“Bukannya kamu ingin mematahkan satu tanganku?” tanya Brandon dengan santai.“Aku mengerti!” Seketika Caleb langsung mengambil pisau dari atas meja makan, lalu menancapkannya di atas telapak kirinya.“Ahhh!” Terdengar suara jeritan histeris. Caleb malah tidak berani meronta, dia hanya jatuh berlutut dengan meneteskan keringat dingin. Sepertinya presdir baru ini sudah puas sekarang?Melihat gambaran ini, Brandon baru mulai berdiri. Dia mengulurkan tangan untuk menepuk-nepuk wajah Caleb, lalu berjalan keluar ruangan.Setelah itu, Caleb berusaha berdiri, lalu menatap bayangan punggung Brandon. Sepertinya presdir baru ini akan menjadi mimpi buruknya.…Setelah Brandon berjalan keluar Restoran Gurunavi, dia menyadari ada dua orang polisi berdiri di luar sana.“Suamiku!” Hannah berlari dari kejauhan. Dia spontan meraih tangan Brandon, lalu berkata, “Baguslah kalau kamu baik-baik saja.”“Tentu saja aku baik-baik saja.” Brandon tersenyum.“Hmph! Brandon, dasar berengsek, cepat terima kasih sa
“Kontrak memang sudah di tangan, tapi ….” Hannah menggeleng. Dia tidak tahu bagaimana menjelaskan masalah ini. Intinya, Hannah sudah susah payah mendapatkan investasi sebesar 600 miliar, tapi sekarang malah berubah menjadi 400 miliar. Anggota Keluarga Limantara lainnya belum tentu akan menerimanya.Selesai berbicara, mereka berdua berpamitan dengan Jocey, lalu bergegas meninggalkan tempat.…Di Perusahaan Investasi Sinjaya.Karen sudah selesai mengurus masalah di Restoran Gurunavi, dia pun berencana untuk pulang kerja.Saat melewati ruang kerja Winnie, tampak dia sedang terbengong ketika melihat kantongan barang mewah di depannya. Karen pada dasarnya tertarik dengan barang-barang seperti itu. Saat ini, dia pun berkata dengan tersenyum, “Bu Winnie, kamu lagi dikejar sama anak orang kaya, ya? Hadiahnya mahal-mahal semua.”“Anak orang kaya apaan? Semua ini pemberian Martin. Dia memberi semua ini berharap aku bisa menginvestasikan perusahaannya. Hanya saja, Pak Brandon sudah punya rencana
Ekspresi Kakek Herman berubah muram. Seandainya persyaratan kontrak berubah, Keluarga Limantara tidak akan untung banyak.Renald juga merasa kaget. Dia langsung bertanya, “Hannah, kenapa isi kontrak berubah sebanyak itu? Jangan-jangan kamu bekerja sama dengan mereka untuk menjebak kami?”Ketika mendengarkan ucapan itu, anggota Keluarga Limantara juga merasa ucapan Renald sangat masuk akal. Sebab, mereka semua pernah melakukan hal seperti itu. Jadi, Hannah memang pantas untuk dicurigai.Amarah Hannah hampir membeludak. Padahal dirinya sudah susah payah untuk mendapatkan kontrak kerja sama ini. Pada akhirnya, dirinya malah dituduh ingin menjebak Keluarga Limantara?“Plak!”Belum sempat Hannah berbicara, tiba-tiba sepotong kulit semangka melayang di udara mengenai wajah Renald.“Cih, cih, cih ….” Renald sedikit obsesi terhadap kebersihan. Sekarang malah ada sepotong kulit semangka bekas ludah orang lain mengenai wajahnya. Wajar kalau dia merasa jijik.“Brandon! Kamu bosan hidup, ya? Seben
Meskipun Hannah merasa sikap Brandon sudah keterlaluan, dia tetap merasa kedua orang itu pantas mendapatkan perlakuan seperti ini.Brandon mengambil sepotong semangka, lalu berkata dengan sinis, “Aku tidak melakukan apa-apa. Aku hanya sedang buang sampah saja. Tadi ada orang yang mulutnya bau seperti tong sampah. Jadi, aku refleks buang ke sana. Apa salahku?”“Kamu ….” Renald mengambil tisu untuk menyeka wajahnya. Saat ini, dia menatap Brandon dengan sekujur tubuh gemetar.“Kamu apa kamu? Istriku sudah memikirkan cara untuk menyelesaikan masalah yang dibuat putramu. Kalian bukannya berterima kasih, malah memfitnahnya mengambil keuntungan dalam kontrak itu? Oke! Kalau kalian sangat hebat, kita tidak perlu menandatangani kontrak ini! Suruh saja putramu untuk selesaikan masalah ini!” ucap Brandon.“Brandon, kamu kira kamu siapa! Kamu hanyalah seorang pecundang, apa kamu berhak untuk bicara dalam Keluarga Limantara?” Renald sungguh emosi. Dia menunjuk Brandon, lalu berkata, “Sudah sepantas
