"Gulko, malam ini kami bisa memanjakan mata kami dengan mengandalkanmu!"Hanya dengan sekali pandang saja, sudah sangat jelas bahwa beberapa orang pria tersebut adalah petinggi dalam instansi pemerintahan. Saat ini, topik pembicaraan mereka hanya fokus pada Gulko.Selain itu, mereka bahkan seperti sengaja menyanjung Gulko, seakan-akan ada sesuatu yang layak mereka takutkan dalam diri pria itu."Haha, menemani makan saja bukan apa-apa. Nanti aku akan meminta wanita itu untuk menemani kalian minum-minum. Aku yakin kalian pasti akan senang!"Saat berbicara, Gulko duduk santai di kursinya dengan menyilangkan kakinya sambil mengisap rokok.Begitu Elsy dan Ardika tiba di depan pintu ruang pribadi, mereka langsung mendengar pembicaraan tersebut. Dalam sekejap, wajah mereka berubah menjadi sedikit muram.Setelah menarik napas dalam-dalam, Elsy mengetuk pintu ruangan dengan lembut, lalu berjalan memasuki ruangan. "Maaf, sudah membuat Pak Gulko menunggu lama.""Oh, Bu Elsy sudah datang, ya. Kamu
"Kalau kamu bisa membuat mereka senang dan membuatku bangga di hadapan rekan-rekanku, sebenarnya masalah perbaikan hanya masalah sepele, dilakukan atau nggak, juga nggak masalah."Setelah mendengar ucapan itu, Ardika mengerutkan keningnya.Apa katanya? Masalah perbaikan hanya masalah sepele? Dilakukan atau nggak, juga nggak masalah? Bukankah itu sama saja dengan Gulko sudah mengakui dia hanya sedang mempersulit Grup Bintang Darma?Semua orang mengetahui hal ini dengan sangat jelas.Namun, karena Gulko berbicara secara blak-blakan seperti itu, itu artinya tingkat arogansi pria itu benar-benar sudah mencapai puncaknya.Sambil berusaha menahan amarah yang bergejolak dalam hatinya, Elsy mengatupkan giginya dengan rapat dan berkata, "Oke, kalau begitu, aku akan bersulang kepada mereka semua."Selesai berbicara, dia bersulang kepada beberapa orang pria itu satu per satu, tentu saja disertai dengan senyuman dan melontarkan kata-kata yang enak didengar.Secara logika, meminta seorang wanita un
"Oke, bocah. Aku menyetujui permintaanmu. Kalau kamu bisa mengalahkan kami semua, aku akan membiarkan pabrik obat kembali beroperasi tanpa berkomentar apa pun lagi."Kemudian, Gulko menyunggingkan seulas senyum jahat dan berkata, "Tapi, kami punya aturan minum-minum sendiri, yaitu nggak boleh mengaku kalah dengan mengatakannya saja.""Hanya ada dua pilihan, yaitu keluar dari pintu ruangan ini dalam kondisi tergeletak atau telentang.""Siapa yang mengaku kalah, orang itu adalah pengecut!"Gulko melontarkan kata-kata itu dengan dingin, sorot matanya juga tampak sangat dingin.Berani-beraninya Ardika memprovokasinya berkali-kali, benar-benar cari mati!Kalau begitu, dia tidak keberatan "menghabisi" bocah itu di sini.Biarpun Ardika tidak mati, juga harus membuat bocah itu minum sampai lambungnya berdarah!Mendengar ucapan dingin Gulko, ekspresi Elsy langsung berubah drastis.Ini bukan hanya sekadar sedang minum-minum, melainkan sedang mempertaruhkan nyawa!Gulko benar-benar orang yang san
Setelah putaran ketiga selesai, Ardika tampak makin bersemangat."Minum dengan cara seperti ini benar-benar nggak ada artinya."Dia sudah kehilangan kesabaran untuk "bersulang" dengan Gulko dan yang lainnya satu per satu. Dia langsung memanggil pelayan dan meminta lima mangkuk, lalu menuangkan minuman alkohol ke dalam semua mangkuk itu hingga penuh.Kemudian, dia mengangkat mangkuk-mangkuk itu satu per satu, lalu meneguknya hingga habis tak bersisa!Gulko dan yang lainnya terangsang oleh sorot mata meremehkan di mata Ardika.Berani-beraninya seorang bocah ingusan yang tidak tahu dari mana asalnya itu menganggap remeh mereka.Saking kesalnya, mata beberapa orang itu seakan-akan sudah bisa menyemburkan api.Namun, begitu melihat lima mangkuk kosong di hadapan Ardika, ekspresi mereka berubah menjadi sedikit muram.Lima mangkuk ini, ditambah lagi dengan minuman yang telah diteguk oleh Ardika hingga habis tak bersisa, dia benar-benar sudah minum sangat banyak.Namun, dia masih tidak menunju
