itu, Departemen Kepolisian Kota Banyuli dan Korps Taring Harimau mengerahkan lebih dari sepuluh ribu anggota mereka!Penangkapan ini adalah sebuah aksi penangkapan skala besar.Sepanjang sejarah Kota Banyuli, hal seperti ini belum pernah terjadi!Sebelum kejadian ini terjadi, tidak ada seorang pun yang menerima informasi penangkapan.Kalau dilihat dari ekspresi bingung Budi yang merupakan Ke

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 133 Siapa yang Mengincar Asosiasi Bahan Bangunan

    "Aku nggak bisa menerima semua ini. Hari ini, semua tamu undangan di sini adalah tokoh-tokoh hebat. Selama kita masih ada bantuan di luar, bagaimana kalau kita menjadikan mereka semua sebagai sandera dan memaksa kekuatan gabungan ketentaraan dan kemiliteran untuk melepaskan kita?""Setelah berhasil melarikan diri, kita bisa meninggalkan kota ini. Dengan mengandalkan kemampuan kita, aku yakin ke mana pun kita pergi kita pasti bisa sukses!"Mungkin saja otaknya sudah bermasalah, atau mungkin orang sepertinya memang tidak takut pada.Dalam situasi seperti ini, Dodi malah berpikiran untuk mempertaruhkan nyawanya.Setelah mendengar ucapannya, kebanyakan dari empat belas ketua preman itu langsung ketakutan bahkan kaki mereka sampai lemas. Hanya ada sekitar tiga atau empat orang yang tampak ragu apakah mau mempertaruhkan nyawa untuk melarikan diri atau tidak.Bagaimanapun juga, jumlah orang yang otaknya masih berputar dengan normal lebih banyak.Namun, Dodi sama sekali tidak memedulikan apaka

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 134 Siapa Komandan Misi Kali Ini

    Bukan hanya Budi saja yang kebingungan, Jenny, James dan yang lainnya juga kebingungan.Bahkan, dua ribu tamu undangan yang berada di tempat itu juga kebingungan.Saat ini, Wakil Ketua Pasukan Khusus Serigala yang bertanggung jawab atas misi kali ini, Jerico Tanu menghampiri Soni dan memberi hormat padanya."Lapor Pak Wakil Komandan, dalam misi pemberantasan kriminal di Kota Banyuli kali ini, semua anggota Pasukan Khusus Serigala telah dikerahkan. Harap beri instruksi!"Soni berkata dengan suara rendah, "Seluruh pasukan siap siaga! Tunggu instruksi dari Pak Komandan!"Semua orang langsung kebingungan.Dalam menjalankan misi kali ini, Brigadir Jenderal Soni hanya menempati posisi wakil komandan?Kalau begitu, siapa komandan yang dimaksud olehnya?Apakah orang yang dimaksud adalah Abdul?Tidak mungkin, tingkatan ketentaraan Abdul setara dengan Soni.Kalau begitu, apakah orang yang dimaksud adalah Sigit?Hal ini lebih tidak memungkinkan lagi mengingat posisi dan kedudukannya lebih rendah

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 135 Budi, Apa Kamu Sudah Menyadari Kesalahanmu

    Dua ribu orang di tempat itu langsung terdiam.Namun, dalam suasana hening itu, mereka bisa mendengar suara jantung mereka yang berdetak dengan kencang!Banyak di antara mereka yang tiba-tiba kesulitan bernapas!Namun, lebih banyak di antara mereka yang bahkan hampir lupa bernapas.Bagaikan petir di siang bolong!Hal ini sungguh mengejutkan dan sulit dipercaya!Perasaan mereka saat ini sudah tidak bisa dideskripsikan dengan kata-kata.Seorang putra yang sudah dicampakkan oleh Keluarga Mahasura dari ibu kota provinsi, menantu Keluarga Basagita, idiot yang sudah dikurung di rumah sakit jiwa selama lima tahun, sosok pecundang yang dianggap remeh oleh semua orang ini ternyata adalah komandan misi kali ini!Seorang wali kota, dua brigadir jenderal dan seorang ketua kantor polisi kota, mereka semua mendengar perintahnya!Di bawah tatapan semua orang, Ardika yang dari tadi hanya duduk manis di tempat duduknya akhirnya bangkit dari tempat duduknya dengan perlahan.Dia mengalihkan pandangannya

