“Berliannya adalah suamiku, dan anda adalah kotorannya!” sindir Ayyara dengan suara penuh penekanan. Dia sudah muak meladeni pria itu. “Anda memang benar, bodoh jika membandingkan berlian dengan kotoran.”Marcel seketika tersulut emosi. Ucapan wanita itu adalah penghinaan baginya. “Ayya?! Jaga omonganmu!”Dengan beraninya, Ayya menatap dingin pria itu, “Anda merasa terhina? Jika anda tidak suka dihina, maka jangan suka menghina orang lain.”Marcel mendengus miring, “Aku bicara fakta. Suamimu memang manusia sampah yang pantas dihina. bahkan boleh diinjak-injak.”Ayyara berusaha menahan amarahnya sekuat tenaga. Dia sadar akan buang-buang waktu meladeni orang angkuh seperti Marcel“Baiklah, Kalau tidak ada keperluan lain, silahkan anda pergi dari sini,” ucap Ayyara akhirnya.Raut wajah Marcel berubah kesal, “kamu mengusirku? Ingat, Ayya … aku sudah berbaik hati menawarkan bantuan untukmu. Tanpa bantuanku, kamu nggak bakalan bisa menghidupkan kembali perusahaan ini. Jadi, kamu jangan cer
“Katakan sekali lagi, Marcel!” seru Raja “sekali lagi aku mendengar kamu melecehkan martabat istriku, aku tidak segan-segan akan membunuhmu!” Marcel merasa gemetar di hatinya. Tatapan pria sampah itu benar-benar membuatnya takut. Namun, bukan Marcel namanya jika tak berani melawan dengan kata-kata.“Brengsek kamu, Raja! Kamu cuma benalu yang cari makan lewat istrimu. di mana harga dirimu sebagai seorang laki-laki, hah?” Rasa sakit di dadanya bekas tinjuan Raja membuatnya kesulitan bernapas.Raja membalasnya dengan tatapan dingin, “Silahkan pergi meninggalkan tempat ini sebelum aku benar-benar membunuhmu. Dan jangan berani mencampuri urusan istriku lagi.”Marcel mendengus miring. Sembari menahan sesak di dadanya, dengan angkuhnya dia berkata, “Istrimu cuma beruntung. Katakan, siapa pendiri Dira Group? Aku ingin menemuinya. Kalau mereka mengenalku, mereka pasti lebih mempercayakan perusahaan ini padaku.”“Ingin bertemu dengan pendiri Dira Group? Kamu pikir kamu pantas bertemu dengan me
“Sebaiknya jaga tatapan anda, Pak Bagas!” Seru Raja. “dan lepaskan tangan anda!” Bagas menarik tangannya sembari mendengus kesal mendengar ucapan Raja. Dia menatap penuh benci pada pria yang diduga hanyalah seorang pengawal. Raja membalasnya dengan tatapan dingin. Dia sama sekali tidak takut pria itu menggagalkan kerja sama ini, walau dia tahu ini adalah klien pertama sang istri. Baginya, keselamatan dan kehormatan istrinya tidak bisa ditukar dengan apapun. “Anda memiliki pengawal yang sangat lancang, Nona Ayya. Dia tidak pantas menjadi pengawal anda. Sebaiknya anda memecatnya,” ucap Bagas sembari melemparkan senyuman mengejek pada Raja. Raja tetap melemparkan tatapan dingin, membuat Bagas semakin tidak suka dengan kehadirannya. Melihat ketegangan mereka yang saling bersitatap dengan raut wajah tak bersahabat, Ayyara pun mencairkan suasana, “Bagaimana kalau kita mulai membahas kerja sama ini?” Bagas kembali menatap Ayyara dengan penuh minat, “Pecat pengawalmu yang kurang ajar in
“Tunggu, Ayya!” panggil seorang pria.Raja dan Ayyara menatap pria yang berjalan mendekat ke arahnya. Pria itu adalah Berry.“Tadi aku ke kantor Jaya Kosmetik, tapi kamu nggak ada di sana. Kata security, kamu pergi ke sini,” ucap Berry dengan melebarkan senyuman.Kening Ayyara berkerut, “Ada apa kamu mencariku?” kentara dia tidak begitu senang dengan kehadiran pria itu.Berry tersenyum canggung, “Jadi begini, kemarin aku ngirim surat lamaran pekerjaan ke Jaya Kosmetik di bagian keuangan.”Ayyara sekilas tersenyum kecut. Dia tahu isi kepala Berry.“Oh … terus?” tanya Ayyara ketus.Berry berdehem pelan, lalu dengan cepat bibirnya mengulas senyum lebar, “Ya, boleh dong kasih aku satu slot.”“Maksudmu?” tanya Ayyara pura-pura tidak mengerti.“Maksudku, terima aku sebagai karyawan Jaya Kosmetik. Kita 'kan teman,” jawab Berry sembari menyengir lebar.Ayyara mulai memasang wajah seriusnya, “Berry, maaf aku nggak bisa. Kamu harus tetap mengikuti proses rekrutmen.”Untuk sesat Berry mengedarka
