“Apa maksudnya, Pak?” tanyanya dengan tatapan serius, tetapi senyum kecil perlahan terbit di bibirnya. “Bapak pasti bercanda, tidak mungkin saya bersujud di kaki pria rendahan seperti Raja.” Anton mengepalkan kedua tangannya, terhitung beberapa kali Marcel telah menghina sang penerus takhta keluarga Darmendhara di hadapannya. Sebenarnya tangannya mulai terangkat untuk menghajar pria itu, tetapi dia melihat tatapan Raja yang memberi pertanda kepadanya untuk tidak melakukan itu. Anton menatap tajam pada Marcel yang masih berlutut di bawah, “Aku semakin yakin mengapa keluarga Darmendhara ingin memutus kerja sama dengan perusahaan WNE Group, karena kamu …” dia menunjuk Marcel dengan wajah memerah. “tidak bisa menjaga sikapmu. Kerjaanmu hanya merendahkan orang lain. Aku jadi berpikir kembali untuk melaporkanmu pada putra Pak Banara, juga ke polisi.” Tak ingin keadaan semakin memburuk, Ferdi tiba-tiba memberikan pukulan tepat di wajah Marcel, bahkan darah segar mengalir dari hidung sang a
Raja tampak duduk di sofa, ruangan direktur. Di sampingnya ada Anton yang terus-menerus meminta maaf atas kelancangan sikapnya–walau itu hanyalah akting untuk menghukum Ferdi dan Marcel.“Tidak masalah. Justru kamu menjalankan tugasmu dengan baik,” ucap Raja setengah memberikan pujian. “Lupakan … ada hal penting lain yang ingin aku bahas denganmu.”“Apa itu, Pak Raja?” tanya Anton penasaran.“Aku ingin mengetahui informasi mengenai perusahaan Samudera Food Mandiri milik keluarga Nugraha.” Raja bertutur dengan wajah serius. “Apakah perusahaan mereka tidak pernah bekerja sama dengan Darmendhara Group?” tanyanya kemudian.“Tidak pernah sama sekali, Pak Raja. Dan menurut laporan, pendapatan perusahaan SFM terus-menerus mengalami penurunan,” ungkap Anton. “kalau Pak Raja ingin Prince Group menjalin kerja sama dengan perusahaan SFM, akan saya tangani segera. Saya yakin kalau tidak ada perubahan, perusahaan SFM akan pailit.”Raja mengernyitkan dahi. Ternyata selama ini Nugraha menyembunyikan
“Hubungi polisi sebelum pelarian Raja terlalu jauh!” titah Margareth terlihat sangat serius. “Sialan! Gara-gara dia, keluarga kita terkena masalah.”Radit mengangguk dan merogoh ponsel miliknya dengan semangat, “Mama tenang saja, aku nggak akan biarkan pria sampah itu kabur dari Kota.”Ayyara menghela napas panjang, dia pun berkata tegas, “Nggak perlu telpon polisi. Kalau memang kalungku palsu, aku yang tanggung jawab. Kalau perlu kalian awasi aku 24 jam!”Ayyara tak bisa menutupi kekesalannya. Sedari tadi dia berusaha menahan emosi, tetapi akhirnya tak kuat karena mereka terus-menerus menuduh sang suami.Radit pun mengurungkan niatnya untuk menelepon polisi, “Kamu belagu banget ya jadi orang. Baru jadi manajer aja sombongnya minta ampun,” sindirnya.“Oh ya dong jelas, kamu 'kan istrinya.” Margareth menanggapi dengan tatapan geram. “Kamu tuh ya bodoh banget jadi orang. Bisa-bisanya sampe sekarang masih percaya kalau kalung itu asli, padahal sudah jelas-jelas cuma barang kw. Kalau keja
“Bagaimana bisa?” ucap Margareth dengan tatapan mata tak percaya, tetapi dia segera mendongak dan berkata serius pada Joshua, “Saya sarankan Bapak segera mendatangkan ahli perhiasan sebelum terlambat, karena surat perhiasan yang dijaminkan Raja itu palsu.”Radit pun menyetujui, “Benar sekali. Raja hanya menantu miskin yang numpang hidup di keluarga kami, jadi bagaimana bisa dia punya uang untuk membeli sebuah perhiasan kalau bukan menipu?”Mendengar Raja dihina, Joshua tentu murka dan segera membelanya, “Lancang sekali kalian! Pak Raja bukanlah penipu, pihak rumah sakit sudah mengecek keaslian surat perhiasan yang dijaminkan Pak Raja, dan hasilnya asli.”Bahri, Margareth, dan Radit semakin tercengang. Bagaimana bisa?Kini giliran Bahri yang meluruskan, “Coba cek kembali keaslian surat perhiasan itu. Kami mengenalnya dengan jelas. Bahkan saat ini dia pengangguran, jadi rasanya mustahil dia punya kalung semahal itu.”Joshua sekilas mengepalkan kedua tangannya, kalau bukan karena teringa
