Home / CEO / Menantu Konglomerat / 4. Alasan Kuat Menceraikan Vincent

Share

4. Alasan Kuat Menceraikan Vincent

Author: Prince Arthur
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

“Semua yang aku bilang barusan itu bukan bualan. Bukti nyatanya ada. Tim intel pusat Ananta sudah coba mencari berkas-berkas di tiap CCTV dan koran-koran selama tiga tahun terakhir. Dan, kita menemukan sebuah tragedi yang sangat persis seperti mobil yang kamu tumpangi.”

“Aku ingat betul, waktu itu, kamu sedang mencari tumpangan untuk menghadiri meeting di Australia. Seseorang menjemputmu, dan ternyata itu cuma jebakan. Ada komplotan yang ingin bunuh kamu, mereka adalah organisasi Black Mamba. Selain bunuh kamu, mereka juga mengincar nyawa seorang gadis bernama Wendy, anak sulung dari Keluarga Bramasta. Bramasta juga rekan kerja ayahmu. Bramasta sempat membuat kegaduhan yang memancing amarah Black Mamba. Kumohon, kembalilah!"

“Mereka sengaja menculikmu dan ingin membunuhmu, tapi untungnya, kamu berhasil kabur, lalu melarikan diri ke Indonesia. Tapi, pengejaran tidak cukup di situ...”

Raul menarik nafas dalam, selaras kemudian, melanjutkan ceritanya.

“Di pinggiran kota FY, mereka berhasil menemukanmu dan ternyata ponselmu sudah ditukar. Ananta diminta mengeluarkan imbalan, tapi Tuan Besar Daniel tidak mau memberinya karena tahu itu cuma tipuan. Hingga pada saat pengejaran hampir usai, kamu tidak sengaja menabrakkan mobil milik orang asing di sana yang baru saja kamu beli, lantas dirimu koma selama beberapa hari.”

Raul mulai hampir menitikkan air mata mengingat kisah itu. “Kondisimu parah, tapi seseorang menyelamatkanmu dan membawamu ke rumah sakit. Dia adalah Fasya, ibu angkatmu. Juga ada orang baik hati, yaitu ayah kandung Stevia, sekaligus mertua laki-lakimu. Mereka sepakat mengucurkan ratusan juta untuk operasimu. Dan, sekarang, kamu sudah kembali. Kami berhasil menemukanmu.”

Tanpa sadar, Vincent sudah melakukan apa yang diminta perempuan itu. Dan memang, seperti yang selalu terjadi, dia tidak bisa mengingat apa-apa soal kehidupannya sebelum dia tinggal bersama ibu angkatnya. Malah dia justru sakit kepala ketika kembali mencobanya.

Dengan kata lain, tiga tahun yang lalu itu, dia memang hilang ingatan. Dan, yang dia ingat hanya namanya, Vincent, tidak lebih. Nama belakang 'Ardiansyah' diberikan oleh Hana untuk mengingat mendiang anaknya yang juga seumuran Vincent.

Tetap saja, bukan berarti apa yang dikatakan perempuan itu padanya tadi benar adanya. Pria tampan nan jangkung itu tidak langsung percaya, akan tetapi masih menimbang-nimbang.

Jika dia memang benar pewaris sah seluruh harta kekayaan Ananta, dia bisa memanfaatkan itu untuk membalas perlakuan Anindya dan Stevia yang selama ini terus menindasnya, juga pacar baru Stevia, Jacob yang merupakan anak salah satu miliarder di negeri ini.

Vincent menggelengkan kepala.

“Pergilah! Sebentar lagi istriku muncul dan aku harus mengantarnya pulang,” ucap Vincent, ketus.

Mendapati upayanya membawa Vincent kembali ke Ananta nyaris sia-sia, Raul menghela napas. Dia lalu mengeluarkan sebuah kartu dan menunjukkannya pada Vincent.

“Apa ini?” tanya Vincent, mengambil kartu tersebut.

