Bahri, Margareth, dan Radit tercengang-cengang dan heran. Dan lagi-lagi mereka menyalahkan Raja yang telah memprovokasi Joshua.“Maaf … Apa salah kami? Sepertinya Bapak salah mengusir orang. Seharusnya Bapak mengusir dia,” kata Bahri sembari menatap tajam pada Raja. “Sok polos kamu, ya. Kamu menghasut Pak Joshua biar ngusir kami? Sadar dong jadi orang, jangan lempar batu sembunyi tangan” sindirnya.“Benar, Pak.” Margareth setuju. “Ruangan ini jadi tidak nyaman karena ada Sampah.” dia menatap geram pada Raja. “Tunggu apa lagi?! Sana keluar biar nggak mengganggu kenyamanan Papa.”Kini giliran Radit yang bersuara, “Jangan dengarkan pria sampah itu, Pak. Orangnya memang gila dan tukang fitnah.”Ayyara menangis dalam hati. Dalam benaknya, dia sudah tidak sabar ingin menjual kalung miliknya supaya bisa digunakan Raja untuk membuka bisnis. Mungkin dengan cara itu, semua orang terutama ketiga orang itu berhenti untuk menghina suaminya.Di titik ini, Joshua menunjukkan ketegasannya sebagai seo
“Kakek … Ara ….” dia menatap penuh arti pada Nugraha dan Ayyara. “Ceritanya panjang, nanti saja. Saat ini aku ingin sharing dengan kalian yang sudah banyak pengalaman, karena perusahaan menilaiku selama satu bulan ke depan.”Nugraha merubah posisinya yang sedari tadi hanya berbaring. Dengan dibantu Raja, dia menyandarkan tubuhnya di sandaran ranjang pasien, “Terima kasih,” ucapnya. Lalu, dia menatap sang menantu. “Apa yang bisa Kakek lakukan untukmu? Kakek siap membantumu sampai kamu diangkat menjadi karyawan tetap.” “Ayya juga siap membantu Mas Raja 24 jam. Ayya yakin Mas Raja pasti bisa,” tambah Ayyara dengan penuh semangat.Raja mengangguk dan merespon, “Terima kasih, hanya saja aku punya satu permintaan, tolong jangan beritahukan kabar ini kepada Paman, Tante, dan Radit.”Nugraha manggut-manggut pertanda mengerti maksud dari Raja, “Keputusanmu tepat. Kamu harus buktikan terlabih dahulu kalau kamu bisa menjadi karyawan tetap,” pujinya sekaligus memberi nasihat.Sebenarnya Ayyara i
“Kenapa bisa begini sih?” Lagi-lagi Ayyara menggelengkan kepala tak percaya. “Ada yang nggak beres. Aku nggak pernah berencana ngadain pesta mewah seperti ini.” “Ada apa? Apanya yang nggak beres? Pesta apa?” Nugraha semakin penasaran. Ayyara menunjukkan pesan itu pada Nugraha, juga pada sang suami. [Terkonfirmasi: Pesanan ruangan VVIP Hotel The King Star atas nama Ayyara Anindira pada hari ini jam 18:30.] Ayyara juga menunjukkan beberapa pesan dari teman-temannya yang memberikan selamat dan akan menghadiri pesta tersebut. “Mas gimana ini?” Ayyara mulai gelisah. “Ayo Mas temani Ara ke hotel buat klarifikasi kalau aku nggak pernah pesan sama sekali.” Sudah jelas Ayyara sangat gelisah, hotel The King Star adalah hotel bintang 5 yang terkenal di kalangan masyarakat tingkat tinggi. Butuh pegangan uang banyak untuk bisa masuk ke sana, apalagi memesan ruangan VVIP yang tentu membutuhkan biaya 3 kali lipat. Ayyara bukanlah orang kaya. Walau dia baru saja menjadi seorang manajer tim keu
“Aku pemilik hotel The King Star mengundang kalian menghadiri pesta nanti malam!” seru Raja dengan aura layaknya seorang keturunan konglomerat. “Kalian boleh mengajak orang lain.” Bukannya surprise apalagi terkejut, tawa Margareth dan Radit semakin menggelegar kerena sudah terbiasa mendengar bualan konyol dari pria miskin itu. “Adduh, istri dan suami sama saja.” Margareth berusaha menahan tawanya. “sama-sama kocak.” “Aku kira sungguhan pemilik hotel yang datang, eh dugaanku meleset jauh. Orang yang datang hanyalah pria sampah yang suka membual,” kata Radit dengan sorot mata merendahkan. Dia lalu menoleh pada Ayyara. “Tuh, Ayya, dicariin suamimu. Katanya, hotel The King Star sekarang sudah jadi miliknya.” “Pasti kamu bahagia ya punya suami seorang sultan. Kemarin dibelikan kalung seharga 1,1 triliun, sekarang dibelikan hotel terbaik yang ada di Indonesia. Gilaaaaa, benar-benar sultan!” Margareth memasang wajah takjub, tetapi mendadak ekspresinya berubah drastis. “Tapi boong.” Taw