"Seharusnya kamu sadar identitas kami. Bisa menemanimu minum-minum saja, itu artinya kami sudah memandang tinggi kamu.""Kalau dalam situasi biasa, kamu bahkan nggak punya kesempatan untuk minum-minum semeja bersama kami!""Jangan nggak tahu malu!"Gulko menopang dirinya di meja. Dengan sorot mata linglung, dia menatap Ardika dan berbicara dengan nada arogan.Selesai berbicara, dia membalikkan mangkuknya ke arah meja hingga dalam posisi tertutup.Dia seakan-akan sedang menunjukkan sikap terlepas dari apa pun yang terjadi, dia tidak akan minum lagi.Ardika tertawa dingin dan berkata, "Nggak bisa terima kekalahan, jadi kalian mulai melanggar janji, ya? Apa seperti ini karakter orang-orang berkedudukan tinggi seperti kalian?""Disuruh minum sendiri, nggak mau minum! Kalian nggak mau minum, 'kan? Nggak masalah. Aku akan menyuapi kalian!"Selesai berbicara, tiba-tiba dia membawa mangkuk dan berjalan ke arah mereka."Plak!"Dito dari Departemen Kesehatan langsung memukul meja, lalu mengulurk
"Pak Gulko, di mana letak ketulusanmu? Seharusnya kamu meminta anak buahmu untuk menyerahkan dokumen itu sekarang juga, kenapa harus nanti?""Dalam hal minum-minum seperti ini saja, kamu melanggar janjimu. Jadi, aku nggak bisa memercayaimu."Ardika melontarkan kata-kata itu sambil tersenyum tipis.Gulko masih tidak tahu Ardika sedang sengaja menggodanya, dia berkata dengan tidak puas, "Sobat, kenapa kamu berbicara seperti itu? Coba kamu tanyakan di luar sana, semua orang tahu aku adalah orang yang selalu menepati janjiku!""Dalam urusan pengeluaran dokumen, ada prosesnya. Aku nggak bisa mengambil keputusan seorang diri, membutuhkan persetujuan dari penanggung jawab pertama dan kedua Biro Pengawas Obat dan Makanan ...."Gulko berencana untuk mengulur waktu.Lagi pula, mulut adalah mulutnya. Dia bisa mengulur waktu sesuka hatinya."Hentikan!"Ardika langsung menyela omong kosong pria itu, lalu berkata dengan dingin, "Sekarang aku nggak memintamu untuk mengeluarkan dokumen! Acara minum-mi
Dalam lubuk hatinya, Elsy benar-benar takut pada anggota instansi pemerintahan seperti Gulko.Dua tahun yang lalu, Grup Bintang Darma bisa mengalami kebangkrutan hanya dalam kurun waktu satu malam, walaupun tiga keluarga besar yang mengatur rencana ini, tetapi samar-samar juga ada pengaruh dari Wali Kota Banyuli terdahulu.Sebenarnya, kalau dipikirkan secara cermat, pasti bisa menemukan jawabannya.Tanpa adanya campur tangan dari sosok berkekuatan besar seperti itu, kebangkrutan perusahaan sebesar Grup Bintang Darma hanya dalam kurun waktu satu malam tidak mungkin terjadi."Oh? Tokoh hebat, ya? Apa bisa menandingi wali kota?"Namun, Ardika tetap tidak menganggap serius hal itu. Dia tertawa pelan, lalu melanjutkan jalannya.Namun, tepat pada saat ini, sekelompok orang berjalan memasuki hotel dengan tergesa-gesa.Ardika menghentikan langkah kakinya dan berkata dengan terkejut, "Sayang, kenapa kalian datang kemari?"Sekelompok orang itu tidak lain adalah Luna, Jacky, Desi, serta Amanda.L
Setelah mendengar ucapan Gulko, raut wajah Luna langsung berubah drastis.Ternyata dugaannya benar, Ardika sudah memukul orang lagi!Kali ini, orang yang dipukul oleh Ardika adalah penanggung jawab ketiga Badan Pengawas Obat dan Makanan Kota Banyuli.Orang yang bisa menduduki posisi setinggi itu, pasti merupakan tokoh hebat yang memiliki latar belakang di Kota Banyuli.'Gawat! Kali ini kita sudah tertimpa masalah besar!' pikir Luna."Ya Tuhan! Ardika, dasar bajingan! Berani-beraninya kamu memukul orang sembarangan!"Senyuman di wajah Desi langsung menegang. Dalam sekejap, ekspresinya berubah menjadi pucat pasi.Dia menoleh, memelototi Ardika dengan tajam dan berkata, "Pak Gulko bukanlah orang biasa, berani-beraninya kamu memukulnya!""Dasar bajingan! Cepat minta maaf pada Pak Gulko!""Minta maaf? Hehe ...."Gulko tertawa dingin, lalu berkata dengan nada tajam sekaligus dingin, "Dia sudah memukulku sampai seperti ini, apa hanya dengan meminta maaf saja, masalah sudah bisa selesai?""Dia