“Ini kartu ajaib yang hanya dimiliki oleh anggota-anggota terbaik Ananta. Kartu ini bisa digunakan untuk segala jenis transaksi, mulai dari yang legal maupun ilegal. Tanpa ada limit apa pun!” jawab Raul.

Vincent membolak-balik kartu itu. Warna dominannya hitam pekat, dan di salah satu sisinya ada ukiran seekor naga berwarna emas.

‘Apalagi ini?’ pikirnya.

Jika benar itu prank, Vincent salut sebab tampaknya perempuan di hadapannya ini sudah menyiapkan segalanya dengan baik. Bahkan dia dan timnya sudah mencetak sebuah kartu yang terlihat sangat berkelas dan elegan itu!

“Kalau nanti kamu berubah pikiran, hubungi saja aku di nomor ini,” ucap Raul kemudian, kali ini menyodorkan selembar kertas kecil berisi nomor ponselnya.

“Aku tahu kamu sedang butuh uang yang banyak untuk biaya pengobatan penyakit dalam ibu angkatmu. Kamu bisa gunakan kartu ajaibmu itu. Semuanya akan selesai dalam sekejap,” lanjutnya.

Apa yang dikatakan Raul ini membuat Vincent terkejut, sampai-sampai kertas yang disodorkan Raul itu tak sempat dipegangnya dan jatuh ke dekat pedal gas.

Saat Vincent kembali menegakkan punggung setelah mengambil kertas tersebut, dia mendapati perempuan berbaju serbahitam itu sedang berjalan menjauh, menuju sebuah sepeda motor yang terparkir agak jauh di depannya.

“Hey, tunggu! Bagaimana kamu tahu kalau ibuku menderita penyakit dalam yang parah?” teriak Vincent, saat dia turun dari mobil.

Vincent tak menyadari, di titik ini istrinya sedang berjalan ke arahnya dan menatapnya dengan jijik.

Stevia melihat Vincent bicara dengan seorang perempuan. Amarahnya terpancing. Jika orang-orang kantor tahu Vincent berbincang dengan seorang selain dirinya, bisa-bisa hal ini jadi gosip terhangat di kalangan orang-orang kantor.

Orang-orang kantor tahu kalau Vincent dan Stevia adalah sepasang suami istri, meski mereka tidak tahu kalau pernikahan keduanya hanya sebatas pernikahan kontrak sekaligus balas budi Vincent karena mertua laki-lakinya telah baik hati membiayai biaya operasinya serta perawatan penyakit Fasya.

“Sialan si Vincent, bisa-bisanya ngobrol sama cewek di parkiran kantor! Dih, miskin masih tebar pesona.” Stevia menggerutu kesal. Wajahnya mulai memerah, tangannya tidak sabar mendaratkan tamparan di pipi kiri Vincent.

Stevia berjalan tanpa mengatakan apapun. Vincent coba menyapa Stevia, tapi perempuan itu lekas masuk mobil dan menutup pintu keras-keras.

Brak!

Vincent tersentak. Ternyata jadi suami kontrak tidak semudah yang dia bayangkan.

“Ka-kamu kenapa?” Vincent coba bertanya halus, tapi Stevia tidak mau menjawab.

Di satu sisi, Stevia sangat senang bisa memergoki Vincent bicara dengan perempuan lain, itu bisa dia jadikan alasan kuat untuk menceraikan lelaki miskin itu.

Tapi di sisi lain, dia tidak habis pikir, kenapa Vincent melakukannya tepat di depan kantor.

“Tolong jelasin kenapa...” Vincent coba memelas, minta penjelasan kenapa perempuan itu marah besar di hadapan Vincent.

Tapi tiba-tiba...

Pletak!

Pletak!

Stevia memukul kepala belakang Vincent dengan bagian belakang ponselnya. “Ada dua pelanggaran berat yang baru saja kau langgar!” Stevia menaikkan suaranya.

