“Security! Keluarkan brengsek ini dari sini sekarang juga! Cepat!” titah Ayyara.Marcel menatap Ayyara dengan tatapan tajam. Untuk kesekian kalinya wanita itu berani mengusirnya dari perusahaan Jaya Kosmetik.“Kamu melakukan kesalahan besar, Ayya!” teriak Marcel dengan wajah marahnya melototi Ayyara.“Sepertinya anda tidak bisa diajak bicara baik-baik. Jangan salahkan jika kami bertindak tidak sopan terhadap anda!” ancam Ayyara.Tanpa menunggu respon dari Marcel, 2 orang security langsung meringsek maju mencengkeram pundaknya.“Lepaskan tangan kalian! Aku bisa pergi sendiri dari sini!” Suasana hati Marcel sangat kesal dengan perlakuan ini.Setelah 2 orang security itu melepaskannya, Marcel menatap Ayyara dengan senyuman penuh arti, “Ayya! Aku akan melupakan perlakuan burukmu jika kamu mau bekerja sama denganku. Ayo kita pergi temui pendiri Dira Group.”Ayyara membalas tawaran Marcel dengan melemparkan tatapan dingin. Dia sudah muak melihat pria brengsek itu masih terlalu angkuh.Karen
“Kami sekarang membawa mereka ke rumah sakit,” ucapnya. “Selama mereka ada di kandang sapi, mereka seperti orang gila. Mereka tampak frustasi dan beberapa kali melakukan percobaan bunuh diri. Tadi pagi anak buahku melapor kalau mereka tidak sadarkan diri.”Raja yang mendengarnya sama sekali tidak prihatin. Itu adalah hukuman untuk semua kejahatan yang mereka lakukan.Berbanding terbalik apa yang dirasakan oleh Ayyara yang turut mendengarkannya. Dia merasa prihatin dengan keadaan Margareth dan Radit. Sebesar apapun kejahatan yang mereka lakukan, mereka tetaplah keluarga besar Nugraha.“Tetap jalankan tugasmu. Bawa mereka kembali ke kandang sapi setelah mereka sadarkan diri,” ucap Raja terdengar dingin lalu memutus sambungan telepon. Takut terjadi sesuatu yang tak diinginkan, Ayyara berkata, “Menurut Ara sebaiknya mereka dipindahkan ke penjara saja. Hukuman yang lebih wajar dan manusiawi.” dia berharap Raja sedikit berbelas kasih.“Mereka sendiri yang memilih. Kecuali mereka berubah pi
“Tidak ada yang salah! Semua data ini 100 persen benar!” ucap Ayyara begitu serius sembari tangan kanannya mengangkat kertas itu. “kalau tidak ada kepentingan lain, silahkan anda keluar!”Nugraha yang duduk di samping Ayyara, mengamati setiap gerak-gerik Berry, berjaga-jaga takut pria itu bermain tangan.“Sialan! Ini nggak mungkin! Pasti ada kecurangan dalam proses seleksi!” protes Berry dengan suara beratnya. “Nggak ada orang yang lebih baik dariku!” kalimatnya menggema di ruangan aula.Ayyara memasang wajah dinginnya, mengingat awalnya dia ingin langsung mengeliminasi Berry lantaran lamaran pria itu memang tidak sesuai dengan riwayat pendidikannya. Namun, sang suami menyarankan agar pria itu diberikan kesempatan untuk membuktikan kesombongannya terlebih dahulu.“Oh Ya? Apa anda merasa dicurangi? Anda ingin melihat hasil ujian anda? Nilai anda bahkan paling terendah dari kandidat lainnya. Itu membuktikan bahwa anda tidak kompeten dan quality di bidangnya,” ucap Ayyara.“Kamu pasti b
[Sekali lagi kamu menghubungiku, aku akan membunuhmu!] Balas Raja dengan raut wajah begitu kesal. Alexander membalas pesan itu, “Jika nyawa saya bisa memperbaiki hubungan Pak Raja dengan Pak Banara, maka saya siap dibunuh. Tolong Pak, temui Pak Banara sebelum semuanya terlambat.” Raja yang kesal langsung memasukkan ponselnya tanpa membalas pesan itu. Dia lalu melanjutkan langkahnya menuju ruangan aula. “Mas lihat Kakek, nggak?” tanya Ayyara pada Raja yang melangkah menghampirinya. “Tidak,” jawab Raja. “Oh itu Kakek,” ucap Ayyara kala mendapati Nugraha juga baru masuk ke ruangan. “Kakek sudah tahu nggak kabar Tante dan Radit? Mereka sekarang masuk rumah sakit,” ungkap Ayyara. “Sudah tahu.” Nugraha merespon dengang ekspresi biasa-biasa saja. Tidak terlihat rasa khawatir sedikit pun di raut Wajahnya. Ayyara menerbitkan senyuman kecil, “Kita bareng-bareng pergi ke sana ya, Kek.” . “Tidak perlu.” Lagi-lagi ekspresi Nugraha tidak menunjukkan rasa prihatin sama sekali. Ayyara terd
