Seketika terdengar suara sorakan dari sekeliling.Terdapat sebuah benda keramat emas di dalam kotak. Ukurannya memang hanya sebesar telapak tangannya saja, tapi harganya tidaklah murah! Sebenarnya Agus juga tidak perlu memberi hadiah semahal ini. Hanya saja, sikap Agus hari ini sudah menaikkan harga diri Herman.“Tentu saja, kamu juga adalah tamuku. Pak Agus, silakan! Lain kali kamu tidak perlu bersikap sesungkan ini!” Herman tersenyum dan terus mengangguk.Semua ini bukan masalah uang, melainkan masalah reputasi. Hanya saja, Herman merasa bingung kenapa Karen juga ikut kemari.Setelah menjamu Agus, Herman baru memanggil Martin, “Martin, siapa Bu Karen yang disebut Pak Agus tadi?”“Bu Karen?” Martin langsung tersenyum. “Kakek, dia adalah sekretaris presdir dari Perusahaan Investasi Sinjaya. Dia juga memegang kekuasaan tinggi di perusahaan. Kalau Winnie bisa membawanya kemari, sepertinya masalah kontrak tidak akan bermasalah lagi.”“Bagus! Bagus sekali!” Kakek Herman langsung tersenyum
Ekspresi Winnie membuat Kakek Herman menghela napas lega.Jika Winnie terkejut, itu berarti dia masih kurang pengalaman di lapangan. Sepertinya wanita ini gampang untuk dihadapi.Martin tersenyum sambil berjalan maju. Kemudian, dia menjulurkan tangannya dan berkata, “Selamat datang, Bu Winnie. Sini, aku perkenalkan ini kakekku ….”Winnie bersikap hormat. Dia membungkukkan sedikit badannya, lalu berkata, “Pak Herman.”Tangan Martin yang diabaikan itu terkaku di udara. Namun, Martin langsung berlagak membuat isyarat tangan mempersilakan. “Berhubung Bu Winnie sudah datang, kita makan dulu baru bahas masalah lain, ya?”Winnie terbengong sejenak, lalu berkata, “Aku datang bersama temanku. Aku tidak tahu apa dia akan setuju atau tidak.”Tak lama kemudian, seorang wanita cantik berpakaian profesional dengan rambut dikuncir satu menuruni mobil.Martin pun langsung berlari ke sisi Karen, lalu berkata, “Ternyata Bu Karen datang juga. Selamat datang ….”Karen melihat orang-orang di sekitar, dan d
Berhubung Keluarga Limantara sudah bersikap seramah ini, meski sebenarnya Winnie dan Karen merasa canggung, mereka tetap duduk di meja makan. Hanya saja, mereka bukan takut dengan Keluarga Limantara, lebih tepatnya takut dengan istrinya presdir. Demi menghormati keluarga dari istrinya presdir, mereka berdua terpaksa makan malam bersama anggota Keluarga Limantara.Karen dan Winnie duduk di meja utama. Di samping mereka ada Herman, Renald, dan juga Martin. Kemudian, ada juga Malvin, Agus, dan yang lainnya juga sudah duduk di meja utama. Mereka semua adalah tokoh terkemuka di Kota Manthana. Jadi, Kakek Herman tidak berani bersikap tidak sopan terhadap mereka.Hanya saja, para generasi muda Keluarga Limantara spontan emosi ketika melihat gambaran ini! Martin memang sangat beruntung. Dia bukan hanya bisa mendapatkan Winnie saja, dia bahkan bisa mendapatkan Karen.“Aku sangat merasa terhormat karena bisa dikunjungi oleh dua cewek cantik. Aku bersulang kepada kalian!” Martin tertawa terbahak
Baru saja Karen hendak berbicara, tatapannya tanpa sengaja tertuju pada diri seseorang. Karen langsung merasa kaget.Brandon!Saat ini Karen menyadari keberadaan Brandon di pojok ruangan. Mana mungkin Karen sanggup menelan makanannya lagi? Dia langsung berjalan ke sisi Brandon dengan ekspresi gugup.Tatapan semua orang masih tertuju pada diri Karen. Mereka juga bingung dengan apa yang hendak dilakukan Karen. Kenapa dia malah berjalan ke sisi lelaki pecundang itu?Raut wajah semua anggota Keluarga Limantara langsung berubah muram!Jangan-jangan si pecundang itu telah menyinggung Bu Karen? Itulah sebabnya Bu Karen bergegas menghampirinya?Kakek Herman juga terkejut hingga sekujur tubuhnya merinding. Jika Brandon benar-benar menyinggung tamu pentingnya, Kakek Herman pasti akan menyembelihnya!“Sialan! Ada apa dengan pembawa sial itu?!” Martin langsung memaki.“Hai, lama tidak bertemu.” Belum sempat Karen berbicara, Brandon pun duluan berdiri dan berkata dengan tersenyum.Karen terbengong
