“Kami datang untuk menjual kalung ini,” ucap Ayyara. “tapi alangkah baiknya kita bicarakan di ruangan tertutup.”Leli sedikit terkejut mendengarnya. Dia yakin Ayyara sudah bosan dan ingin mencari model terbaru. Namun, setahunya orang yang punya kekayaan melimpah biasanya tidak akan menjual perhiasan yang tergolong langka, melainkan disimpan sebagai koleksi.“Baik, Bu. Silahkan ikuti saya ke dalam,” ucap Leli.Raja dan Ayyara mengikuti langkah Leli yang membawanya masuk ke sebuah ruangan tertutup.“Silahkan duduk, Pak, Bu,” ucap Leli sembari menunjuk sofa dengan tangan jempolnya.“Terima kasih,” balas Ayyara sembari mendaratkan tubuhnya di sofa, duduk bersebelahan dengan sang suami.Sementara Leli duduk di sofa yang berhadapan dengan mereka, di tengahnya di batasi oleh sebuah meja kaca.“Jadi, bagaimana? Kira-kira berapa harga kalung ini jika dijual?” tanya Ayyara sembari meletakkan sebuah kotak giwang berisi kalung bernama the heart of queen itu di meja.“Apakah Bu Ayya benar-benar i
“Kamu memata-mataiku?,” gumam Raja, kesal melihat Marcel dan 5 anak buahnya tengah berdiri menunggunya di luar. Raja merogoh ponselnya dan mengirimkan sebuah pesan kepada seseorang. [Kirimkan beberapa orang ke sini.] dia lalu mengirimkan alamatnya.Setelah mengirim pesan, Raja melangkah keluar. Semula, dia mencoba acuh tak acuh saja, mengedikkan bahu dan bermaksud melewati mereka. Namun, Marcel mencegatnya.“Santai, jangan buru-buru,” ucap Marcel dengan senyuman sinis. “disuruh istrinya ngambil uang, ya? Haha suami kok jadi babu istrinya sendiri. Nggak malu, kamu?” senyumnya berganti tawa penuh ejekan. “Ups lupa aku. Kamu 'kan memang nggak punya malu, nggak punya harga diri. Peranmu bisanya cuma jadi Bapak rumah tangga.”Lima anak buah Marcel pun ikut menertawakan Raja.Raja meresponnya dengan melangkah pergi, membuat Marcel dan anak buahnya kesal dan langsung kembali mencegatnya.“Hei curut!” Kali ini raut wajah Marcel memerah. “sekarang kamu harus mengikuti semua perintahku. Kalau
“Sepertinya kamu memang tidak mengenalku, Marcel!” seru Raja sekilas menampakkan aura istimewanya, sebelum kembali memasang wajah datarnya.Marcel malah tertawa terbahak-bahak, “Bagun, Woi! Okelah tadi kamu berani karena kamu dibeking 7 orang bodyguard. Tali sekarang siapa yang akan melindungimu? Mau ngadu ke Anton? Haha.” Pria itu tampak begitu meremehkan Raja, lalu tangan kirinya menunjuk ke arah belakang. “Lihat tuh! mau adu mekanik dengan anak buahku yang berjumlah 20 orang?” Namun, tawa Marcel mendadak berhenti kala menyadari sesuatu, “Tunggu dulu, ngapain kalian ke sini?” Marcel berpikir sesaat, tidak mungkin mereka bisa membeli hunian di perumahan mewah yang berharga milyaran rupiah, kecuali …“jangan-jangan pendiri Dira Group membelikan rumah buat kalian?” tanya Marcel penasaran.Ayyara membalasnya dengan tatapan dingin, “Kalau iya, kenapa? Lagian anda tidak perlu kepo dengan urusan rumah tangga kami? Paham?”Marcel kesal bukan main mendapatkan jawaban seperti itu.Sebelum p
“Mau ke mana, Marcel? Urusan kita belum selesai!” Seru Raja. “Bukankah tadi kamu ingin adu mekanik?”Wajah Marcel kembali berubah cemas. Dia segera menggeser tubuhnya untuk bersembunyi di balik punggung salah satu anak buahnya.Masalahnya, anak buah Marcel juga terlihat gentar.Senyum bersahaja terkembang di wajah Ayyara, “Anak buah Pak Marcel ada berapa? 20, bukan?” tanyanya dengan wajah sok polos. “Lumayan juga, aku rasa cukup kuat melawan 30 orang.”Marcel terkejut mendengarnya. Dugaannya benar, juga tak menyangka anak buah mereka melebihi jumlah anak buahnya. “Nggak mungkin. Ini Mustahil.” Marcel menggeleng-geleng, seolah masih belum mempercayai apa yang didengar dan dilihat. “Nggak mungkin Ayya bisa menyewa orang sebanyak ini. Mereka pasti orang-orangnya pendiri Dira Group.”Ayyara yang mendengarnya terkekeh pelan, “Mereka spesial datang untukmu loh, Pak Marcel.” Bukan hanya Marcel, anak buahnya pun yang mendenger ucapan Ayyara langsung menciut. Bahkan ada beberapa orang yang t
