Sebenarnya Nugraha ingin merayakan keberhasilan ini, tetapi Ayyara menolaknya karena merasa tidak enak hati pada ketiga orang itu yang baru terusir dari rumah.“Kakek, Ayya pulang dulu,” ucap Ayyara.“Baiklah, hati-hati di jalan.”Ayyara mengangguk sebelum dia melangkah pergi bersama sang suami.Di dalam taksi, Ayyara tampak gelisah. Keberhasilan mendapatkan proyek kerja sama dengan Prince Group rasanya kurang sempurna setelah ada pertikaian antara Nugraha dengan keluarganya sendiri.“Mas, apakah aku penyebab hancurnya hubungan keluarga besar Kakek?” tanya Ayyara dengan raut wajah sedih.“Tidak, Ara. Kalau aku ada di posisi Kakek, aku pasti melakukan hal yang sama. Mereka pantas mendapatkan hukuman,” jawab Raja.Ayyara menghembus napas berat dengan harapan masalah ini segera terselesaikan.***Saat Ayyara bersantai di teras rumah, ada seorang security menghampirinya.“Maaf, Bu Ayyara, di luar ada keluarga Bu Ayya.” kata security itu.“Siapa, Pak?” tanya Ayyara.“Mereka yang membuat ke
“Siapa yang mengizinkan kalian masuk ke rumahku?” tanya Raja sembari membuat gestur mengusir.Seketika mereka membelalakkan mata mendengar pria itu tanpa basa-basi secara terang-terangan mengusir mereka.“Hei curut! Berani kamu mengusir kami?!” bentak Radit penuh emosi. “suka atau tidak suka kami akan tinggal di sini!”“Silahkan tutup pintu dari luar,” balas Raja begitu dingin.Mendengar jawaban itu, emosi mereka semakin memuncak. Bahkan saking emosinya, Margareth melepas sepatu hak tingginya dan melemparkan ke arah Raja.Raja hanya menggerakkan kepalanya ke samping untuk menghindari lemparan benda itu. Sementara, Ayyara menghembus napas beratnya karena dia sudah memprediksi keributan pasti terjadi.“Dasar manusia sampah! Setelah kalian menghasut Papa, kalian nggak mau tanggung jawab?!” teriak Margareth. sembari menunjuk-nunjuk Raja dan Ayyara. “Memangnya siapa kalian, hah?! Kalian cuma orang asing di keluarga besar Nugraha! Tapi gara-gara kalian, Papa membenci anak dan cucunya sendir
“Seret mereka keluar!” titah Raja benar-benar serius. “Kamu!” Margareth tampak benar-benar marah. Dia menunjuk ke arah Raja dengan jari gemetar.Begitu dengan Bahri dan Radit. Namun, mereka tak dapat meluapkan kemarahannya ketika si security mulai menunjukkan tatapan bringasnya.“Secepatnya kalian pergi dari sini. Kalau tidak, aku tidak segan-segan bertindak kasar!” seru si security.Mereka tak kuasa menelan ludah. Kalimat si security barusan sedikit pun tidak ada keraguan di dalamnya.Namun, Margareth berusaha satu kali untuk tinggal di rumah ini. Dia menatap Ayyara dengan memasang wajah semelas-melasnya, “Ayya, tolonglah kami. Masak kamu tega sih membiarkan keluargamu sendiri tidur di jalanan.”“Iya, Ayya … lupakan sikap kurang ajar kami barusan. Tolong berikan kami izin tinggal di sini selama Kakek belum mencabut hukumannya.” Radit memohon dengan wajah tak kalah melasnya. “Kita ini keluarga. Kita harus saling membantu.”Keluarga? Kata-kata itu sangat menjijikkan. Ayyara sudah tah
Bahri menelan ludahnya, hal yang ditakutkan mungkin akan terjadi. Wanita selingkuhannya pasti meminta jatah, walau dia sudah menjelaskan kalau saat ini dia tidak punya pemasukan setelah dipecat Nugraha.Margareth yang melihat perubahan ekspresi sang suami, lantas bertanya, “Ada apa, Mas?”“Nggak ada apa-apa, aku cuma bingung mau minta bantuan ke siapa,” kilah Bahri sembari memainkan ponselnya supaya Margareth tidak curiga.Bahri mulai menghubungi teman-temannya satu per satu, tetapi tidak ada satu pun yang mau membantunya menyediakan tempat tinggal.Saat mereka benar-benar frustasi, ada sebuah panggilan masuk di ponsel Margareth.“Ulva?” Mengetahui siapa yang menghubunginya, perlahan sudut bibir Margareth terangkat. “aku tahu caranya biar bisa tinggal di apartemen.”***Hari berganti, Ayyara mulai bekerja kembali di perusahaan ACB Group. Begitu pun dengan Raja yang bekerja di Prince Group. Dia juga seringkali mendapatkan panggilan dari Alexander, tetapi dia masih tetap dengan pendir
Halo, teman-teman pembaca. Terima kasih karena sudah menanti karya saya. Mohon maaf, bila saya belum dapat update dan membalas komentar teman-teman dalam beberapa hari terakhir. Keluarga saya sedang dalam kondisi berduka dan tenaga saya dibutuhkan. Selain itu, kondisi saya belakangan agak drop dan berakhir terpaksa diopname karena terkena DBD. Sekali lagi, mohon maaf atas ketidaknyamanannya. Mohon tetap nantikan karya ini, ya!