“Siapa kamu?” tanya Nugraha penuh selidik.Ayyara yang berdiri di samping Raja hanya terdiam, tahu cepat atau lambat Kakek tua itu akan mengetahui jati diri suaminya.Dengan polosnya, Raja menjawab, “Aku Raja.”“Dan siapa mereka?” tanya Nugraha mengintrogasi. “Oh mereka orang-orangnya Pak Anton,” jawab Raja tenang. Nugraha mengernyit mendengar jawaban dari Raja. Tentu dia tidak percaya begitu saja. Bukan hanya sekali, melainkan berulangkali menantunya itu menunjukkan kemampuan luar biasa yang mustahil dimiliki oleh seorang pria sederhana.“Maksudmu?” tanya Nugraha.“Setelah Pak Anton mengetahui istriku membangun ulang perusahaan ini, Pak Anton menugaskan beberapa orang untuk berjaga-jaga,” jawab Raja dengan ekspresi setenang mungkin sembari mempertahankan kontak mata dengan Nugraha.Ayyara menyunggingkan senyuman. Dia lalu menambahkan penjelasan suaminya, “Benar, Kek. Padahal sebelumnya kami sudah menolak bantuan dari Pak Anton.” dia tertawa kecil agar tidak terlihat seperti orang y
“Pak Banara, Pak ….” ucap Alexander. “Kesehatan Pak Banara semakin menurun. Akhir-akhir ini beliau sering tidak sadarkan diri.”“Dia akan baik-baik saja.” Hanya itu tanggapan Raja karena setelahnya dia langsung memutus sambungan telepon.Raja menghembus napas pelan. Sebenarnya dia mengkhawatirkan Banara, tetapi entah mengapa dia masih belum bisa berdamai dengan Ayahnya.“Raja, di mana Ayyara berada?” Suara itu memecahkan keheningan Raja.Raja memiringkan kepalanya, mendapati Berry yang melangkah ke arahnya. Awalnya dia menghiraukan dan hendak pergi dari sana, tetapi pria itu berlari dan menghadangnya.“Budek kamu ya?!” bentak Berry. “Di mana Ayyara? Aku ingin bertemu dengannya.”Raja yang tahu niat buruk Berry, lantas hanya menanggapi, “Aku tidak tahu.”“Jangan bohong kamu!” Berry terlihat sangat kesal. “Cepat katakan, di mana Ayyara sekarang? ini penting sekali, aku harus bertemu dengannya.”Jawaban singkat datar keluar dari bibir Raja, “Bukan urusanku.”Berry yang tersulut emosi lan
“Aku adalah pendiri Dira Group,” kata Raja tampak begitu serius. “Aku telah mengakuisisi perusahaan ini.”Tidak ada yang bersuara selama beberapa detik, sebelum akhirnya semua orang di sekitar sana tertawa terbahak-bahak.Raja memang terlihat tidak sedang bercanda. Namun, siapa yang akan mempercayai ucapan seorang pria yang terkenal sebagai suami tak berguna itu? Dilihat dari penampilannya saja, tidak ada brand besar dan mewah yang melekat di tubuhnya.“Perutku sakit mendengarnya. Kamu pendiri Dira Group? Mabuk kamu, ya? Bangun woi! Khayalanmu ketinggian! Jangankan membeli perusahaan, 100 ribu pun aku yakin kamu nggak punya,” ucap Berry sembari menahan tawanya.“Bukan mabuk lagi tuh orang. Tanda-tandanya mau gila,” timpal pria lainnya.Ada sebagian orang yang tertawa bernada hinaan, dan ada juga sebagian yang menatap kasihan pada Raja. Mereka menduga pria itu sudah frustasi menggapai cita-citanya yang tak kunjung terwujud.“Cukup main-mainnya, Raja!” raung Marcel emosi, membuat semua