Related chapters

  • Menantu Konglomerat   5. Hanya Untukmu, Ibu

    Stevia sempat mencekik leher Vincent hingga pria itu susah nafas. Mobil yang mereka tunggangi meliuk-liuk di jalan raya. Karena takut, Stevia akhirnya melepas cekikan itu.“Budak dekil, ingat ya, jika sampai perbincangan tadi diketahui salah satu pegawai kantor, aku tidak segan menendangmu keluar dari Keluarga Tatumia, mengusirmu secara tidak hormat, lalu membakar semua pakaian yang kau bawa!”“Aku bisa jelaskan semuanya...” Vincent menganggap Stevia cemburu dengan kelakuannya, padahal nyatanya tidak.Stevia sama sekali tidak cemburu, dia malah senang melihat Vincent berbincang dengan gadis tadi. Itu bisa dia jadikan alasan untuk menceraikan Vincent, lantas cepat-cepat menikahi Steve.Pletak!Stevia kembali mengayunkan ponselnya ke kepala belakang Vincent, membuat lelaki itu merintih hingga akhirnya diam tak berani bicara.Vincent berusaha tegar, matanya tetap fokus pada jalan raya, tapi hatinya rapuh, pecah jadi beberapa bagian. Bagai kaca yang dibanting ke tanah, kurang lebih sepert

  • Menantu Konglomerat   6. Gaji Terakhir

    Hana kembali sakit setelah tiga bulan terakhir tidak menjalani terapi karena sang malaikat telah pergi untuk selama-lamanya. Stevia dan Anindya memutus biaya terapi pengobatan Hana sehingga mau tidak mau, Vincent harus bekerja ekstra dengan menjadi pelayan di klub malam demi bisa membelikan obat untuk ibu angkatnya.Cukuplah batuk berdarah dan adanya infeksi kelenjar itu jadi tanda jika ibu angkatnya butuh uang untuk segera operasi!Vincent kembali menyemangati dirinya sendiri, menanamkan tekad kalau dia harus bisa menahan siksa demi siksa yang dilakukan Keluarga Tatumia, lebih-lebih Stevia.Usai membanting ponsel, Vincent ingat, dia tadi diberi sebuah kartu hitam berlogokan sesuatu yang disepuh menggunakan tinta emas di ujung kirinya.“Kartu emas ini,” lirih Vincent, tak henti-hentinya dia menatap kartu itu. “Sebentar, misal ini benar-benar prank dari Raul, tidak mungkin Raul memberi kartu mewah ini secara cuma-cuma. Mungkin apa yang diucap Raul ada benarnya, aku memang pewaris selur

  • Menantu Konglomerat   7. Aku Ada Urusan!

    Di tempat kerja, seperti biasa, dia selalu direndahkan, dan di anak-tirikan. Berbeda dengan pegawai lain, Vincent selalu diperlakukan tidak layak.“Angkat sekopmu dan pindahkan semen yang berserakan! Gara-gara kamu, semua pekerja di sini ikut repot. Dasar tidak tahu diri, mending kamu kerja di bar jadi pelayan tante-tante!” seorang pekerja nampak memaki Vincent karena tidak fokus mengangkat sak semen hingga salah satunya jatuh.“Aku tidak mau tahu, jangan sampai gara-gara semenmu yang jatuh, kami juga ikut ganti rugi! Cepat, bayar 150 ribu untuk harga satu sak semen! Masih untung kami mau bantu kamu beresin, coba nggak, kamu bisa dipecat dari pekerjaan ini!”Vincent hanya diam. Dia masih berpikir keras apakah dirinya memang anak seorang bangsawan terkemuka, atau hanya seorang kuli bangunan kumuh.Usai menyelesaikan semuanya, Vincent tidak ambil jatah makan siang dan langsung pergi ke Bank Platina, berharap, dia bisa menemukan lokasi bank itu sebelum hari beranjak sore.“Aneh. Tumben-t

