Perusahaan Samudra Food Mandiri adalah perusahaan milik keluarga Nugraha yang bergerak di bidang makanan. Raja baru mengetahui ternyata perusahaan milik sang Kakek tidak menjalin kerja sama dengan Darmendhara Group. Di titik ini, tiba-tiba ponsel Raja berdering. Dia tersenyum ketika tahu siapa yang menghubunginya. Dia mengangkat telepon itu dan berkata, “Iya, Ara?” “Mas, Ara nggak jadi ke kantor.” Suara Ayyara terdengar panik di seberang sana. “Kakek masuk rumah sakit. Ara minta izin mau pergi ke RS Prince Medical Center.” “Baik, Ara. Mas akan menyusul ke sana,” jawab Raja sembari bangkit dari tempat duduknya. “Kalau Mas nggak diberi izin atasannya, Mas bisa ke rumah sakit nanti sore,” kata Ayyara. “Gampang, Ara. Atasanku pasti memberi izin,” balas Raja sembari membawa langkahnya ke luar rumah. “Tenangkan dirimu. Kakek pasti baik-baik saja.” “Iya, Mas … Ara tunggu di rumah sakit.” Setelah sambungan telepon terputus, Raja segera mencari kendaraan umum di sekitar rumah sewanya.
“Baiklah … kita lihat saja tiga puluh detik lagi!” seru Raja dengan tatapan dingin.Bukannya ketakutan, Marcel, Margareth, dan Radit justru semakin tertawa terpingkal-pingkal. Mereka sering mendengar Raja membual, tetapi inilah yang paling terkoyol. Mana mungkin pria sampah seperti Raja mengatakan perusahaan WNE Group–yang notabennya punya kuasa luar biasa di Nusantara bertahun-tahun akan gulung tikar dalam sekejap? Sungguh pria itu telah sakit jiwa.“Aduh, perutku sakit. Aku benar-benar nggak habis pikir, kamu ini kalau disuruh membual jagonya, ya,” ucap Margareth dengan tatapan meledek. “Sadar Raja, sadar … Kamu bukan hidup di dunia dongeng.”Radit berpura-pura menatap kasihan Pada Raja, “Ma, janganlah begitu. Mungkin kehidupan Raja dipenuhi duka. Harapannya tidak sebanding dengan realita, makanya dia berkhayal jadi bos besar yang bisa menggulingkan perusahaan manapun yang dia kehendaki.” Tiba-tiba saja dia tertawa dan raut wajahnya langsung berubah drastis. “Raja, Raja … Darimana
“Bajingan! Siapa kamu sebenarnya?!” murka Marcel dengan tatapan mata menyala-nyala. “Jawab aku!” Semua orang pun baru menyadari kalau semua ini ada kaitannya dengan ucapan Raja yang awalnya mereka anggap sebagai lelucon, justru saat ini lelucon itu terbukti benar. Lantas siapa Raja sebenarnya? Apakah dia pria kaya yang menyamar sebagai orang miskin? Karena mustahil bagi orang miskin bahkan kaya sekalipun bisa menggulingkan perusahaan ternama di Nusantara, kecuali orang itu mempunyai pengaruh dan kuasa yang amat besar. Saat semua orang carut-marut dengan pikirannya masing-masing, Raja dengan santainya menatap mata menyala-nyala milik Marcel, “Aku Raja, suami Ayyara.” Merasa jawaban itu mempermainkan dirinya, marcel semakin mencengkeram kerah baju Raja, “Jangan main-main denganku! Katakan siapa kamu! Apa hubunganmu dengan semua ini?!” semburnya dengan wajah memerah dan otot-otot di lehernya menyembul di atas permukaan kulit. “Cepat katakan, Bajingan!” Karena kesulitan bernapas, Raja
“Papa sudah bisa keluar dari UGD dan pindah ke ruang perawatan biasa. Tapi Papa harus mendapat perawatan intensif sampai jantungnya kembali stabil … Masalahnya kita butuh biaya yang tidak sedikit,” jawab Bahri.“Berapa memang biaya kamarnya, Mas?” tanya Margareth.“Ya, tergantung kamarnya. Kalau yang bagus 400 juta per bulan. Tapi kita ambil kamar yang termurah saja, 60 juta per bulan … Jadi bagaimana?” tanya Bahri. Margareth dan Radit menganga mendengarnya, kentara jelas dari ekspresi wajahnya tampak tidak suka dengan opsi biaya kamar di rumah sakit ini–masih terlalu mahal. Sementara, Ayyara langsung berpikir untuk menjual kalung miliknya karena dia ingin sang Kakek mendapatkan perawatan terbaik.Margareth menatap penuh arti pada Bahri dan bertanya, “60 juta? Nggak ada yang murah lagi?” Dalam benak Margareth, uang 60 juta terlalu banyak jika hanya digunakan untuk perawatan Nugraha, tetapi dia tidak mungkin terang-terangan berkata karena di sana masih ada Raja dan Ayyara.Bahri meng