“Remukkan tulangnya!” titah Raja. Marcel langsung menoleh ke belakang. Benar saja, 30 anak buah Raja langsung berjalan ke arahnya dengan aura yang begitu menakutkan. Seketika, Marcel gemetar sejadi-jadinya bersembunyi di balik tubuh anak buahnya.“Kenapa kalian diam saja, Bodoh?! Hadapi mereka!” Suara Marcel menunjukkan bahwa dia begitu ketakutan.Namun, semua anak buah Marcel merasa gentar. Tidak ada satu pun yang berani, bahkan ada beberapa yang terang-terangan melangkah mundur.“Maaf, Bos. Jumlah mereka lebih banyak. Lebih baik Bos segera mendapatkan permintaan maaf dari mereka,” saran salah satu anak buahnya.Tanpa pikir panjang, Marcel langsung berbalik badan. Dia menatap Raja dan Ayyara dengan wajah tak berdaya.“Baiklah, aku akan push up 100 kali.” Marcel yang terdesak pun tidak punya pilihan lain, daripada harus memberikan uang 1 triliun yang jelas-jelas permintaan yang tak masuk akal.Raja mengangkat tangan kanannya, dan seketika 30 bodyguard itu menghentikan langkahnya. “
“Pergilah dari perusahaan ini!” seru Raja begitu dingin. “kamu tidak memiliki rasa tanggung jawab sama sekali, itu artinya kamu belum siap menjadi seorang karyawan!”Mendengar itu, Vares dan teman-temannya semakin dibuat terkejut melihat Raja bersikap layaknya seorang direktur yang punya wewenang memecat karyawan seenaknya.“Sialan! Emangnya kamu siapa, hah?!” Vares yang terbawa emosi, dia menyingkirkan fakta kalau pria di hadapannya adalah suami sang direktur utama. “Biar aku ingatkan! Kamu cuma calon karyawan rendahan di sini!” tangan telunjuknya terangkat tepat di depan mata Raja. “sadar diri! Statusmu lebih rendah dari aku!”“Aku bukan siapa-siapa.” Raja masih mempertahankan aura dinginnya. “aku hanya orang biasa yang mengingatkan sesama karyawan untuk bersikap lebih dewasa.” Ucapan itu terdengar tajam di telinga Vares. Wajahnya merah padam, tangannya terkepal sempurna.“Kamu bilang apa tadi, hah?! Nyuruh aku bersikap dewasa?!” semprot Vares. “jaga mulutmu! matamu, juga! Atau mau
“Aku tidak suka kantor ini dipenuhi kumpulan bunglon!” Suara lantang Ayyara menggema di lorong itu. “kalian disdikualifikasi!” Sindiran Ayyara membuat semua orang menunduk, merasa tidak punya harapan lagi untuk menyelamatkan karirnya. Dari tempatnya berdiri, Vares juga tampak cemas. Namun, dalam sekejap sikapnya langsung berubah 180 derajat. Dengan tidak tahu malu dia menghampiri Raja. “Raja, aku mengaku salah. Tapi, tadi aku cuma bercanda kok.” nada bicara Vares begitu santai seperti sudah berteman lama dengan Raja. “Maafkan aku. Aku sadar candaanku sangat berlebihan. ” Pandangan Raja begitu dingin, menunjukkan kalau dia tidak menerima maaf dari Vares. Vares melangkahkan kakinya, memungut gulungan kertas dan membuangnya ke tong sampah. Dia lalu menoleh kembali ke arah Raja, “sebenarnya ini caraku buat lebih dekat dengan teman baruku. Aku–” “Cukup!” Ayyara menyela ucapan Vares. “sudahi omong kosongmu. Sekarang lebih baik kamu angkat kaki dari sini. Kamu disdikualifikasi!” Bukann
“Waktuku juga tidak banyak!” ucap Ayyara. Ferdi tampak gusar melihat wanita itu tidak menghargainya. “Kamu tahu siapa aku?” tanya Ferdi dengan gaya angkuhnya. “Mohon maaf, Pak. Ada keperluan apa Bapak datang ke sini? Waktuku memang tidak banyak. Hari ini kami sedang menginterview calon karyawan.” Ferdi mendengus miring. Baru pertama kalinya ada seorang wanita muda yang bersikap kurang sopan di hadapannya. “Wanita sombong. Tapi jangan gunakan kesombonganmu di hadapanku.” Ferdi melemparkan senyuman penuh arti, bermaksud memberikan ancaman secara tidak langsung kepada Ayyara. Alih-alih takut dengan ancaman itu, Ayyara malah mempertahankan sikap dinginnya. Baginya, menyombongkan diri di hadapan orang sombong adalah cara yang tepat. “Maaf, sepertinya Bapak cuma buang-buang waktuku! Kalau tidak ada keperluan, silahkan pergi. Masih banyak urusan yang jauh lebih penting yang harus aku kerjakan.” Ferdi tampak emosi mendengarnya. Wanita itu benar-benar berani menyinggung orang yang salah