  • Menantu Konglomerat   8. Mulut Manis dan Gadis Matre

    “Urusan?” satpam itu memandang Vincent sambil tersenyum. “Apa kamu tahu Bank Platina itu bank macam apa?” pandangannya menyorot penampilan Vincent yang sangat tidak senonoh. “Kamu bisa ada urusan apa di sini?”Sebagai penjaga keamanan Bank Platina, pria itu telah melihat berbagai macam nasabah bank tersebut. Ada yang datang ke bank untuk melakukan setoran, melakukan transfer, dan banyak lagi. Kesamaan yang dimiliki orang-orang tersebut adalah … pakaian mereka yang glamor serta kendaraan mewah yang mereka pakai. Tak ada barang tak bermerek yang melekat di tubuh para nasabah itu.Lalu, bagaimana dengan Vincent?Vincent baru saja keluar dari lokasi konstruksi, seluruh tubuhnya kotor, rambutnya berlumuran abu semen dan wajahnya terlihat kusam. Lihat saja pakaiannya! Rompi putih terlihat termakan usia dan mulai menghitam, sepatu yang dia pakai saja sudah begitu usang! Kalau ada yang bilang Vincent adalah seorang pengemis, maka penjaga keamanan itu akan percaya! Lalu, bisakah orang semacam

  • Menantu Konglomerat   1. Pikirkan Baik-Baik, Tuan!

    “Kerja itu yang becus, jangan cuma bengong terus ngeliatin temen-temenmu angkatin semen!?”“Ta-tapi, Pak, saya sudah bekerja dari jam tujuh tadi dan belum ambil jatah istirahat makan siang sama sekali. Sedangkan mereka, sudah ambil lebih dulu jam satu siang tadi. Saya belum makan, Pak, saya capek.”“Masabodo! Cepat kerja, dari pada kamu dipecat!?”Vincent, pria jangkung nan tampan, nampak mengelap peluh keringatnya setelah bekerja setengah hari penuh. Tapi, bosnya tidak peduli ketika dia ingin ambil jatah istirahat makan siang. Dia terlihat menyedihkan. Topi capil yang sudah usang, juga rompi yang mulai koyak merupakan pakaiannya ketika bekerja.Otot kekar terpampang jelas di tangannya yang sedikit terbuka menggunakan rompi, terlebih ketika dia berjalan menuju tumpukan semen dan mengangkatnya, lima sekaligus.Ini adalah tugas tim kontruksinya, memindahkan semen dari tiga truk besar ke dekat tempat kontruksi bangunan berlangsung. Setiap pekerja dijatah mengangkat 50 kantung semen, tapi

  • Menantu Konglomerat   2. Demi Sebuah Janji

    Vincent fokus menyelesaikan seluruh pekerjaannya dan mengambil jatah istirahat makan siang, lantas kembali dengan pakaian penuh debu dan bercak semen yang habis tercampur dengan air.Dalam hatinya, ada sedikit rasa percaya kalau apa yang dikatakan wanita itu adalah fakta. Pasalnya, dengan perawakan atletis dan wajah tampan, harusnya dia merupakan anak orang kaya. Apalagi saat dia pertama bekerja sebagai kuli bangunan, badannya gatal-gatal karena debu dan dempulan semen yang terciprat ke wajah.“Ah, sial. Ini membingungkan,” gerutunya.Sekembalinya dari kantor kontruksi, Vincent berjalan menuju sebuah komplek mewah di sekitaran kota JC.Seperti biasa, satpam komplek menghinanya karena menganggap Vincent beruntung telah jadi suami kontrak Keluarga Tatumia.“Cih, si miskin sudah pulang. Mampus, kamu cuma dimanfaatin di sana!? Cerai aja, deh, dari pada hidupmu makin tersiksa,” ujar Joko, sopir salah satu keluarga terkaya di komplek itu. Dia sedang bincang santai dengan para satpam.Vincen