“Aku tidak bercanda! Aku adalah Raja Elvano Darmendhara!” Raja berkata tegas dengan tatapan serius. Dia sama sekali tidak terlihat sedang bercanda.Ayyara menerbitkan senyuman manis sembari tangan kanannya kembali ditempelkan di bibir Raja. Dia menganggap ucapan serius sang suami adalah bentuk optimis dalam menapaki karir.“Semoga keinginan Mas Raja untuk menjadi orang sukses seperti keluarga Darmendhara terwujud. Tapi apapun dan kondisi Mas Raja, aku akan selalu setia menjadi pendamping hidup Mas Raja. Aku nggak membutuhkan uang banyak, kebahagiaanku adalah hidup bersama Mas Raja,” ucap Ayyara dengan tatapan penuh cinta.Raja senang mendengarnya, dia merasa sangat beruntung memiliki istri yang tulus sepenuh hati mencintainya, “Terima kasih, Ara.” Dalam benak Raja, memang seharusnya dia lebih baik memberitahukan identitasnya secara bertahap pada Ayyara supaya tidak terlalu terkejut.“Jadi, bagaimana dengan kalungnya?” Ayyara bertanya sekali lagi. “Terserah nanti.” Hanya itu respon d
“Terus mau bayar pakai apa, Mas?” tanya Ayyara dengan suara pelan. “Kita nggak punya apa-apa selain kalung … Aku tahu Mas nggak enak sama klien Mas kalau menjual kalung pemberiannya dekat-dekat ini. Tapi saat ini keadaannya benar-benar mendesak, Mas. Ngggak ada pilihan lain, kita harus menjualnya.” dia berharap Raja memahami situasi.Raja menatap lembut pada Ayyara, “Jangan khawatir, biar nanti aku yang mengurusnya. Sekarang kita bersenang-senang dulu.”Radit menerbitkan senyuman kemenangan melihat Ayyara gelisah, ‘Setelah ini aku nggak perlu khawatir lagi dengan masalah warisan. Aku nggak akan biarkan Ayya mendapat warisan sepeser pun dari Kakek. Dan sampai kapan pun aku nggak rela karirnya berada di atasku.’ ucapnya dalam batin.Radit memang merencanakan hal ini dari awal. Dia yakin Ayyara tidak akan mampu membayar total biaya yang diperkirakan mencapai ratusan juta. Dengan begitu sepupu angkatnya itu akan menanggung malu, bahkan pihak hotel bisa saja malaporkannya pada polisi. Imba
“Ini asli.” Tri menjawab tanpa ragu. “Ini benar-benar kalung the heart of queen yang asli. Ini kalung edisi terbatas di toko Jewellery Royal, harga di pasaran memang menyentuh angka 1,1 triliun.”WOW!Terdengar gemuruh terkejut di ruangan VVIP itu, seruan iri pun tak tertahankan.Sementara, Margareth dan Radit langsung memucat seketika. Mereka berulang kali menggelengkan kepala tak percaya.“Ah, Tri, Selera humormu berlebihan.” Margareth tertawa awkward, sekaligus berharap Tri sedang bercanda. “Nggak mungkin asli, kalung itu cuma tiruan.”Radit menimpali, “Haha pasti Tante mau ngeprank ya? Tante bisa aja.”“Ini asli, Mar. Kalung the heart of queen adalah kalung termahal yang ada di Indonesia. ” ucap Tri dengan serius. dia lalu berkata pada Radit. “Tante bukan anak muda zaman now yang suka ngeprank-ngeprank nggak jelas.”“Iya, ih. Mata kamu buta apa? Ini mah kalung asli,” imbuh teman Margareth lainnya. Dia lalu menoleh pada Raja dengan melebarkan senyuman. “Kukira cuma terjadi di dunia
Raja tetap bersikap tenang. Dia lalu merogoh ponsel miliknya dan menuliskan pesan untuk Farah. [Tolong suruh Leli, manajer Jewellery Royal untuk menghubungi aku sekarang juga!] Pesan Raja langsung terbalas. [Siap, Pak Raja.] Tawa Margareth pecah menyaksikan pria itu sibuk dengan ponselnya, “Kamu ngapain? Menghubungi manajer Jewellery Royal? Heleh, kamu kira aku nggak tahu trik busukmu? Palingan abis ini kamu beralasan kalau manajernya nggak bisa dihubungi,” tudingnya dengan senyuman sinis. “sekarang mendingan kamu langsung serahin diri kamu ke polisi deh.” Sambil berkacak pinggang, Margareth berkata lagi dengan suara lantang, “Woy, budeg! Nggak usah pura-pura lagi. Aktingmu nggak mempan!” Terlihat sekali kalau Margareth sudah terbakar emosi, sebab Raja yang terus dia cecar bertubi-tubi terlihat sangat santai dan tak terpengaruh sama sekali, bahkan pria itu masih tetap saja sibuk memainkan ponselnya. Melihat semua orang yang seolah-olah terlihat seperti monster yang ingin memakan