"Pak Gulko, di mana letak ketulusanmu? Seharusnya kamu meminta anak buahmu untuk menyerahkan dokumen itu sekarang juga, kenapa harus nanti?""Dalam hal minum-minum seperti ini saja, kamu melanggar janjimu. Jadi, aku nggak bisa memercayaimu."Ardika melontarkan kata-kata itu sambil tersenyum tipis.Gulko masih tidak tahu Ardika sedang sengaja menggodanya, dia berkata dengan tidak puas, "Sobat, kenapa kamu berbicara seperti itu? Coba kamu tanyakan di luar sana, semua orang tahu aku adalah orang yang selalu menepati janjiku!""Dalam urusan pengeluaran dokumen, ada prosesnya. Aku nggak bisa mengambil keputusan seorang diri, membutuhkan persetujuan dari penanggung jawab pertama dan kedua Biro Pengawas Obat dan Makanan ...."Gulko berencana untuk mengulur waktu.Lagi pula, mulut adalah mulutnya. Dia bisa mengulur waktu sesuka hatinya."Hentikan!"Ardika langsung menyela omong kosong pria itu, lalu berkata dengan dingin, "Sekarang aku nggak memintamu untuk mengeluarkan dokumen! Acara minum-mi
Dalam lubuk hatinya, Elsy benar-benar takut pada anggota instansi pemerintahan seperti Gulko.Dua tahun yang lalu, Grup Bintang Darma bisa mengalami kebangkrutan hanya dalam kurun waktu satu malam, walaupun tiga keluarga besar yang mengatur rencana ini, tetapi samar-samar juga ada pengaruh dari Wali Kota Banyuli terdahulu.Sebenarnya, kalau dipikirkan secara cermat, pasti bisa menemukan jawabannya.Tanpa adanya campur tangan dari sosok berkekuatan besar seperti itu, kebangkrutan perusahaan sebesar Grup Bintang Darma hanya dalam kurun waktu satu malam tidak mungkin terjadi."Oh? Tokoh hebat, ya? Apa bisa menandingi wali kota?"Namun, Ardika tetap tidak menganggap serius hal itu. Dia tertawa pelan, lalu melanjutkan jalannya.Namun, tepat pada saat ini, sekelompok orang berjalan memasuki hotel dengan tergesa-gesa.Ardika menghentikan langkah kakinya dan berkata dengan terkejut, "Sayang, kenapa kalian datang kemari?"Sekelompok orang itu tidak lain adalah Luna, Jacky, Desi, serta Amanda.L
Setelah mendengar ucapan Gulko, raut wajah Luna langsung berubah drastis.Ternyata dugaannya benar, Ardika sudah memukul orang lagi!Kali ini, orang yang dipukul oleh Ardika adalah penanggung jawab ketiga Badan Pengawas Obat dan Makanan Kota Banyuli.Orang yang bisa menduduki posisi setinggi itu, pasti merupakan tokoh hebat yang memiliki latar belakang di Kota Banyuli.'Gawat! Kali ini kita sudah tertimpa masalah besar!' pikir Luna."Ya Tuhan! Ardika, dasar bajingan! Berani-beraninya kamu memukul orang sembarangan!"Senyuman di wajah Desi langsung menegang. Dalam sekejap, ekspresinya berubah menjadi pucat pasi.Dia menoleh, memelototi Ardika dengan tajam dan berkata, "Pak Gulko bukanlah orang biasa, berani-beraninya kamu memukulnya!""Dasar bajingan! Cepat minta maaf pada Pak Gulko!""Minta maaf? Hehe ...."Gulko tertawa dingin, lalu berkata dengan nada tajam sekaligus dingin, "Dia sudah memukulku sampai seperti ini, apa hanya dengan meminta maaf saja, masalah sudah bisa selesai?""Dia
"Pak Gulko, kamu!"Senyuman di wajah Luna langsung menegang, ekspresi marah tampak jelas di wajah cantiknya.Desi dan yang lainnya juga merasa kesal sekaligus panik. Mereka tidak menyangka Gulko bisa mengajukan permintaan seperti itu secara terang-terangan. Bisa-bisanya dia meminta Luna sebagai teman tidurnya!Gulko mendengus, lalu berkata dengan nada yang lebih tajam lagi, "Kenapa? Bu Luna, apa kamu memandang rendah aku?""Suami pecundangmu saja bisa menidurimu, aku pasti lebih unggul dibandingkan seorang pecundang ...."Sebelum Gulko sempat menyelesaikan kalimatnya, tiba-tiba saja Ardika mendekatinya, lalu menendang kakinya dengan kuat."Bam ...."Seiring dengan terdengarnya suara teriakan menyedihkan, tubuh gemuk Gulko langsung terpental ke belakang dan menabrak dinding dengan keras, bahkan permukaan dinding itu seolah-olah bergetar sejenak.Setelah terjatuh ke lantai, Gulko masih berteriak dengan menyedihkan, darah sudah mulai bercucuran dari mulutnya."Gulko!"Dua petinggi lainnya