“Security! Keluarkan brengsek ini dari sini sekarang juga! Cepat!” titah Ayyara.Marcel menatap Ayyara dengan tatapan tajam. Untuk kesekian kalinya wanita itu berani mengusirnya dari perusahaan Jaya Kosmetik.“Kamu melakukan kesalahan besar, Ayya!” teriak Marcel dengan wajah marahnya melototi Ayyara.“Sepertinya anda tidak bisa diajak bicara baik-baik. Jangan salahkan jika kami bertindak tidak sopan terhadap anda!” ancam Ayyara.Tanpa menunggu respon dari Marcel, 2 orang security langsung meringsek maju mencengkeram pundaknya.“Lepaskan tangan kalian! Aku bisa pergi sendiri dari sini!” Suasana hati Marcel sangat kesal dengan perlakuan ini.Setelah 2 orang security itu melepaskannya, Marcel menatap Ayyara dengan senyuman penuh arti, “Ayya! Aku akan melupakan perlakuan burukmu jika kamu mau bekerja sama denganku. Ayo kita pergi temui pendiri Dira Group.”Ayyara membalas tawaran Marcel dengan melemparkan tatapan dingin. Dia sudah muak melihat pria brengsek itu masih terlalu angkuh.Karen
Usai berkata demikian, Raja pergi begitu saja. Dia memutuskan pulang ke rumah besar Nugraha. “Sudah cukup mereka bermain-main dengan keluargaku. Waktunya sudah tiba. Aku akan menghukum semua musuh-musuhku,” gumam Raja sembari melangkahkan kakinya. Dua puluh menit kemudian, Raja tiba di rumah besar Nugraha. Dia menghampiri sang Kakek dan Ayyara yang menunggunya di ruang tengah. “Mas?” Mengerti tatapan sang istri yang mencemaskannya, Raja pun menanggapi, “Aku baik-baik saja, tidak ada luka sedikitpun di tubuhku.” Sementara, Nugraha masih mematung di tempat. Dia masih belum menyangka bahwa menantunya itu adalah putra Banara Darmendhara. “Aku sudah menyuruh Anton untuk menghukum semua orang yang berani mengganggu kebahagiaan kita, termasuk Shinta dan Kakaknya,” ucap Raja. Lalu menoleh ke arah Nugraha. “juga Marcel dan Ferdi.” Nugraha yang tidak mengerti pun bertanya, “Maksudnya?” “Sepuluh menit yang lalu Prince Group telah memutus kontrak kerja sama dengan perusahaan WNE Group.
“Malam ini juga Bagas harus menghadapiku!” seru Raja. “Aku juga akan menghukumnya!” sahut Nugraha yang tak kalah murkanya. Ayyara yang bediri di tengah-tengah mereka pun berkata, “Kakek belum sembuh total. Biarkan Mas Raja yang menanganinya.” “Tidak. Kakek mau ikut. Aku–” “Ara benar. Sebaiknya Kakek tidak perlu ikut,” potong Raja. “serahkan semua urusan ini kepadaku.” “Baiklah.” Nugraha berujung mengalah. Raja menoleh ke arah Anton, “Apakah kamu sudah merekamnya?” Anton mengangguk cepat, “Sudah, Pak.” “Kirimkan rekamannya kepadaku,” pinta Raja. *** Bagas mengetahui kalau Jamal dan teman-temannya tertangkap dan diadili. Namun, saat ini dia sama sekali tidak panik. Dia sudah memiliki rencana untuk mengantisipasinya. Bahkan di saat ini dia bermain dengan wanita jalang di sebuah kamar. Tanpa Bagas sadari, di luar sana Raja dan orang-orangnya berhasil melumpuhkan semua anak buahnya yang ditugaskan untuk menjaganya. BRAK! Bagas dan wanita jalangnya spontan menoleh ke arah pintu
“Berlatih menembak,” ucap Anton. Tubuh Jamal semakin begetar hebat, “Saya mohon, Pak. Jangan jadikan saya kelinci percobaan.” Jamal tampak begitu panik melihat tangan Anton mulai terangkat dan mengarahkan pistol ke arah apel yang berada di atasnya, “Saya akan jujur. Saya akan mengatakan siapa yang telah menyuruh saya.” Sudut bibir Anton terangkat, memang ini adalah rencananya untuk memaksa Jamal mengakui segalanya. “Saya janji,” ulang Jamal mencoba meyakinkan Anton. Jamal tak punya pilihan lain. Dia tidak bisa terus-menerus mempertahankan pendiriannya jika tidak ingin nyawanya yang melayang. “Penawaran yang sangat menarik. Tapi jika sekali saja kamu berbohong, aku tidak segan-segan membunuhmu!” seru Anton sambil menempelkan moncong pistol tepat di dahi Jamal. “bukan apel lagi, tapi peluruku akan menembus kepalamu!” “Ba-ik, Pak. Saya akan jujur.” Suara Jamal nyaris tak terdengar karena diselimuti rasa takut yang membesar. “Cepat katakan, Jamal! Jangan bertele-tele!” geram Anton.
