Setelah mendengar ucapan Shiro, Yobin benar-benar ingin melayangkan beberapa tamparan ke wajahnya sendiri.Dia benar-benar bodoh, mengapa dia tidak kepikiran bagi keluarga kaya terkemuka seperti Keluarga Sudibya, reputasi keluarga adalah yang terpenting.Terlebih lagi, Ardika juga bukan orang yang tidak memiliki latar belakang apa pun. Dia adalah anak yang telah dicampakkan oleh Keluarga Mahasura ibu kota provinsi.Keluarga Sudibya dan Keluarga Mahasura sering bersaing dalam bisnis.Terlepas dari permintaan Yudin segila apa pun, Keluarga Sudibya pasti akan membantunya.Setelah memahami hal tersebut, Yobin sudah tahu apa yang harus dilakukannya.Dia bertanya pada anak buahnya dengan santai, "Apa Luna dan suaminya masih berada di Hotel Framu?""Menurut laporan dari orang yang berada di hotel, pasangan itu masih menunggu di sana," kata anak buah Yobin.Setelah mendengar ucapan anak buahnya itu ....Yobin menganggukkan kepalanya dan berkata, "Ayo kita kembali ke Hotel Framu!"Di Hotel Fram
"Kali ini, alasan asosiasi kami nggak menetapkan standar tertentu kepada Bu Luna adalah kami ingin meminta bantuan Bu Luna untuk mempromosikan asosiasi kami. Apa Bu Luna bahkan nggak bersedia untuk memberikan bantuan kecil ini pada kami ...."Nada bicara mendorong terdengar jelas dalam ucapan Yobin. Dalam hati, dia tertawa dingin.Sekarang, secara tidak langsung dia seolah sudah menganggap Luna sebagai anggota Asosiasi Dagang Polam.Namun, sesungguhnya dia hanya sedang mengelabui wanita itu.Begitu Luna jatuh dalam perangkapnya, maka foto-foto tak senonoh wanita itu akan beredar ke seluruh pelosok Kota Banyuli.Saat itu, secara otomatis dia bisa menolak Luna bergabung dengan Asosiasi Dagang Polam dengan alasan bisa merusak citra asosiasi mereka.Cara ini benar-benar cara yang licik.Dia sengaja membuat Luna jatuh ke perangkapnya dengan sukarela, lalu pada akhirnya wanita itu yang dirugikan, tetapi juga tidak bisa berkata apa-apa.Luna tidak tahu pikiran jahat yang ada dalam benak Yobin
Begitu mendengar ucapan Luna, ekspresi amarah di wajah Yobin langsung mereda, bahkan menghilang tanpa meninggalkan jejak."Oke, karena Bu Luna sudah setuju, kalau begitu kita sepakat. Mungkin hari ini pengambilan foto dan video akan dilakukan.""Kalian kembali dan beristirahatlah terlebih dahulu, nanti aku akan menghubungimu."Yobin berbicara pada Luna sambil tersenyum, dia sama sekali tidak melirik Ardika."Oke."Luna mengiakan sambil tersenyum, lalu menarik lengan Ardika seolah mengisyaratkannya untuk pergi.Seolah-olah sedang memikirkan sesuatu, Ardika melirik wajah bulat Yobin sejenak. Kemudian, dia beranjak dari kursinya dan pergi meninggalkan hotel tersebut bersama Luna.Melihat punggung keduanya sudah menghilang di balik pintu, Yobin berkata pada wanita yang memarahi Ardika tadi dengan acuh tak acuh, "Vera, suruh orang atur lokasi pemotretan, hubungi kru pemotretan.""Oh ya, saat kamu menghubungi Luna, jangan biarkan suaminya ikut. Saat pemotretan berlangsung, kamu juga bawa sed
"Oke, aku akan segera ke sana."Luna terpaksa mengesampingkan pekerjaannya terlebih dahulu dan meminta perusahaan mengatur mobil untuk mengantarnya ke lokasi pemotretan.Asosiasi Dagang Polam mengatur lokasi pemotretan di sebuah "kota tua" di pinggiran Kota Banyuli.Awalnya tempat ini direncanakan untuk dibangun studio film Kota Banyuli. Namun, pembangunan hanya berlangsung setengah jalan, lalu terbengkalai. Pada akhirnya, tempat ini dekembangkan menjadi objek wisata.Lokasi pemotretan diatur di samping sebuah kolam kecil, para kru tampak sangat sibuk."Bu Luna sudah datang, ya. Sini, kuperkenalkan padamu. Ini adalah sutradara syuting kali ini bernama Suparman."Vera membawa Luna ke hadapan seorang pria berkumis dengan perut buncit."Halo, Pak Suparman."Luna menyapa sutradara itu dengan sopan. Dalam lubuk hatinya, dia berpikir. 'Ternyata pengaruh Asosiasi Dagang Polam benar-benar sangat besar.'Suparman, sutradara yang satu ini telah menyutradarai banyak film. Belakangan ni, hasil pen