Bahri, Margareth, dan Radit tercengang-cengang dan heran. Dan lagi-lagi mereka menyalahkan Raja yang telah memprovokasi Joshua.“Maaf … Apa salah kami? Sepertinya Bapak salah mengusir orang. Seharusnya Bapak mengusir dia,” kata Bahri sembari menatap tajam pada Raja. “Sok polos kamu, ya. Kamu menghasut Pak Joshua biar ngusir kami? Sadar dong jadi orang, jangan lempar batu sembunyi tangan” sindirnya.“Benar, Pak.” Margareth setuju. “Ruangan ini jadi tidak nyaman karena ada Sampah.” dia menatap geram pada Raja. “Tunggu apa lagi?! Sana keluar biar nggak mengganggu kenyamanan Papa.”Kini giliran Radit yang bersuara, “Jangan dengarkan pria sampah itu, Pak. Orangnya memang gila dan tukang fitnah.”Ayyara menangis dalam hati. Dalam benaknya, dia sudah tidak sabar ingin menjual kalung miliknya supaya bisa digunakan Raja untuk membuka bisnis. Mungkin dengan cara itu, semua orang terutama ketiga orang itu berhenti untuk menghina suaminya.Di titik ini, Joshua menunjukkan ketegasannya sebagai seo
“Kakek … Ara ….” dia menatap penuh arti pada Nugraha dan Ayyara. “Ceritanya panjang, nanti saja. Saat ini aku ingin sharing dengan kalian yang sudah banyak pengalaman, karena perusahaan menilaiku selama satu bulan ke depan.”Nugraha merubah posisinya yang sedari tadi hanya berbaring. Dengan dibantu Raja, dia menyandarkan tubuhnya di sandaran ranjang pasien, “Terima kasih,” ucapnya. Lalu, dia menatap sang menantu. “Apa yang bisa Kakek lakukan untukmu? Kakek siap membantumu sampai kamu diangkat menjadi karyawan tetap.” “Ayya juga siap membantu Mas Raja 24 jam. Ayya yakin Mas Raja pasti bisa,” tambah Ayyara dengan penuh semangat.Raja mengangguk dan merespon, “Terima kasih, hanya saja aku punya satu permintaan, tolong jangan beritahukan kabar ini kepada Paman, Tante, dan Radit.”Nugraha manggut-manggut pertanda mengerti maksud dari Raja, “Keputusanmu tepat. Kamu harus buktikan terlabih dahulu kalau kamu bisa menjadi karyawan tetap,” pujinya sekaligus memberi nasihat.Sebenarnya Ayyara i
“Kenapa bisa begini sih?” Lagi-lagi Ayyara menggelengkan kepala tak percaya. “Ada yang nggak beres. Aku nggak pernah berencana ngadain pesta mewah seperti ini.” “Ada apa? Apanya yang nggak beres? Pesta apa?” Nugraha semakin penasaran. Ayyara menunjukkan pesan itu pada Nugraha, juga pada sang suami. [Terkonfirmasi: Pesanan ruangan VVIP Hotel The King Star atas nama Ayyara Anindira pada hari ini jam 18:30.] Ayyara juga menunjukkan beberapa pesan dari teman-temannya yang memberikan selamat dan akan menghadiri pesta tersebut. “Mas gimana ini?” Ayyara mulai gelisah. “Ayo Mas temani Ara ke hotel buat klarifikasi kalau aku nggak pernah pesan sama sekali.” Sudah jelas Ayyara sangat gelisah, hotel The King Star adalah hotel bintang 5 yang terkenal di kalangan masyarakat tingkat tinggi. Butuh pegangan uang banyak untuk bisa masuk ke sana, apalagi memesan ruangan VVIP yang tentu membutuhkan biaya 3 kali lipat. Ayyara bukanlah orang kaya. Walau dia baru saja menjadi seorang manajer tim keu