  • Menantu Konglomerat   3. The Special One

    “Masih mau nawar? Dasar tidak tahu diri!?” Anindya menampar Vincent.“Apapun akan kulakukan asal aku diberi jatah waktu sampai pergantian bulan untuk tinggal di sini.”“Hmm, tawaran yang menarik,” ujar Anindya sambil memanggutkan kepala. “Kamu boleh tinggal di sini selama pergantian bulan, toh asisten rumah tanggaku sedang ambil cuti karena harus pulang kampung seminggu. Tapi, dengan syarat, kamu harus tidur di gudang, bersihin satu villa sehari dua kali, buatin kami makan, juga memotong seluruh rumput di halaman. Aku tidak mau tahu, setelah Bi Yusna kembali ke villa, barang-barangmu harus sudah dikemas dan kamu harus pergi saat itu juga. Bagaimana, kamu sanggup?”“Tukang kebun ke mana? Kenapa harus aku yang memotong rumput?”“Sanggup apa nggak?!” Anindya kembali membentak. “Misal nggak sanggup, silakan tanda-tangani surat cerai dan pergi dari sini!”“Sepakat,” pungkas Vincent, yang tidak mau dipusingkan lagi dengan omelan Anindya.“Oke, aku tinggal ke kantor sebentar. Sampai aku bali

Latest chapter

  • Menantu Konglomerat   8. Mulut Manis dan Gadis Matre

    “Urusan?” satpam itu memandang Vincent sambil tersenyum. “Apa kamu tahu Bank Platina itu bank macam apa?” pandangannya menyorot penampilan Vincent yang sangat tidak senonoh. “Kamu bisa ada urusan apa di sini?”Sebagai penjaga keamanan Bank Platina, pria itu telah melihat berbagai macam nasabah bank tersebut. Ada yang datang ke bank untuk melakukan setoran, melakukan transfer, dan banyak lagi. Kesamaan yang dimiliki orang-orang tersebut adalah … pakaian mereka yang glamor serta kendaraan mewah yang mereka pakai. Tak ada barang tak bermerek yang melekat di tubuh para nasabah itu.Lalu, bagaimana dengan Vincent?Vincent baru saja keluar dari lokasi konstruksi, seluruh tubuhnya kotor, rambutnya berlumuran abu semen dan wajahnya terlihat kusam. Lihat saja pakaiannya! Rompi putih terlihat termakan usia dan mulai menghitam, sepatu yang dia pakai saja sudah begitu usang! Kalau ada yang bilang Vincent adalah seorang pengemis, maka penjaga keamanan itu akan percaya! Lalu, bisakah orang semacam

  • Menantu Konglomerat   7. Aku Ada Urusan!

    Di tempat kerja, seperti biasa, dia selalu direndahkan, dan di anak-tirikan. Berbeda dengan pegawai lain, Vincent selalu diperlakukan tidak layak.“Angkat sekopmu dan pindahkan semen yang berserakan! Gara-gara kamu, semua pekerja di sini ikut repot. Dasar tidak tahu diri, mending kamu kerja di bar jadi pelayan tante-tante!” seorang pekerja nampak memaki Vincent karena tidak fokus mengangkat sak semen hingga salah satunya jatuh.“Aku tidak mau tahu, jangan sampai gara-gara semenmu yang jatuh, kami juga ikut ganti rugi! Cepat, bayar 150 ribu untuk harga satu sak semen! Masih untung kami mau bantu kamu beresin, coba nggak, kamu bisa dipecat dari pekerjaan ini!”Vincent hanya diam. Dia masih berpikir keras apakah dirinya memang anak seorang bangsawan terkemuka, atau hanya seorang kuli bangunan kumuh.Usai menyelesaikan semuanya, Vincent tidak ambil jatah makan siang dan langsung pergi ke Bank Platina, berharap, dia bisa menemukan lokasi bank itu sebelum hari beranjak sore.“Aneh. Tumben-t