Wanita-wanita ini adalah "model liar". Biasanya, mereka menghadiri acara pameran mobil dan sebagainya, "pekerjaan utama" mereka adalah bergantung pada pria-pria kaya.Melihat Luna begitu cantik, mereka masih harus menjadi pendamping wanita itu, dari awal saja mereka sudah sangat iri pada Luna.Sekarang setelah mendengarnya berbicara demikian, tentu saja mereka sangat tidak puas."Eh, katakan dengan jelas! Apa maksudmu terbuka?!"Seorang model liar bernama Jinari Kosasih mengulurkan lengannya dan mendorong Luna.Luna hampir terjatuh, dia buru-buru bertopang pada meja, lalu menatap lawan bicaranya dengan marah dan berkata, "Atas dasar apa kamu mendorongku? Pakaian-pakaian ini memang sangat terbuka. Intinya, aku nggak akan memakainya!""Di mana anggota Asosiasi Dagang Polam? Cepat kemari! Apa nggak salah ini?!"Luna berjalan ke arah ke arah pintu studio, membuka tirai dan meneriaki Vera yang berada di kejauhan."Tanyakan pada anak buahmu apa yang terjadi."Vera sedang berpesan pada Suparm
Setelah mendengar ucapan Vera, akhirnya Luna sudah mengerti.Ternyata wanita itu sedang membalaskan dendam padanya atas kasus yang menimpa Yudin.Setelah diingat-ingat kembali, memang ada kejanggalan. Saat dia berada di Hotel Framu sebelumnya, Yobin mengubah sikap sombongnya dan tiba-tiba bersikap penuh hormat padanya, lalu memintanya untuk menjalani pemotretan promosi asosiasi yang sebenarnya hanyalah kedok untuk mengelabuinya ....Luna benar-benar merinding.Ternyata sejak saat itu dia sudah jatuh dalam perangkap sekelompok orang ini, tetapi dia sendiri malah tidak menyadarinya.Luna berusaha keras menenangkan dirinya, lalu berkata pada para pria yang mengepungnya dengan nada tegas, "Minggir sana! Apa kalian nggak tahu kalian sedang melanggar hukum?!""Hubungan suamiku dengan Sigit, ketua kantor polisi pusat Kota Banyuli sangat baik. Selama dia melakukan satu panggilan telepon pada Sigit, Sigit akan mengirim anggota kepolisian untuk menangkap kalian semua!"Untuk menakut-nakuti orang
Sebelumnya, saat bersiap untuk berganti pakaian, Luna meletakkan ponsel itu di atas meja."Kembalikan padaku!"Luna mengulurkan lengannya untuk merampas ponselnya. Dia tidak bisa tinggal diam saja. Dia ingin merampas ponselnya dan segera menghubungi Ardika.Namun, pergerakan Jinari sangat cepat, dia segera menarik lengannya ke belakang dan melangkah mundur dua langkah.Luna gagal merampas ponselnya. Saking paniknya, dia sudah hampir menangis."Kamu menginginkan ini? Aku nggak akan memberikannya padamu!"Jinari tertawa manja, lalu sengaja menggoyang-goyangkannya di hadapan Luna untuk membuat Luna kesalKemudian, dia mengulurkan lengannya dan menekan-nekan layar ponsel tersebut. Dalam sekejap, layar ponsel pun menyala.Detik berikutnya, dia berkata dengan memasang ekspresi mempermainkan, "Ckckck, ya ampun, kamu menggunakan foto wajahmu menempel pada wajah suamimu sebagai foto layar ponselmu. Suamimu benar-benar sangat jelek. Apa dia sangat kaya? Kalau nggak, bagaimana kamu bisa tertarik
"Sayang, nggak apa-apa, ya. Ada aku di sini ...."Ardika baru pertama kali melihat sisi Luna yang begitu rapuh. Dia memeluk istrinya dengan erat dan menepuk-nepuk punggung Luna untuk menenangkannya.Begitu dia melihat bekas lima jari di wajah Luna, amarah dalam hatinya makin bergejolak."Siapa yang memukul istriku?!"Ardika mengangkat kepalanya, menatap beberapa orang wanita itu dengan tatapan yang sangat tajam.Namun, setelah beberapa orang wanita itu mengetahui identitas Ardika, mereka sama sekali tidak merasa takut."Oh, ternyata kamu adalah suami pecundang Luna itu, ya? Memangnya kenapa kalau istrimu dipukul? Siapa suruh dia menyebalkan?""Istrimu dipukul, ya dipukul. Memangnya kamu mau apa? Apa kami harus berlutut dan bersujud meminta maaf padanya?""Apa dia layak?"Beberapa orang wanita itu, termasuk penata rias menatap Ardika dengan tatapan tidak ada tanda-tanda ketakutan sama sekali.Tidak ada artinya amarah orang yang lemah.Mereka sama sekali tidak menganggap serius seorang m