“Aku pemilik hotel The King Star mengundang kalian menghadiri pesta nanti malam!” seru Raja dengan aura layaknya seorang keturunan konglomerat. “Kalian boleh mengajak orang lain.” Bukannya surprise apalagi terkejut, tawa Margareth dan Radit semakin menggelegar kerena sudah terbiasa mendengar bualan konyol dari pria miskin itu. “Adduh, istri dan suami sama saja.” Margareth berusaha menahan tawanya. “sama-sama kocak.” “Aku kira sungguhan pemilik hotel yang datang, eh dugaanku meleset jauh. Orang yang datang hanyalah pria sampah yang suka membual,” kata Radit dengan sorot mata merendahkan. Dia lalu menoleh pada Ayyara. “Tuh, Ayya, dicariin suamimu. Katanya, hotel The King Star sekarang sudah jadi miliknya.” “Pasti kamu bahagia ya punya suami seorang sultan. Kemarin dibelikan kalung seharga 1,1 triliun, sekarang dibelikan hotel terbaik yang ada di Indonesia. Gilaaaaa, benar-benar sultan!” Margareth memasang wajah takjub, tetapi mendadak ekspresinya berubah drastis. “Tapi boong.” Taw
Usai berkata demikian, Raja pergi begitu saja. Dia memutuskan pulang ke rumah besar Nugraha. “Sudah cukup mereka bermain-main dengan keluargaku. Waktunya sudah tiba. Aku akan menghukum semua musuh-musuhku,” gumam Raja sembari melangkahkan kakinya. Dua puluh menit kemudian, Raja tiba di rumah besar Nugraha. Dia menghampiri sang Kakek dan Ayyara yang menunggunya di ruang tengah. “Mas?” Mengerti tatapan sang istri yang mencemaskannya, Raja pun menanggapi, “Aku baik-baik saja, tidak ada luka sedikitpun di tubuhku.” Sementara, Nugraha masih mematung di tempat. Dia masih belum menyangka bahwa menantunya itu adalah putra Banara Darmendhara. “Aku sudah menyuruh Anton untuk menghukum semua orang yang berani mengganggu kebahagiaan kita, termasuk Shinta dan Kakaknya,” ucap Raja. Lalu menoleh ke arah Nugraha. “juga Marcel dan Ferdi.” Nugraha yang tidak mengerti pun bertanya, “Maksudnya?” “Sepuluh menit yang lalu Prince Group telah memutus kontrak kerja sama dengan perusahaan WNE Group.
“Malam ini juga Bagas harus menghadapiku!” seru Raja. “Aku juga akan menghukumnya!” sahut Nugraha yang tak kalah murkanya. Ayyara yang bediri di tengah-tengah mereka pun berkata, “Kakek belum sembuh total. Biarkan Mas Raja yang menanganinya.” “Tidak. Kakek mau ikut. Aku–” “Ara benar. Sebaiknya Kakek tidak perlu ikut,” potong Raja. “serahkan semua urusan ini kepadaku.” “Baiklah.” Nugraha berujung mengalah. Raja menoleh ke arah Anton, “Apakah kamu sudah merekamnya?” Anton mengangguk cepat, “Sudah, Pak.” “Kirimkan rekamannya kepadaku,” pinta Raja. *** Bagas mengetahui kalau Jamal dan teman-temannya tertangkap dan diadili. Namun, saat ini dia sama sekali tidak panik. Dia sudah memiliki rencana untuk mengantisipasinya. Bahkan di saat ini dia bermain dengan wanita jalang di sebuah kamar. Tanpa Bagas sadari, di luar sana Raja dan orang-orangnya berhasil melumpuhkan semua anak buahnya yang ditugaskan untuk menjaganya. BRAK! Bagas dan wanita jalangnya spontan menoleh ke arah pintu
“Berlatih menembak,” ucap Anton. Tubuh Jamal semakin begetar hebat, “Saya mohon, Pak. Jangan jadikan saya kelinci percobaan.” Jamal tampak begitu panik melihat tangan Anton mulai terangkat dan mengarahkan pistol ke arah apel yang berada di atasnya, “Saya akan jujur. Saya akan mengatakan siapa yang telah menyuruh saya.” Sudut bibir Anton terangkat, memang ini adalah rencananya untuk memaksa Jamal mengakui segalanya. “Saya janji,” ulang Jamal mencoba meyakinkan Anton. Jamal tak punya pilihan lain. Dia tidak bisa terus-menerus mempertahankan pendiriannya jika tidak ingin nyawanya yang melayang. “Penawaran yang sangat menarik. Tapi jika sekali saja kamu berbohong, aku tidak segan-segan membunuhmu!” seru Anton sambil menempelkan moncong pistol tepat di dahi Jamal. “bukan apel lagi, tapi peluruku akan menembus kepalamu!” “Ba-ik, Pak. Saya akan jujur.” Suara Jamal nyaris tak terdengar karena diselimuti rasa takut yang membesar. “Cepat katakan, Jamal! Jangan bertele-tele!” geram Anton.