“Halo, Pak Raja … Saya sudah berhasil menjalankan tugas dari Pak Raja,” ucap Anton di seberang telepon. Nugraha yang mendengarnya pun merasa terheran-heran. Raja yang sedari tadi mengintip di balik pintu, dia pun masuk kembali dan menghampiri Nugraha. “Lakukan sesuai rencana, Anton,” ucap Raja yang sudah berdiri di samping Nugraha. “Baik, Pak,” jawab Anton, dan setelahnya telepon terputus. Nugraha yang kebingungan pun menatap Raja dengan ekspresi yang begitu serius, “Siapa kamu?” “Aku suami Ayyara, menantu Kakek,” jawab Raja. “Jawab yang jujur. Siapa kamu sebenarnya?” tanya Nugraha. “Aku Raja Elvano Darmendhara. Putra Banara Darmendhara,” jawab Raja serius. “Kamu jangan bercanda.” Raut wajah Nugraha memerah. “Mas Raja nggak bohong, Kek,” sahut Ayyara yang muncul dari luar dan berjalan mendekat. “Mas Raja adalah putra Ayah Banara Darmendhara, pemilik Darmendhara Group.” Nugraha tercengang mendengarnya, tetapi dia masih menganggap Raja dan Ayyara telah berbohong. “Candaan ka
“Siapa kamu?” tanya Nugraha.Ayyara merasa heran dengan pertanyaan Nugraha, karena pria itu tak lain dan tak bukan adalah Raja. Dia takut sang Kakek lupa ingatan.“Apa Kakek saya baik-baik saja?” tanya Ayyara kepada si perawat yang sudah berdiri di sampingnya.Si perawat itu menatap Nugraha dengan senyuman ramah, “Maaf, Pak. Nama Bapak siapa?”“Nugraha.”“Dan mereka siapa?” Perawat itu menunjuk ke arah pasangan suami-istri.“Ayyara dan Raja, menantuku,” jawab Nugraha.Ayyara tersenyum, merasa tidak ada masalah dengan ingatan Nugraha. Sementara, perawat itu memeriksa keadaan sang Kakek secara keseluruhan.“Kepala Bapak terluka. Jadi jangan banyak bergerak dulu,” ucap perawat itu setelah selesai melakukan pemeriksaan.“Terima kasih,” balas Nugraha, dan perawat itu pergi dari ruangan setelah berpamitan.Usai kepergian si perawat, Nugraha menatap Raja yang berdiri di samping Ayyara.“Raja? Jujurlah kepada Kakek. Kenapa kamu bersama dengan Pak Anton waktu menyelamatkanku?” tanya Nugraha.“
Raja dan Anton segera masuk ke mobil. Hanya memerlukan waktu kurang dari 10 menit, mereka sudah sampai di sebuah aprtemen, tempat Nugraha dibawa.Raja langsung turun dari mobil, diikuti Anton dan anak buahnya.Sementara, di dalam apartemen Jamal dan teman-temannya tampak terlihat panik bukan main. Pasalnya mereka tahu kalau orang-orangnya Nugraha sedang menuju ke tempatnya.Tak ingin celaka, mereka pun menggunakan Nugraha sebagai tameng untuk menyelamatkan diri.BRAK!Sontak semua mata menoleh ke arah pintu yang di dobrak. Jamal pun langsung menempelkan pistol ke pelipis Nugraha yang terikat tak sadarkan diri di kursi.Raja yang melihat wajah Nugraha yang dipenuhi darah, seketika aura mengerikan begitu kental menguar dari dirinya.“Jangan berani mendekat! Atau kalian akan melihat Nugraha mati di tanganku!” ancam Jamal penuh mengintimidasi, walau dia sendiri sebenarnya agak gentar menghadapi Raja dan anton beserta anak buahnya.“Kamu telah melakukan kesalahan besar, Jamal!” seru Anton