"Gulko, apa kamu baru saja dipukul oleh orang? Siapa yang bernyali sebesar itu? Berani-beraninya dia memukul orang di sini."Leon sedikit terkejut melihat jejak lima jari di wajah Gulko.Dia tahu Gulko adalah penanggung jawab ketiga Biro Pengawas Obat dan Makanan Kota Banyuli, sedangkan Lukmi, ayah Gulko, adalah penanggung jawab ketiga Kota Banyuli.Baik ayah maupun anak ini, sama-sama menduduki posisi tinggi dalam instansi pemerintahan.Di Kota Banyuli, biarpun mereka tidak bisa dikatakan sudah menguasai kota ini, tetapi keluarga mereka sudah termasuk keluarga kaya yang berkuasa.Bisa-bisanya ada orang yang berani memukul Gulko di sini."Aku dipukul oleh bocah itu!"Gulko merasa sedikit malu. Dia memelototi Ardika dengan tajam, lalu bertanya pada Leon dengan bingung, "Apa bocah itu adalah kerabat Pak Leon?"Tadi dia mendengar dengan jelas Leon memanggil ibu mertua Ardika dengan panggilan Kakak.Ekspresi Gulko berubah menjadi sedikit muram.Kalau Leon bersikeras ingin melindungi Ardika
Ucapan Gulko membuat Leon sedikit malu.Harrison sudah mengungkapkan dengan mulutnya sendiri bahwa Dixon hanyalah seorang penipu yang datang ke Negara Nusantara.Jadi, dia tidak bisa menimpali ucapan Gulko."Gulko, kita nggak perlu membicarakan tentang Dixon dulu, mari kita bahas masalah sekarang ini."Leon segera mengubah topik pembicaraan, dia berkata, "Walau boleh dibilang Ardika adalah kerabatku, memukul petinggi departemen dan melakukan tindakan semena-mena adalah fakta yang nggak bisa terbantahkan.""Karena dia sudah melakukan kesalahan, dia tetap bersalah. Aku nggak bisa membelanya hanya karena dia adalah kerabatku.""Jadi, aku mendukungmu memberinya hukuman sesuai hukum yang berlaku!"Leon melontarkan kata-kata indah itu, seakan-akan sedang menegakkan keadilan.Gulko langsung tertawa terbahak-bahak dan berkata, "Haha. Terima kasih atas pengertiannya, Pak Leon.""Pak Leon berperilaku adil tanpa memandang bulu, benar-benar contoh yang baik untukku!"Saat Gulko sedang menyanjung L
Ucapan Gulko sesuai dengan keinginan Ardika.Karena itulah, dia berkata, "Sayang, kalian naik saja dan tunggu aku di lantai atas. Setelah menyelesaikan masalah di sini, aku akan naik ke atas untuk menemui kalian.""Hehe. Setelah masalah ini selesai, belum tentu kamu masih bisa menemui mereka atau nggak."Gulko tertawa dingin tanpa henti.'Cih! Dalam situasi seperti ini, bocah itu masih saja berpura-pura tenang.'Luna melirik Gulko dengan ekspresi sedikit masam. Dia tahu dia tidak bisa membawa Ardika naik ke lantai atas, dia tidak punya pilihan lain selain menganggukkan kepalanya."Oke, kalau begitu, kamu jangan terlalu keras kepala, ya. Di saat harus tunduk, tunduk saja, ya.""Bu Elsy, kamu juga ikut dengan kami ke lantai atas saja."Luna mengucapkan satu kalimat itu pada Elsy. Dia takut wanita itu akan dipersulit oleh Gulko.Elsy menggelengkan kepalanya dan berkata, "Terima kasih, tapi nggak perlu.""Malam ini Ardika terlibat dalam perselisihan dengan Pak Gulko karena masalahku. Setel
Kalau dibandingkan dengan Lukmi, suara Ardika jelas terdengar jauh lebih tenang.Karena Ardika berdiri membelakanginya, Lukmi tidak bisa melihat parasnya."Kamu? Siapa kamu?!"Sorot mata tajam Lukmi tertuju pada Ardika, dia berteriak dengan marah, "Cepat berbalik menghadapku! Untuk apa kamu menyembunyikan wajahmu seperti itu? Aku mau lihat siapa yang berani bertindak semena-mena seperti itu di Kota Banyuli!""Ayah benar-benar hebat! Nggak salah lagi Ayah memang penanggung jawab ketiga di Kota Banyuli. Dengan wibawa yang terpancarkan dari tubuh Ayah, mungkin bocah itu sudah buang air kecil di celana saking ketakutannya!"Gulko terpana oleh aura mengintimidasi yang terpancar dari tubuh ayahnya.Tepat pada saat ini, Ardika baru berbalik dengan santai. Dia menatap Lukmi dengan tenang dan berkata dengan acuh tak acuh, "Aku adalah presdir Grup Bintang Darma. Pak Lukmi, ada instruksi apa?""Kamu ...."Begitu melihat paras Ardika dengan jelas, kepala Lukmi langsung berdengung seolah-olah baru