"Memangnya kamu tahu apa?! Tutup mulutmu!"Dengan memasang ekspresi ganas, Umar melontarkan beberapa patah kata itu. Dia benar-benar ingin melompat bangkit dan mencabik-cabik Welius sekarang juga.Dia hanyalah bos dari sebuah perusahaan kecil.Kalau dinilai dari sikap para pebisnis besar maupun kecil Kota Banyuli terhadap Ardika, begitu dia dipecat oleh Ardika dari Asosiasi Dagang Kota Banyuli dan hal ini tersebar luas.Dia pasti tidak akan bisa bertahan di Kota Banyuli lagi!"Tuan Ardika, aku mohon beri aku satu kesempatan lagi. Aku benar-benar nggak melakukan kesalahan ...."Saat ini, hati Umar diliputi oleh keputusasaan. Namun, dia masih berharap dengan permohonannya ini, Ardika bisa berubah pikiran."Oh? Nggak melakukan kesalahan, ya?"Ardika mengambil nasi kotaknya, lalu menyodorkannya kepada pria itu dan berkata, "Kalau begitu, kamu makan nasi kotak ini!""Oke, oke, aku makan!"Tanpa banyak bicara lagi, Umar langsung menerima nasi kotak itu dan membuka tutupnya. Bahkan, dia tidak
Melihat Ardika tidak menunjukkan ekspresi apa pun, Welius mengira Ardika sudah tidak berdaya menghadapi mereka.Dia mengangkat kepalanya, tertawa dingin dan berkata, "Eh, Ardika, setelah pengurus-pengurus seperti kami pergi, Asosiasi Kemanusiaan Holim hanya sisa kerangka saja.""Saat ini adalah momen-momen krisis menanggulangi bencana, tanpa ada kami, situasi akan menjadi makin kacau.""Kamu yang menyebabkan semua ini terjadi. Kulihat setelah kejadian seperti ini terjadi, istrimu masih bisa menjabat sebagai kepala asosiasi berapa lama lagi.""Kami menunggu Pak Yono kembali menjabat sebagai Kepala Asosiasi Dagang Kota Banyuli! Kami menunggu Bu Karina kembali menjabat sebagai Kepala Asosiasi Kemanusiaan Holim!""Adapun mengenai nasi basi yang kami beli itu, kalian makan saja sendiri!""Hahaha ...."Welius dan sekelompok pengurus itu tertawa liar.Karena mereka sudah mengambil keputusan untuk pergi, tidak ada seorang pun yang berdaya menghadapi mereka lagi."Dasar sekelompok orang bodoh!"
"Aku menyuruh kalian memakan makanan basi itu, bukan berencana untuk melepaskan kalian.""Aku hanya ingin kalian menyadari sebenarnya kesalahan seperti apa yang telah kalian lakukan, agar kalian merasakan dan memahami sendiri. Dengan begitu, setelah berada di balik sel, kalian baru bisa mengintrospeksi diri dan memperbaiki diri dengan baik."Ardika melontarkan beberapa patah kata itu dengan datar, lalu melambaikan tangannya dengan sembarang."Ayo pergi!"Dengan iringan suara tepuk tangan meriah semua orang, Umar, Welius dan yang lainnya diborgol dan dibawa pergi.Selesai makan, para anggota tim penyelamat kembali sibuk menjalankan tugas penyelamatan mereka.Saat ini, Ardika menerima panggilan telepon dari Hamdi, penanggung jawab kedua Kediaman Wali Kota. "Tuan Ardika, kali ini semua pengurus Asosiasi Kemanusiaan Holim sudah mendekam di balik jeruji besi. Tapi, tugas penanggulangan bencana kota masih membutuhkan bantuan dari organisasi mereka. Kita harus menentukan pengurus-pengurus bar
Membawa keluarganya bersembunyi di Asosiasi Dagang Kota Banyuli?Ardika tertegun sejenak, lalu berkata, "Revina, apakah ayahmu adalah anggota Asosiasi Dagang Kota Banyuli.""Ya, ayahku bernama Hadiman, presdir Hongkem."Saking paniknya, Revina berkata dengan meneteskan air mata, "Kak Ardika, ayahku pasti sudah bertemu dengan orang yang nggak bisa dia singgung. Kalau bukan karena menemui jalan buntu dan nggak berdaya, ayahku pasti nggak akan membawa masalah ke Asosiasi Dagang Kota Banyuli.""Aku tahu Kak Luna adalah Kepala Asosiasi Dagang Kota Banyuli, maaf sudah merepotkan kalian.""Tapi, Kak Ardika, aku mohon padamu, beri tahu Kak Luna untuk melindungi ayahku dan ibuku. Mereka adalah orang yang sangat baik."Ardika baru tahu ternyata Revina adalah putri Hadiman.Hadiman sendiri juga memberinya kesan yang sangat baik. Walaupun Hongkem sudah di ambang kebangkrutan, dia tetap menyumbangkan 100 miliar untuk penanggulangan bencana kali ini tanpa ragu.Tadi, Ardika juga sudah menyaksikan de