“Kurang ajar!” pekik Jamal tanpa dia sadari belum memutus sambungan telepon. “Anda mau mati, hah?!” Tentu saja di seberang sana Ayyara yang mendengarnya seketika berteriak, “Kakek?! Siapa kalian?!” Jamal kaget dan baru menyadari kecerobohannya, tetapi karena terlanjur dia pun berterus terang, “Kakekmu akan mati di tanganku!” Usai mengatakan itu, Jamal seketika memutus sambungan telepon sepihak. Dia lalu menatap Nugraha dengan tatapan penuh amarah. “Aku tidak sekedar berbual! Malam ini anda harus mati!” Nugraha malah membalasnya dengan cengiran lebar. Dia sama sekali tidak terlihat takut. Dia tahu setelah ini Ayyara akan meminta bantuan Anton untuk melacak keberadaannya, entah itu dirinya dalam keadaan selamat ataupun mati. “Kamu ingin membunuhku? Silahkan. Tapi nyawa dibayar nyawa. Aku mati, kalian juga pasti akan mati! Cucuku punya hubungan dekat dengan Pak Anton,” ucap Nugraha. Situasinya kini berubah, justru sekarang Jamal dan teman-temannya yang terlihat panik-sepaniknya. “
“Kali ini kamu menang. Tapi ilmu wing chungku akan mematahkan tulangmu!” seru pria itu sambil menggerak-gerakkan tangannya. Melihat Raja hanya terdiam, pria itu mulai maju menyerangnya. “Kamu tidak akan bisa menahan gempuran pukulanku!” Raja menangkis serangan demi serangan yang mengandalkan teknik kecepatan tangan. Awalnya dia kewalahan, tetapi akhirnya dia dapat mengimbanginya. Raja yang tak ingin bermain-main, ketika ada kesempatan dia langsung menyarangkan pukulan di dada lawannya hingga terpental ke belakang. Para penjahat lagi-lagi dibuat terkejut. Mereka berulang kali menggeleng-geleng tak percaya melihat Raja juga memiliki ilmu whing chung. Bahkan pergerakannya lebih cepat dan gesit. “Tidak masuk akal,” gumam pimpinan penjahat tanpa disadari. Sementara, Ayyara berhasil membuka pintu mobil dan mengambil ponselnya. Dia lalu cepat menjauh dan berdiri di tempat asalnya agar mereka tidak curiga. Secara diam-diam, dia pun mengirim pesan kepada Anton untuk meminta bantuan. “B
Ancaman pria itu tampak tidak main-main, membuat Ayyara yang mendengarnya semakin mengkhawatirkan keselamatan Raja. Dia berulang kali menarik tangan sang suami untuk cepat-cepat berlari masuk ke dalam mobil. Namun, suamimya malah merespon dengan segurat senyuman sembari menggelengkan kepalanya. “Kalau lari, mereka justru akan menembak kita,” bisik Raja. Ayyara baru menyadari kebodohannya. Dia pun akhirnya menatap tajam kepada para penjahat. “Pergi! Jangan sakiti suamiku!” Teriaknya, walaupun keringat dingin mulai membasahi dahi. Teriakan Ayyara mulai menarik perhatian beberapa orang. Namun, pimpinan penajahat itu dengan mudah mengatasinya. Dia tersenyum kepada orang-orang yang berada di sekitar sana, “Maaf menganggu. Kami hanya berakting buat film pendek.” Benar saja, semua orang percaya dan hanya berlalu lalang tanpa curiga lagi. Selepas itu, pimpinan penjahat kembali menatap Ayyara, “Gampang sih. Kalau suamimu tidak ingin disakiti, ikutlah dengan kami,” ucapnya sambil sesekal