  • Menantu Konglomerat   6. Gaji Terakhir

    Hana kembali sakit setelah tiga bulan terakhir tidak menjalani terapi karena sang malaikat telah pergi untuk selama-lamanya. Stevia dan Anindya memutus biaya terapi pengobatan Hana sehingga mau tidak mau, Vincent harus bekerja ekstra dengan menjadi pelayan di klub malam demi bisa membelikan obat untuk ibu angkatnya.Cukuplah batuk berdarah dan adanya infeksi kelenjar itu jadi tanda jika ibu angkatnya butuh uang untuk segera operasi!Vincent kembali menyemangati dirinya sendiri, menanamkan tekad kalau dia harus bisa menahan siksa demi siksa yang dilakukan Keluarga Tatumia, lebih-lebih Stevia.Usai membanting ponsel, Vincent ingat, dia tadi diberi sebuah kartu hitam berlogokan sesuatu yang disepuh menggunakan tinta emas di ujung kirinya.“Kartu emas ini,” lirih Vincent, tak henti-hentinya dia menatap kartu itu. “Sebentar, misal ini benar-benar prank dari Raul, tidak mungkin Raul memberi kartu mewah ini secara cuma-cuma. Mungkin apa yang diucap Raul ada benarnya, aku memang pewaris selur

  • Menantu Konglomerat   5. Hanya Untukmu, Ibu

    Stevia sempat mencekik leher Vincent hingga pria itu susah nafas. Mobil yang mereka tunggangi meliuk-liuk di jalan raya. Karena takut, Stevia akhirnya melepas cekikan itu.“Budak dekil, ingat ya, jika sampai perbincangan tadi diketahui salah satu pegawai kantor, aku tidak segan menendangmu keluar dari Keluarga Tatumia, mengusirmu secara tidak hormat, lalu membakar semua pakaian yang kau bawa!”“Aku bisa jelaskan semuanya...” Vincent menganggap Stevia cemburu dengan kelakuannya, padahal nyatanya tidak.Stevia sama sekali tidak cemburu, dia malah senang melihat Vincent berbincang dengan gadis tadi. Itu bisa dia jadikan alasan untuk menceraikan Vincent, lantas cepat-cepat menikahi Steve.Pletak!Stevia kembali mengayunkan ponselnya ke kepala belakang Vincent, membuat lelaki itu merintih hingga akhirnya diam tak berani bicara.Vincent berusaha tegar, matanya tetap fokus pada jalan raya, tapi hatinya rapuh, pecah jadi beberapa bagian. Bagai kaca yang dibanting ke tanah, kurang lebih sepert

  • Menantu Konglomerat   4. Alasan Kuat Menceraikan Vincent

    “Semua yang aku bilang barusan itu bukan bualan. Bukti nyatanya ada. Tim intel pusat Ananta sudah coba mencari berkas-berkas di tiap CCTV dan koran-koran selama tiga tahun terakhir. Dan, kita menemukan sebuah tragedi yang sangat persis seperti mobil yang kamu tumpangi.”“Aku ingat betul, waktu itu, kamu sedang mencari tumpangan untuk menghadiri meeting di Australia. Seseorang menjemputmu, dan ternyata itu cuma jebakan. Ada komplotan yang ingin bunuh kamu, mereka adalah organisasi Black Mamba. Selain bunuh kamu, mereka juga mengincar nyawa seorang gadis bernama Wendy, anak sulung dari Keluarga Bramasta. Bramasta juga rekan kerja ayahmu. Bramasta sempat membuat kegaduhan yang memancing amarah Black Mamba. Kumohon, kembalilah!"“Mereka sengaja menculikmu dan ingin membunuhmu, tapi untungnya, kamu berhasil kabur, lalu melarikan diri ke Indonesia. Tapi, pengejaran tidak cukup di situ...”Raul menarik nafas dalam, selaras kemudian, melanjutkan ceritanya.“Di pinggiran kota FY, mereka berhas