“Halo, Pak Raja … Saya sudah berhasil menjalankan tugas dari Pak Raja,” ucap Anton di seberang telepon. Nugraha yang mendengarnya pun merasa terheran-heran. Raja yang sedari tadi mengintip di balik pintu, dia pun masuk kembali dan menghampiri Nugraha. “Lakukan sesuai rencana, Anton,” ucap Raja yang sudah berdiri di samping Nugraha. “Baik, Pak,” jawab Anton, dan setelahnya telepon terputus. Nugraha yang kebingungan pun menatap Raja dengan ekspresi yang begitu serius, “Siapa kamu?” “Aku suami Ayyara, menantu Kakek,” jawab Raja. “Jawab yang jujur. Siapa kamu sebenarnya?” tanya Nugraha. “Aku Raja Elvano Darmendhara. Putra Banara Darmendhara,” jawab Raja serius. “Kamu jangan bercanda.” Raut wajah Nugraha memerah. “Mas Raja nggak bohong, Kek,” sahut Ayyara yang muncul dari luar dan berjalan mendekat. “Mas Raja adalah putra Ayah Banara Darmendhara, pemilik Darmendhara Group.” Nugraha tercengang mendengarnya, tetapi dia masih menganggap Raja dan Ayyara telah berbohong. “Candaan ka
“Siapa kamu?” tanya Nugraha.Ayyara merasa heran dengan pertanyaan Nugraha, karena pria itu tak lain dan tak bukan adalah Raja. Dia takut sang Kakek lupa ingatan.“Apa Kakek saya baik-baik saja?” tanya Ayyara kepada si perawat yang sudah berdiri di sampingnya.Si perawat itu menatap Nugraha dengan senyuman ramah, “Maaf, Pak. Nama Bapak siapa?”“Nugraha.”“Dan mereka siapa?” Perawat itu menunjuk ke arah pasangan suami-istri.“Ayyara dan Raja, menantuku,” jawab Nugraha.Ayyara tersenyum, merasa tidak ada masalah dengan ingatan Nugraha. Sementara, perawat itu memeriksa keadaan sang Kakek secara keseluruhan.“Kepala Bapak terluka. Jadi jangan banyak bergerak dulu,” ucap perawat itu setelah selesai melakukan pemeriksaan.“Terima kasih,” balas Nugraha, dan perawat itu pergi dari ruangan setelah berpamitan.Usai kepergian si perawat, Nugraha menatap Raja yang berdiri di samping Ayyara.“Raja? Jujurlah kepada Kakek. Kenapa kamu bersama dengan Pak Anton waktu menyelamatkanku?” tanya Nugraha.“
Raja dan Anton segera masuk ke mobil. Hanya memerlukan waktu kurang dari 10 menit, mereka sudah sampai di sebuah aprtemen, tempat Nugraha dibawa.Raja langsung turun dari mobil, diikuti Anton dan anak buahnya.Sementara, di dalam apartemen Jamal dan teman-temannya tampak terlihat panik bukan main. Pasalnya mereka tahu kalau orang-orangnya Nugraha sedang menuju ke tempatnya.Tak ingin celaka, mereka pun menggunakan Nugraha sebagai tameng untuk menyelamatkan diri.BRAK!Sontak semua mata menoleh ke arah pintu yang di dobrak. Jamal pun langsung menempelkan pistol ke pelipis Nugraha yang terikat tak sadarkan diri di kursi.Raja yang melihat wajah Nugraha yang dipenuhi darah, seketika aura mengerikan begitu kental menguar dari dirinya.“Jangan berani mendekat! Atau kalian akan melihat Nugraha mati di tanganku!” ancam Jamal penuh mengintimidasi, walau dia sendiri sebenarnya agak gentar menghadapi Raja dan anton beserta anak buahnya.“Kamu telah melakukan kesalahan besar, Jamal!” seru Anton