“Kami datang untuk menjual kalung ini,” ucap Ayyara. “tapi alangkah baiknya kita bicarakan di ruangan tertutup.”Leli sedikit terkejut mendengarnya. Dia yakin Ayyara sudah bosan dan ingin mencari model terbaru. Namun, setahunya orang yang punya kekayaan melimpah biasanya tidak akan menjual perhiasan yang tergolong langka, melainkan disimpan sebagai koleksi.“Baik, Bu. Silahkan ikuti saya ke dalam,” ucap Leli.Raja dan Ayyara mengikuti langkah Leli yang membawanya masuk ke sebuah ruangan tertutup.“Silahkan duduk, Pak, Bu,” ucap Leli sembari menunjuk sofa dengan tangan jempolnya.“Terima kasih,” balas Ayyara sembari mendaratkan tubuhnya di sofa, duduk bersebelahan dengan sang suami.Sementara Leli duduk di sofa yang berhadapan dengan mereka, di tengahnya di batasi oleh sebuah meja kaca.“Jadi, bagaimana? Kira-kira berapa harga kalung ini jika dijual?” tanya Ayyara sembari meletakkan sebuah kotak giwang berisi kalung bernama the heart of queen itu di meja.“Apakah Bu Ayya benar-benar i
“Kamu memata-mataiku?,” gumam Raja, kesal melihat Marcel dan 5 anak buahnya tengah berdiri menunggunya di luar. Raja merogoh ponselnya dan mengirimkan sebuah pesan kepada seseorang. [Kirimkan beberapa orang ke sini.] dia lalu mengirimkan alamatnya.Setelah mengirim pesan, Raja melangkah keluar. Semula, dia mencoba acuh tak acuh saja, mengedikkan bahu dan bermaksud melewati mereka. Namun, Marcel mencegatnya.“Santai, jangan buru-buru,” ucap Marcel dengan senyuman sinis. “disuruh istrinya ngambil uang, ya? Haha suami kok jadi babu istrinya sendiri. Nggak malu, kamu?” senyumnya berganti tawa penuh ejekan. “Ups lupa aku. Kamu 'kan memang nggak punya malu, nggak punya harga diri. Peranmu bisanya cuma jadi Bapak rumah tangga.”Lima anak buah Marcel pun ikut menertawakan Raja.Raja meresponnya dengan melangkah pergi, membuat Marcel dan anak buahnya kesal dan langsung kembali mencegatnya.“Hei curut!” Kali ini raut wajah Marcel memerah. “sekarang kamu harus mengikuti semua perintahku. Kalau
“Sepertinya kamu memang tidak mengenalku, Marcel!” seru Raja sekilas menampakkan aura istimewanya, sebelum kembali memasang wajah datarnya.Marcel malah tertawa terbahak-bahak, “Bagun, Woi! Okelah tadi kamu berani karena kamu dibeking 7 orang bodyguard. Tali sekarang siapa yang akan melindungimu? Mau ngadu ke Anton? Haha.” Pria itu tampak begitu meremehkan Raja, lalu tangan kirinya menunjuk ke arah belakang. “Lihat tuh! mau adu mekanik dengan anak buahku yang berjumlah 20 orang?” Namun, tawa Marcel mendadak berhenti kala menyadari sesuatu, “Tunggu dulu, ngapain kalian ke sini?” Marcel berpikir sesaat, tidak mungkin mereka bisa membeli hunian di perumahan mewah yang berharga milyaran rupiah, kecuali …“jangan-jangan pendiri Dira Group membelikan rumah buat kalian?” tanya Marcel penasaran.Ayyara membalasnya dengan tatapan dingin, “Kalau iya, kenapa? Lagian anda tidak perlu kepo dengan urusan rumah tangga kami? Paham?”Marcel kesal bukan main mendapatkan jawaban seperti itu.Sebelum p
“Mau ke mana, Marcel? Urusan kita belum selesai!” Seru Raja. “Bukankah tadi kamu ingin adu mekanik?”Wajah Marcel kembali berubah cemas. Dia segera menggeser tubuhnya untuk bersembunyi di balik punggung salah satu anak buahnya.Masalahnya, anak buah Marcel juga terlihat gentar.Senyum bersahaja terkembang di wajah Ayyara, “Anak buah Pak Marcel ada berapa? 20, bukan?” tanyanya dengan wajah sok polos. “Lumayan juga, aku rasa cukup kuat melawan 30 orang.”Marcel terkejut mendengarnya. Dugaannya benar, juga tak menyangka anak buah mereka melebihi jumlah anak buahnya. “Nggak mungkin. Ini Mustahil.” Marcel menggeleng-geleng, seolah masih belum mempercayai apa yang didengar dan dilihat. “Nggak mungkin Ayya bisa menyewa orang sebanyak ini. Mereka pasti orang-orangnya pendiri Dira Group.”Ayyara yang mendengarnya terkekeh pelan, “Mereka spesial datang untukmu loh, Pak Marcel.” Bukan hanya Marcel, anak buahnya pun yang mendenger ucapan Ayyara langsung menciut. Bahkan ada beberapa orang yang t