Selama beberapa detik keluarga Ayyara tertegun, sebelum akhirnya mereka tertawa terbahak-bahak. Sementara, Ayyara tampak bingung dan tidak tahu harus menganggap ucapan Raja sebagai lelucon atau sungguhan. Bukannya dia tak ingin percaya, tetapi mana mungkin suaminya mempunyai uang 1 miliar kalau bukan menjual kalung itu? “Ayyara, suami kamu lucu banget sih! Uang kagak punya, malah ngajak patungan 500 juta-an.” Margareth mengejek ucapan Raja yang dianggap hanyalah bualan belaka. Radit tersenyum sinis pada Raja, “Raja! Kamu tuh ya nggak nyadar jadi orang. Apa kamu belum cukup mempermalukan istrimu dengan semua omong kosongmu?” sindirnya. Bahri pun tak kalah memberikan tatapan mengejek pada Raja, “Kalau sehari saja nggak membual, nggak bisa ya?” Raja menghiraukan ocehan mereka, dia lebih peduli pada sang istri yang tampak murung, “Tunggu sebentar, aku akan mengurusnya ke ruangan administrasi.” Melihat tantapan sang suami yang begitu meyakinkan, Ayyara pun berujung mengangguk dalam
Setelah membalas pesan, Raja menoleh pada Joshua, “Terima kasih … tapi kamu harus ingat, jangan biarkan orang lain tahu siapa aku,” ucapnya sembari menekan tombol lift yang mengarah ke lantai UGD. “Siap, Pak Raja. Saya pasti memegang amanah Pak Raja dengan baik.” Raja pergi ke ruangan UGD, sedangkan Joshua langsung bertindak cepat menyampaikan instruksi pada tim untuk memindahkan pasien bernama Nugraha dari ruang UGD ke ruang perawatan terbaik yang ada di RS Prince Medical Center. Raja sudah sampai di depan ruang UGD, dia memasuki ruangan menghampiri sang istri yang diikuti pandangan mencela dari keluarga besar Nugraha. “Sudah, Mas?” tanya Ayyara yang sebenarnya ingin mengetes sang suami. Margareth merasa geram pada Ayyara, “Ya ampun, Ayya. Kamu tuh ya bego banget jadi orang. Nggak mungkin lah suamimu ngurus ke bagian administrasi.” dia menatap pada Raja dengan sorot mata merendahkan. “Dari mana kamu? Sok-sok-an mau bayar 1 miliar, bajunya saja nggak pernah ganti.” Raja menghir
Mendengar itu, wajah Marcel langsung memerah. Tanpa disadari, dia menggebrak meja dengan keras. Sementara, Anton justru menyeringai karena putra keluarga wirdoyo itu mudah tersulut emosi.“Jaga mulut anda!” raung Marcel dengan menatap tajam pada Anton. “Jangan–”PLAK!Ferdi menggunakan hampir seluruh kekuatannya untuk menampar Marcel. Dia sangat marah karena sikap anaknya akan berakibat fatal, bisa jadi penawaran tersebut yang diberikan kepadanya akan dibatalkan.Dulu, Ferdi mati-matian untuk memperoleh kerja sama dengan Prince Group, tentu dia tidak akan membiarkan Marcel merusaknya dalam sekejap. Kalau perusahaan keuangan terbesar di Nusantara ini menarik semua aset dari perusahaan miliknya, bisa dipastikan ancaman kebangkrutan tak bisa dihindari. Pengaruh bisnis yang berada di bawah naungan Darmendhara Group terbilang sangat besar, dan hal tersebut yang membuat perusahaan lain berbondong-bondong berebutan menjalin kerja sama dengan salah satu perusahaan milik keluarga Darmendhara.
“Siapa yang kamu ingin bunuh?!” seru Anton dari arah dalam–menghampiri Marcel dengan penuh amarah. “Berani sekali mulutmu berkata seperti itu!” Ferdi dan Marcel terkesiap melihat pria itu ikut turun ke bawah. Nyatanya tidak demikian, Anton turun ke bawah karena sudah mengetahui kalau Raja akan datang ke kantor. “Maaf, Pak. Jangan salah paham,” ucap Marcel. Lalu, dia menunjuk ke arah Raja. “Maksud saya pria sampah itu! Aku ingin sekali membunuhnya.” PLAK! Anton langsung menghadiahi sebuah tamparan keras pada Marcel. Kalau bukan karena mengingat pesan Raja, dia pasti sudah menghajar Marcel. Marcel terkesiap, tangannya langsung menutupi pipinya yang memerah membengkak. Sungguh, hari ini adalah hari tersial dalam hidupnya yang harus mendapatkan 2 tamparan dari Ferdi, dan satu tamparan dari Anton. Ferdi sebenarnya sudah tahu kalau Raja adalah menantu dari keluarga Nugraha, tetapi karena dia harus menjaga sikapnya, lantas dia pun memilih bertanya pada Anton dengan sopan “Maaf, Pak. Se