Dalam situasi seperti sekarang ini, Luna hanya bisa menaruh harapan pada Ardika."Bu Luna, orang-orang di luar sana makin lama makin ganas saja. Mereka bahkan mengancam kalau kita nggak menyerahkan orang yang mereka cari, mereka akan langsung menerobos masuk dan menghancurkan asosiasi!"Tepat pada saat ini, staf Asosiasi Dagang Kota Banyuli kembali masuk ke dalam ruangan untuk melapor pada Luna.Ekspresi Luna langsung berubah menjadi muram, dia langsung bangkit dan berkata, "Aku akan keluar untuk menahan mereka terlebih dahulu.""Aku juga ikut bersama Bu Luna."Setelah menenangkan keluarganya, Hadiman juga ikut Luna keluar.Luna melangkah maju, lalu berkata dengan suara dalam, "Aku adalah Luna, Kepala Asosiasi Dagang Kota Banyuli. Kalau ada perselisihan, bisa diselesaikan secara baik-baik. Apa kalian nggak tahu tindakan kalian ini sudah melanggar hukum?!""Siapa ketua kalian? Ikut kami masuk ke dalam untuk minum teh sambil berdiskusi sejenak."Luna juga tahu saat ini dia harus menunjuk
"Jangan berbicara sembarangan, itu hanya opini sepihak kalian!"Tepat pada saat ini, Hadiman berkata dengan ekspresi marah, "Aku memang berniat untuk menjual Hongkem, nggak pernah berpikiran untuk bernegosiasi dengan itikad buruk.""Semua detail pembelian sudah didiskusikan dengan baik. Tapi, hari ini bosmu, Yaori Setiadi tiba-tiba saja menurunkan setengah dari harga yang telah disepakati.""Walau Hongkem sudah di ambang kebangkrutan, paling nggak sudah merupakan merek lama, nggak mungkin dijual seperti barang rongsokan.""Menurutmu, apa mungkin aku setuju?!"Bagaimanapun juga, Hadiman sudah menjalankan bisnis itu selama bertahun-tahun, tentu saja merek yang dirintisnya itu sudah seperti anaknya sendiri.Kalau bukan karena adanya begitu banyak karyawan, stok barang juga banyak, serta rantai dana yang bermasalah sampai-sampai perputaran sudah tidak memungkinkan lagi, dia juga ingin mempertahankan perusahaannya.Mungkin saja dia bisa melewati masa-masa sulit ini.Alhasil, setelah semuany
"Bocah, maksudmu kamu berniat memanfaatkanku untuk menunjukkan wibawa, begitu?"Husam menatap Ardika dengan sorot mata tajam, nada bicaranya juga tajam.Dua puluhan anak buah yang dibawanya kemari juga menatap Ardika dengan tatapan mengejek sekaligus mempermainkan.Mereka sama sekali tidak menganggap serius Ardika.Ardika menganggukkan kepalanya pada Luna dan Hadiman, lalu membawa Revina memasuki hall dengan langkah mantap, lalu berjalan menghampiri Husam."Yah, kamu sudah berinisiatif datang sendiri, kalau kamu nggak dimanfaatkan untuk menunjukkan wibawa, bukankah sama saja dengan membiarkanmu datang sia-sia?"Ardika mengucapkan beberapa patah kata itu sambil tersenyum. Pada saat bersamaan, dia melirik dua puluhan preman itu. Kemudian, dia menggelengkan kepala dengan penuh penyesalan, "Ah, sangat disayangkan. Hanya sekelompok preman-preman kelas teri saja, sama sekali nggak ada tantangannya.""Biarpun hari ini aku melumpuhkan kalian dan melempar kalian keluar, juga nggak akan bisa men
Nada bicara penuh kebencian yang sangat menakutkan bagi orang lain terdengar jelas dalam ucapan Husam.Namun, ucapannya hanya terdengar seperti ucapan orang yang telah mengalami kekalahan di telinga Ardika. Tidak ada artinya dan tidak bisa memengaruhi Ardika."Oh? Menyesal seumur hidup, ya? Memangnya wajahmu itu sangat bernilai? Kulihat, satu tamparan saja masih belum cukup untukmu."Sambil menggelengkan kepalanya, Ardika berjalan ke arah Husam.Menghadapi preman-preman yang tidak berbicara logika seperti mereka ini, penyelesaiannya hanya dengan kekerasan!Husam tertegun sejenak. Dia tidak menyangka, Ardika bukan hanya tidak takut padanya sama sekali, bahkan masih berani berinisiatif menghampirinya dan hendak menyerangnya."Kenapa kalian masih melamun saja? Cepat serang dia!"Dia melambaikan tangannya, lalu berteriak sambil menggertakkan giginya, "Lumpuhkan bocah itu, lalu hancurkan Asosiasi Dagang Kota Banyuli!""Ah, selain itu, masih ada istri cantik bocah itu ...."Sorot mata agresi