“Emm ….” Kali ini Hannah kebingungan, dan spontan melihat ke sisi Brandon.“Kamu setuju, ya,” ucap Kakek Herman dengan tersenyum. Di mata Herman, sepertinya Hannah memiliki hubungan dengan petinggi Perusahaan Investasi Sinjaya. Jika tidak, mana mungkin Hannah bisa mendapatkan kontrak dengan gampang?“Kakek, aku setuju ….”“Tidak boleh!” Alhasil, belum sempat Hannah berbicara, tiba-tiba Brandon langsung berdiri.“Sialan! Apa hubungannya masalah ini dengan kamu? Kenapa tidak boleh?!” Martin memegang keningnya sambil memaki. Hanya saja, dia mulai takut dengan Brandon. Sepertinya belakangan ini menantu pecundang ini sudah menggila? Dia selalu mencari masalah dan bersikap tidak sopan.“Brandon, aku tidak mengusirmu karena kamu adalah suaminya Hannah. Tapi, apa kamu benar-benar mengira dirimu adalah bagian dari Keluarga Limantara? Jadi, kamu berhak untuk bicara?” Tatapan Kakek Herman terlihat sangat dingin. Brandon sudah berkali-kali mengacaukan rencananya. Herman pun sudah cukup bersabar.“
“Ternyata Martin memang adalah harapan dari keluarga kita!”“Sepertinya meski nggak ada yang pergi ke Perusahaan Investasi Sinjaya, mereka tetap akan menghubungi kita ….Raut wajah Kakek Herman masih terlihat dingin. Dia pun mengerutkan keningnya sambil berkata, “Martin, apa kamu yakin kamu tidak salah?”“Tentu saja tidak!” Martin memegang ponselnya dengan bangga. Dia menghubungi nomor kontak Winnie, lalu membuka speaker ponsel.“Halo, Pak Martin.” Terdengar suara lembut Winnie dari ujung telepon.Martin yang mendengar pun merasa terlena dengan suara memesona itu. Dia langsung berkata, “Bu Winnie, tadi aku sempat bilang sama Kakek Herman mengenai masalah kedatangan kamu. Kakek sudah mempersiapkan makan malam buat kamu. Kamu datang jam berapa?”“Tidak perlu sungkan, aku hanya pergi untuk serahkan barangnya kepadamu.”“Kamu juga tidak perlu sungkan. Kalau begitu, nanti aku pergi jemput kamu saja, ya?”“Tidak perlu, aku bisa pergi sendiri. Sekitar pukul tujuh malam.”“Baiklah, kalau begit
“Kakek ….” Hannah menatap Kakek Herman dengan ekspresi gugup.Kakek Herman tersenyum. “Hannah, kamu sudah bekerja keras, tapi kontrak kamu tidak berguna bagi Keluarga Limantara. Tentu saja, aku juga tidak akan melupakan kerja kerasmu. Begini saja, setelah masalah ini selesai, Kakek akan bagi sedikit keuntungan untukmu.”Mengenai masalah manajer umum, Kakek Herman tidak mengungkitnya sama sekali. Sepertinya dia sengaja untuk melupakannya.Sebenarnya Herman tidak memeluk ekspektasi tinggi terhadap cucu perempuannya. Sebab, dia merasa investasi terhadap anak perempuan pasti akan berakhir buntung. Apalagi jika mendapat suami pecundang seperti suaminya Hannah!Sebelumnya Kakek Herman bisa menyerahkan pekerjaan penting kepada Hannah juga karena Hannah bisa mendapatkan kontrak. Namun berhubung Martin bisa mendapatkannya, Kakek Herman tentu akan menyingkirkan Hannah.Hannah hanya duduk dan tidak berkata apa-apa lagi. Kakek Herman bukanlah orang yang gampang mengubah keputusannya. Saat ini, mem
Pada saat ini, Kakek Herman yang berdiri di halaman pun mengangkat tangannya untuk melihat jam tangan. Dia lalu mengibaskan tangannya mengisyaratkan semua orang untuk jangan berisik.“Ingat, malam ini adalah malam yang sangat penting bagi Keluarga Limantara. Ini adalah satu-satunya kesempatan bagi Keluarga Limantara untuk bisa memasuki kelompok keluarga kalangan atas! Jadi, kalian semua harus bersemangat dan waspada. Apa kalian mengerti?”“Baik!” balas semua orang dengan tersenyum. Bagi mereka, Winnie adalah sandaran mereka. Tentu saja, mereka harus menjamu Winnie dengan sebaik mungkin.Pada saat ini, tiba-tiba Martin berbisik, “Kakek, sebenarnya aku ada sebuah ide yang masih belum sempurna.”“Ide apa? Coba kamu katakan saja,” tanya Kakek Herman dengan tersenyum.Sebelumnya Martin sudah mengecewakannya. Hanya saja, hari ini Kakek Herman sangatlah puas dengannya.Hal yang lebih penting lagi adalah Kakek Herman sangat menyukai Martin dari semua anggota keluarganya.Sikap Kakek Herman mem