Martin ternganga ketika melihat gambaran ini. Dia tidak menyangka Kakek Herman akan memperlakukannya dengan sebaik ini. Dia bahkan rela mengeluarkan barang berharga ini.Di sisi lain, raut wajah kepala keluarga lain juga berubah. Barang seperti ini sangat populer di keluarga kalangan atas di Kota Manthana. Mereka juga memiliki barang seperti yang dikeluarkan Keluarga Limantara. Jadi, mereka tahu seberapa mahalnya barang-barang itu.Seketika tatapan Kakek Herman tertuju pada Karen dan juga Winnie. Dia tersenyum sambil berkata, “Berhubung kalian sudah datang, bagaimana kalau kita nikmati barang ini bersama?”Awalnya Karen dan Winnie hendak menolak, tapi ketika melihat kardus-kardus itu berisi barang merek barang mewah, hati mereka pun tergerak. Mereka berdua refleks melihat ke sisi kardus.Melihat ekspresi kedua wanita, Kakek Herman pun langsung tersenyum lebar. Dia melambaikan tangannya, lalu berkata, “Silakan.”Seorang satpam membuka sebuah kardus paling depan. Di dalamnya terdapat ena
Wanita mana yang tidak berharap dirinya dilamar dan memiliki resepsi pernikahan? Hanya saja, suaminya ….Ketika kepikiran hal ini, Hannah kembali menghela napas.“Brandon, kamu memang pecundang!” Chloe yang berada di sebelah merasa geram. Dia memelototi Brandon, lalu berkata, “Coba kamu lihat dia, lalu bandingin sama kamu! Kak Martin romantis sekali, sedangkan kamu? Selama menikah, apa kamu pernah beri hadiah ke Kak Hannah? Kalau kamu itu cowok, kamu seharusnya segera ajukan cerai. Kamu nggak cocok sama kakakku. Kamu nggak bisa buat dia bahagia!”“Chloe!” Hannah melirik adiknya sekilas.“Kak, kamu jangan bela dia melulu. Dia itu memang pecundang! Dia sudah nggak bisa berubah lagi. Kalau aku jadi dia, aku pasti akan segera menghilang dari muka bumi ini. Aku pasti malu melihat lamaran orang lain! Memangnya kamu nggak merasa malu?” Chloe sungguh emosi. “Kakakku memang sial, makanya dia bisa menikah sama kamu!”Semua orang di tempat sungguh penasaran. Kedua mata mereka terus tertuju pada d
“Apa?!”Semua orang spontan merasa kaget. Membeli barang mewah dengan menghabiskan uang puluhan miliar? Gila sekali! Hanya saja, sepertinya Martin memang tidak sedang berbohong.Pantas saja Martin bisa mendapatkan Winnie. Wanita mana coba yang tidak luluh dengan hadiah semahal itu?“Dia … mengejar seorang cewek dengan habisin uang puluhan miliar? Wanita mana coba yang akan menolak?”“Iya, Martin bahkan rela menghamburkan begitu banyak uang demi dia!”“Aku cemburu banget! Kalau suamiku memperlakukan aku seperti ini, aku bahkan rela mati untuknya!”Para wanita mulai menggosip! Barang mewah seharga puluhan miliar? Sepertinya Martin sudah membelikan semua barang mewah edisi klasik dan edisi terbaru? Jika ada wanita yang mengatakan dirinya tidak cemburu, sepertinya dia sedang berbohong.Seketika tatapan semua wanita tertuju pada diri Martin. Semua menatapnya dengan tatapan mengagumi.Kakek Herman terus mengangguk. Cucunya terlalu unggul! Dia tahu bagaimana cara mengambil hati wanita. Dia ta
“Bisa tolong ambilkan senter?” Tiba-tiba Karen bersuara.“Cepat, cepat! Cepat ambilkan senter!” Meski Kakek Herman tidak tahu apa yang ingin dilakukan Karen, dia tetap memerintah bawahannya untuk mengambil senter.Tak lama kemudian, senter sudah diserahkan ke tangan Karen. Dia membukanya, lalu mengarahkannya ke sisi kedua berlian.Semua orang spontan terkejut hingga terbengong di tempat.Sebab di bawah pancaran cahaya lampu senter, semua orang bisa melihat perbedaan signifikan dari kedua berlian. Meski berlian di jari telunjuk Karen sangat kecil, tapi sinar yang dipantulkan sangatlah berkilau.Sementara, berlian Savva yang dikatakan Martin tadi malah ….“Ini ….” Seseorang keceplosan tidak sanggup menahan rasa kagetnya lagi.“Apa yang terjadi? Kenapa berlian 1 karat lebih berkilau daripada berlian Savva 10 karat?”“Berlian itu adalah hasil lelang tiga tahun silam. Waktu itu, aku juga mengikuti lelang. Cahaya yang dibiaskan sangatlah terang. Kenapa bisa jadi seperti ini?”“Jangan-jangan