“Aw, nikmat.” Suara Ulva terdengar mendesah. Sebelah tangannya pun beraksi menuju ke arah paha Raja, tetapi pria itu langsung menepisnya. Raja yang mulai benar-benar kehilangan kesabaran, dia mendorong ulva dengan keras sehingga tubuhnya terbentur ke dinding mobil. “Ah … sakit!” Ulva menjerit, bahkan satu tangannya memegangi kepalanya yang terasa pusing akibat terbentur ke kaca mobil. Namun, Ulva mencoba mengabaikan rasa sakitnya dan menerbitkan senyuman menggodanya. Ketika dia menoleh ke samping, mendadak senyuman itu menghilang saat melihat tatapan Raja begitu menyeramkan bak seorang pembunuh. “Apa anda bosan hidup?!” Suara Raja begitu dingin dengan menatap tajam dan lurus pada Ulva. Ulva menelan ludahnya, tatapan itu benar-benar membuat tubuhnya gemetar. Aura mengerikan milik Raja turut dirasakan si sopir. Walau tak bersitatap secara langsung, tubuh pria itu merinding dan ketakutan. Merasa ancaman Raja tidak main-main, Ulva menoleh ke arah kemudi, “S-top, Pak.” Saking takut
“Mas Raja?!” pekik Ayyara tanpa dia sadari. Dia menggeser pesan itu yang berisikan beberapa foto. Tatapannya pun semakin terbuka lebar seolah-olah bola matanya ingin keluar dari tempatnya. “Mas Raja, kamu ….” jantungnya mulai berdetak, keringat pun mulai bermunculan. Semu orang ikut terkejut. Mereka penasaran melihat perubahan ekspresi Ayyara. Padahal barusan wanita itu tampak menebarkan senyum bahagia, tetapi kini mendadak wajahnya memerah seperti menahan amarah. “Ada apa, Bu Ayya?” tanya Tanjung. “Apa ada masalah serius?” Begitu pun sebagian karyawan yang menanyakan hal yang sama. Ayyara tersadar perubahan ekspresinya membuat semua orang bertanya-tanya, “Maaf, saya ke ruangan saya dulu,” katanya dengan ekspresi datar sembari melangkahkan kakinya. Di ruangan manajer tim keuangan, Ayyara kembali melihat layar ponsel miliknya yang berisikan foto tak senonoh seorang wanita bersama sang suami di dalam taksi. “Mas Raja selingkuh?” Berulang kali Ayyara menggelengkan kepalanya. Dia t
“Nggak perlu berpura-pura lagi, Mas. Semenjak kapan Mas berselingkuh?!” tanya Ayyara masih dengan nada penuh emosi. “Siapa yang menghasutmu?” Raja balik bertanya sembari sesekali tatapannya melirik ke arah ketiga orang itu.“Begitu ya kalau orang tukang selingkuh? Udah ketangkap basah malah menuduh istrinya?” sindir Margareth.Ayyara yang sudah terlanjur dikuasai amarah, dia mengangkat ponsel miliknya tepat di depan mata sang suami, “Mas masih belum mau mengakuinya? Kakek, Paman, Tante, Radit juga mendapatkan kiriman ini.” Raja mengambil ponsel milik Ayyara. Dia terkejut, bukan hanya satu foto, melainkan beberapa foto yang menunjukkan seolah-olah dirinya bermain wanita di dalam taksi. Semua foto yang ditunjukkan itu telah di edit.Margareth, Bahri, dan Radit tersenyum puas melihat perubahan ekspresi Raja.Sementara, Nugraha sedari tadi hanya terdiam, walau sebenarnya dia menahan amarah karena Raja berani menyakiti hati Ayyara. Ayyara menatap mata sang suami dalam-dalam, “Kenapa Ma