“Kurang ajar!” pekik Jamal tanpa dia sadari belum memutus sambungan telepon. “Anda mau mati, hah?!” Tentu saja di seberang sana Ayyara yang mendengarnya seketika berteriak, “Kakek?! Siapa kalian?!” Jamal kaget dan baru menyadari kecerobohannya, tetapi karena terlanjur dia pun berterus terang, “Kakekmu akan mati di tanganku!” Usai mengatakan itu, Jamal seketika memutus sambungan telepon sepihak. Dia lalu menatap Nugraha dengan tatapan penuh amarah. “Aku tidak sekedar berbual! Malam ini anda harus mati!” Nugraha malah membalasnya dengan cengiran lebar. Dia sama sekali tidak terlihat takut. Dia tahu setelah ini Ayyara akan meminta bantuan Anton untuk melacak keberadaannya, entah itu dirinya dalam keadaan selamat ataupun mati. “Kamu ingin membunuhku? Silahkan. Tapi nyawa dibayar nyawa. Aku mati, kalian juga pasti akan mati! Cucuku punya hubungan dekat dengan Pak Anton,” ucap Nugraha. Situasinya kini berubah, justru sekarang Jamal dan teman-temannya yang terlihat panik-sepaniknya. “
“Kali ini kamu menang. Tapi ilmu wing chungku akan mematahkan tulangmu!” seru pria itu sambil menggerak-gerakkan tangannya. Melihat Raja hanya terdiam, pria itu mulai maju menyerangnya. “Kamu tidak akan bisa menahan gempuran pukulanku!” Raja menangkis serangan demi serangan yang mengandalkan teknik kecepatan tangan. Awalnya dia kewalahan, tetapi akhirnya dia dapat mengimbanginya. Raja yang tak ingin bermain-main, ketika ada kesempatan dia langsung menyarangkan pukulan di dada lawannya hingga terpental ke belakang. Para penjahat lagi-lagi dibuat terkejut. Mereka berulang kali menggeleng-geleng tak percaya melihat Raja juga memiliki ilmu whing chung. Bahkan pergerakannya lebih cepat dan gesit. “Tidak masuk akal,” gumam pimpinan penjahat tanpa disadari. Sementara, Ayyara berhasil membuka pintu mobil dan mengambil ponselnya. Dia lalu cepat menjauh dan berdiri di tempat asalnya agar mereka tidak curiga. Secara diam-diam, dia pun mengirim pesan kepada Anton untuk meminta bantuan. “B
Ancaman pria itu tampak tidak main-main, membuat Ayyara yang mendengarnya semakin mengkhawatirkan keselamatan Raja. Dia berulang kali menarik tangan sang suami untuk cepat-cepat berlari masuk ke dalam mobil. Namun, suamimya malah merespon dengan segurat senyuman sembari menggelengkan kepalanya. “Kalau lari, mereka justru akan menembak kita,” bisik Raja. Ayyara baru menyadari kebodohannya. Dia pun akhirnya menatap tajam kepada para penjahat. “Pergi! Jangan sakiti suamiku!” Teriaknya, walaupun keringat dingin mulai membasahi dahi. Teriakan Ayyara mulai menarik perhatian beberapa orang. Namun, pimpinan penajahat itu dengan mudah mengatasinya. Dia tersenyum kepada orang-orang yang berada di sekitar sana, “Maaf menganggu. Kami hanya berakting buat film pendek.” Benar saja, semua orang percaya dan hanya berlalu lalang tanpa curiga lagi. Selepas itu, pimpinan penjahat kembali menatap Ayyara, “Gampang sih. Kalau suamimu tidak ingin disakiti, ikutlah dengan kami,” ucapnya sambil sesekal