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 136 Semuanya Berlutut

    "Ardika, aku akui aku bersalah. Aku nggak akan mengincarmu lagi. Tolong lepaskan aku, lepaskan Keluarga Susanto ...."Budi berlutut di hadapan Ardika dan terus bersujud sambil memohon pengampunan.Setelah status Ardika sebagai komandan misi kali ini terekspos, dia tahu riwayatnya sudah berakhir.Asosiasi Bahan Bangunan sudah hancur, Keluarga Susanto juga sudah hancur.Dengan apa yang telah dia lakukan pada Ardika, Ardika pasti tidak akan melepaskannya.Bahkan Keluarga Mahasura di ibu kota provinsi juga tidak akan bisa menyelamatkannya.Dia tidak tahu identitas pasti Ardika, tetapi melihat kemampuan pemuda itu menggerakkan prajurit pasukan khusus Kota Banyuli, tentu saja Keluarga Mahasura di ibu kota provinsi juga tidak mampu memprovokasi tokoh sehebat itu!Penangkapan besar-besaran kali ini, Keluarga Mahasura di ibu kota provinsi yang memiliki jaringan informasi luas saja sama sekali tidak memperoleh informasi apa pun.Ini adalah bukti betapa hebatnya pemuda di hadapannya ini!Ardika m

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 137 Mengembalikan kepada Sang Pemilik

    Begitu orang-orang itu keluar dari Gedung Universal, tiba-tiba mereka melihat sekelompok orang berjalan keluar dari gedung di seberang jalan."Mereka adalah anggota Grup Sentosa Jaya! Orang yang berjalan di paling depan adalah Tuan Henry!""Ada Jesika, sekretaris presdir Grup Sentosa Jaya juga!" seru seseorang. Tentu saja pandangan semua orang langsung tertuju ke sana.Bagaikan pihak pemenang, mereka menyaksikan dengan mata kepala mereka sendiri sekelompok orang dari Grup Sentosa Jaya itu berjalan memasuki Gedung Universal."Ah, akhirnya aku sudah mengerti. Pantas saja Grup Sentosa Jaya sama sekali nggak menanggapi aksi gila-gilaan Asosiasi Bahan Bangunan untuk menjatuhkan mereka. Ternyata mereka sudah melakukan persiapan!""Tuan Henry sudah dikenal sebagai orang yang berpengalaman dalam dunia bisnis. Dia benar-benar bisa menahan diri dan menanti kesempatan yang tepat dengan sabar. Betapa konyolnya sebelumnya kita malah menganggap Grup Sentosa Jaya sudah hancur. Hanya dalam sekejap mat

Bab terbaru

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1946 Menyebutkan Ingin Bertemu Denganmu

    "Oh? Kalau begitu, kamu minta saja pelanggan-pelanggan terhormatmu itu untuk membebaskanmu."Setelah melontarkan satu kalimat itu, Ardika tidak banyak bicara lagi."Nging ... ngung ...."Apartemen Sundain adalah apartemen kelas atas, banyak elite dunia bisnis seperti Jesika yang tinggal di sini. Pergerakan anggota kepolisian sangatlah cepat.Tanpa perlu menunggu lama, sudah terdengar bunyi sirene mobil polisi di lantai bawah."Halo ... oh, Pak Ardika!"Saat muncul di depan pintu, begitu melihat Ardika, beberapa anggota kepolisian itu langsung tercengang, lalu menyapanya dengan penuh hormat.Ardika menunjuk Hafa dan berkata, "Orang ini adalah penipu. Bawalah dia ke kantor polisi, lalu lakukan pemeriksaan terhadapnya.""Eh, eh, kalian nggak bisa begini. Aku adalah Hafa, seorang dokter genius. Ada banyak orang kaya dan terpandang adalah pasienku ....""Berhentilah beromong kosong lagi! Ayo pergi!"Hafa langsung dibawa keluar."Eh, dia sudah memukuli dua orang pengawalku, bukankah seharusn

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1945 Memasukkanmu ke Penjara

    "Karena nggak bisa bertahan lagi di Suraba, dia baru mendatangi Provinsi Denpapan. Dia kembali menggunakan trik lamanya, berperan layaknya seorang dokter genius.""Aku akan segera mengirimkan data-datanya padamu!"Di ujung telepon, Levin melaporkan hasil penyelidikannya.Ardika meletakkan ponselnya, menatap Hafa sambil tersenyum tipis, lalu menanyakan hal yang sama sekali lagi. "Pak Hafa, 'kan? Apa kamu benar-benar adalah seorang dokter genius?""Bocah, apa maksudmu? Apa mungkin aku adalah seorang dokter genius palsu? Bisa-bisanya kamu mempertanyakan identitasku?!"Hafa tidak tahu Ardika menerima panggilan telepon dari siapa. Ekspresinya berubah, tetapi dia tetap melontarkan kata-kata itu dengan tajam.Ardika menggelengkan kepalanya dan berkata, "Nggak bertobat juga. Kalau begitu, jangan salahkan aku. Mungkin aku nggak bisa memastikan apakah kamu adalah seorang dokter palsu atau nggak, kalau begitu aku akan menyerahkanmu ke polisi saja untuk melakukan verifikasi identitas."Selesai ber