  • Menantu Konglomerat   3. The Special One

    “Masih mau nawar? Dasar tidak tahu diri!?” Anindya menampar Vincent.“Apapun akan kulakukan asal aku diberi jatah waktu sampai pergantian bulan untuk tinggal di sini.”“Hmm, tawaran yang menarik,” ujar Anindya sambil memanggutkan kepala. “Kamu boleh tinggal di sini selama pergantian bulan, toh asisten rumah tanggaku sedang ambil cuti karena harus pulang kampung seminggu. Tapi, dengan syarat, kamu harus tidur di gudang, bersihin satu villa sehari dua kali, buatin kami makan, juga memotong seluruh rumput di halaman. Aku tidak mau tahu, setelah Bi Yusna kembali ke villa, barang-barangmu harus sudah dikemas dan kamu harus pergi saat itu juga. Bagaimana, kamu sanggup?”“Tukang kebun ke mana? Kenapa harus aku yang memotong rumput?”“Sanggup apa nggak?!” Anindya kembali membentak. “Misal nggak sanggup, silakan tanda-tangani surat cerai dan pergi dari sini!”“Sepakat,” pungkas Vincent, yang tidak mau dipusingkan lagi dengan omelan Anindya.“Oke, aku tinggal ke kantor sebentar. Sampai aku bali

  • Menantu Konglomerat   2. Demi Sebuah Janji

    Vincent fokus menyelesaikan seluruh pekerjaannya dan mengambil jatah istirahat makan siang, lantas kembali dengan pakaian penuh debu dan bercak semen yang habis tercampur dengan air.Dalam hatinya, ada sedikit rasa percaya kalau apa yang dikatakan wanita itu adalah fakta. Pasalnya, dengan perawakan atletis dan wajah tampan, harusnya dia merupakan anak orang kaya. Apalagi saat dia pertama bekerja sebagai kuli bangunan, badannya gatal-gatal karena debu dan dempulan semen yang terciprat ke wajah.“Ah, sial. Ini membingungkan,” gerutunya.Sekembalinya dari kantor kontruksi, Vincent berjalan menuju sebuah komplek mewah di sekitaran kota JC.Seperti biasa, satpam komplek menghinanya karena menganggap Vincent beruntung telah jadi suami kontrak Keluarga Tatumia.“Cih, si miskin sudah pulang. Mampus, kamu cuma dimanfaatin di sana!? Cerai aja, deh, dari pada hidupmu makin tersiksa,” ujar Joko, sopir salah satu keluarga terkaya di komplek itu. Dia sedang bincang santai dengan para satpam.Vincen

  • Menantu Konglomerat   1. Pikirkan Baik-Baik, Tuan!

    “Kerja itu yang becus, jangan cuma bengong terus ngeliatin temen-temenmu angkatin semen!?”“Ta-tapi, Pak, saya sudah bekerja dari jam tujuh tadi dan belum ambil jatah istirahat makan siang sama sekali. Sedangkan mereka, sudah ambil lebih dulu jam satu siang tadi. Saya belum makan, Pak, saya capek.”“Masabodo! Cepat kerja, dari pada kamu dipecat!?”Vincent, pria jangkung nan tampan, nampak mengelap peluh keringatnya setelah bekerja setengah hari penuh. Tapi, bosnya tidak peduli ketika dia ingin ambil jatah istirahat makan siang. Dia terlihat menyedihkan. Topi capil yang sudah usang, juga rompi yang mulai koyak merupakan pakaiannya ketika bekerja.Otot kekar terpampang jelas di tangannya yang sedikit terbuka menggunakan rompi, terlebih ketika dia berjalan menuju tumpukan semen dan mengangkatnya, lima sekaligus.Ini adalah tugas tim kontruksinya, memindahkan semen dari tiga truk besar ke dekat tempat kontruksi bangunan berlangsung. Setiap pekerja dijatah mengangkat 50 kantung semen, tapi

DMCA.com Protection Status