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1944 Penipu

    Tiara mencibir dan berkata dengan nada bicara mengejek, "Anak Muda, apa kamu sudah dengar ucapan Pak Hafa? Memangnya kamu pikir kamu siapa? Berani-beraninya kamu mempertanyakan keterampilan medis Pak Hafa? Benar-benar konyol!""Nggak perlu terburu-buru seperti itu, aku belum selesai bicara."Tanpa melirik wanita itu sama sekali, Ardika menatap Hafa dengan lekat dan berkata dengan tenang, "Resep rahasia ini memang nggak ada masalah. Tapi, resep ini digunakan oleh orang yang tubuhnya bermasalah dan sangat lemah.""Kalau digunakan pada seseorang yang tubuhnya sehat, obat seperti ini akan menyebabkan keseimbangan tubuhnya terganggu, itu sama saja dengan ingin orang tersebut segera mati!""Pak Hafa, kamu sendiri yang bilang orang yang lemah nggak bisa mengonsumsi tonik yang berlebihan!"Nada bicara Ardika tiba-tiba berubah menjadi dingin dan tajam.Begitu mendengar ucapan Ardika, ekspresi Hafa langsung berubah."Bocah, omong kosong apa yang kamu bicarakan!""Walau kamu paham sedikit ilmu me

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1943 Perawatan Kesehatan Atau Membantu Kehamilan

    Perawatan kesehatan atau membantu kehamilan?"Empat miliar!"Setelah melirik Tiara, Dilan kembali menaikkan penawarannya.Hafa juga tetap bersikeras. "Yah, sudah kubilang bukan masalah uang. Tapi, dengan mempertimbangkan Tuan Muda Dilan, aku akan berusaha semampuku untuk menyembuhkan Nona Jesika!""Aku nggak berani omong besar, paling nggak selama aku turun tangan, nyawa Nona Jesika pasti akan terselamatkan. Aku nggak akan melakukan sesuatu yang menjatuhkan reputasiku sendiri."Dilan dan Tiara tampak sangat senang."Terima kasih Pak Hafa!"Ardika mengangkat alisnya.Awalnya, dia mengira Dilan demi menunjukkan kehebatan diri sendiri di hadapan Jesika, pria itu bersekongkol dengan Hafa untuk membuat pertunjukan.Namun, kalau dilihat sekarang, tidak begitu juga.Sepertinya Hafa benar-benar memanfaatkan kesempatan ini untuk memeras.Akting memang akting, tapi bukan sepenuhnya akting.'Kalau begitu, ini menjadi sedikit menarik ....'Saat itu juga, Dilan langsung mengeluarkan selembar kartu

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1942 Mengabaikan Nyawa Manusia

    "Tubuh Nona Jesika sangat lemah, kalian malah membiarkannya mengonsumsi bahan makanan berupa tonik seperti sarang burung berkualitas bagus?""Kondisi tubuh lemahnya nggak bisa menerima tonik seperti itu. Apa kalian nggak tahu hal ini bisa membahayakan nyawanya?!"Saat ini, Hafa yang tadinya bersikap hangat dan sopan itu, menunjukkan ekspresi marah dan berteriak dengan marah, "Mengabaikan nyawa manusia!""Apa kalian tahu ini dinamakan mengabaikan nyawa manusia?!"Ekspresi Tiara juga langsung berubah. Dia mengulurkan tangannya dan menunjuk Ardika. "Pak Hafa, hal ini nggak ada hubungannya dengan kami! Si Ardika ini! Dialah yang mengantarkan sarang burung berkualitas bagus itu!""Eh, Ardika, kamu benar-benar licik dan nggak tahu malu! Demi memenangkan hati orang, kamu nggak memedulikan hidup dan mati Jesika!""Kalau sampai terjadi sesuatu pada Jesika, aku nggak akan melepaskanmu!"Sambil mengentakkan kakinya, Tiara memarahi Ardika.Dilan juga menerjang ke arah Ardika dan menarik kerah baju

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1941 Gawat

    Jesika tertegun sejenak, lalu mengangguk dan berkata, "Ya, benar.""Pak Hafa, kalau begitu lingkungan Kota Banyuli nggak bagus, Jesika datang bekerja di sini, baru mengidap penyakit sekarang."Dilan bertanya, "Itu artinya Jesika seharusnya meninggalkan Kota Banyuli, lalu pindah untuk tinggal dan bekerja di kota besar seperti ibu kota provinsi?""Boleh dibilang begitu."Hafa mengangguk, tidak mengiakan, juga tidak menyangkal.Ardika yang berdiri di samping, mengangkat alisnya.Ckck, bisa-bisanya dia bilang lingkungan Kota Banyuli nggak bagus, Jesika nggak terbiasa dengan lingkungan kota ini?'Sebenarnya Pak Hafa ini seorang dokter, atau dukun dan semacamnya?'"Jesika, kamu sudah dengar sendiri ucapan Pak Hafa, 'kan? Tempat miskin dan terpencil seperti Kota Banyuli ini, nggak hanya kecil dan nggak berkembang, fengsuinya juga nggak bagus."Tiara berbalik. Sambil menggenggam tangan Jesika, dia berkata dengan nada bicara serius, "Kamu nggak bisa tinggal di Kota Banyuli lagi, sebaiknya kamu

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1940 Kemungkinan Akan Menyebabkan Kematian

    Sorot mata pria itu berbinar, raut wajahnya juga tampak bugar, tubuhnya kelihatan sangat sehat.Kesan yang diberikannya pada orang lain adalah, dia adalah seorang genius yang memiliki penampilan layaknya dokter genius dan keterampilan medisnya pantas dipercaya.Kalau bahkan kondisi tubuh sendiri saja tidak bisa dijaga dengan baik, bagaimana mungkin layak disebut sebagai dokter genius.Namun, setelah melihat Hafa, Ardika malah sedikit mengerutkan keningnya.Raut wajah Hafa tampak sedikit terlalu bugar.Dengan seulas senyum hangat menghiasi wajah Hafa, dia mengikuti Dilan memasuki ruang tamu.Tiara segera menyambutnya sambil tersenyum. "Halo, Pak Hafa, benar-benar sudah merepotkanmu datang jauh-jauh dari ibu kota provinsi ke Kota Banyuli.""Zaman sekarang ini, sudah jarang ada sosok dokter genius yang masih menjaga etika kedokteran sepertimu!"Sebenarnya, naik kereta api dari ibu kota provinsi ke Kota Banyuli hanya membutuhkan waktu sekitar satu jam, benar-benar tidak terbilang jauh.Nam

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1939 Pak Hafa

    Tiara menarik napas dalam-dalam, memaksakan seulas senyum, lalu berkata kepada manajer restoran, "Terima kasih, nggak perlu, aku sudah sering makan makanan Restoran Siam, sudah sedikit bosan."Ardika tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. 'Ckck, orang ini, masih saja mempertahankan harga diri di saat seperti ini, cari derita sendiri saja.'"Jesika, mereka nggak mau makan, ya sudah, kita makan saja.""Karena kamu sedang nggak enak badan, nggak perlu makan terlalu banyak, minumlah sedikit sup sarang burung dulu."Sambil mengajak Jesika untuk makan, Ardika sendiri juga sudah mulai mengambil alat makannya dan makan.Dia juga memang sudah lapar, apalagi hidangan-hidangan Restoran Siam ini memang sesuai dengan reputasinya.Sepanjang proses ini berlangsung, ibu dan anak Keluarga Gunardi itu memperhatikan mereka dari samping, juga tidak mengatakan ingin pergi.Perut ibu dan anak itu sampai sudah mengeluarkan bunyi keroncongan, Ardika merasa canggung untuk mereka.Hingga Ardika dan Jesika se

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1938 Makan Bersama

    "Kamu? Kalau kamu benar-benar bisa meminta Restoran Siam mengantar makanan, aku akan memakan alas sepatuku!"Pengawal itu memelototi Ardika dengan acuh tak acuh sekaligus marah, lalu berbalik dan langsung pergi.Kalau bukan karena sedikit takut pada kekuatan Ardika, tadi dia dan rekannya sudah menghajar Ardika hingga babak belur."Kret ...."Tak lama kemudian, seorang wanita paruh baya yang mengenakan seragam bertuliskan Restoran Siam membawa dua orang pelayan memasuki apartemen Jesika dengan mendorong kereta dorong."Halo, Nona Jesika, aku adalah manajer Restoran Siam.""Ini adalah makan malam yang Tuan Ardika minta Restoran Siam siapkan untuk Nona.""Di antaranya, ada sup sarang burung, adalah sarang burung berkualitas bagus bernilai miliaran yang Tuan Ardika minta seseorang untuk antarkan ke restoran kami, bahkan secara khusus menginstruksikan juru masak kami untuk mengolahnya menjadi hidangan yang bergizi untuk Nona.""Sekarang kami mengantarkannya secara pribadi kepada Nona, semog

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status