“Apa?!”Semua orang spontan merasa kaget. Membeli barang mewah dengan menghabiskan uang puluhan miliar? Gila sekali! Hanya saja, sepertinya Martin memang tidak sedang berbohong.Pantas saja Martin bisa mendapatkan Winnie. Wanita mana coba yang tidak luluh dengan hadiah semahal itu?“Dia … mengejar seorang cewek dengan habisin uang puluhan miliar? Wanita mana coba yang akan menolak?”“Iya, Martin bahkan rela menghamburkan begitu banyak uang demi dia!”“Aku cemburu banget! Kalau suamiku memperlakukan aku seperti ini, aku bahkan rela mati untuknya!”Para wanita mulai menggosip! Barang mewah seharga puluhan miliar? Sepertinya Martin sudah membelikan semua barang mewah edisi klasik dan edisi terbaru? Jika ada wanita yang mengatakan dirinya tidak cemburu, sepertinya dia sedang berbohong.Seketika tatapan semua wanita tertuju pada diri Martin. Semua menatapnya dengan tatapan mengagumi.Kakek Herman terus mengangguk. Cucunya terlalu unggul! Dia tahu bagaimana cara mengambil hati wanita. Dia ta
“Bisa tolong ambilkan senter?” Tiba-tiba Karen bersuara.“Cepat, cepat! Cepat ambilkan senter!” Meski Kakek Herman tidak tahu apa yang ingin dilakukan Karen, dia tetap memerintah bawahannya untuk mengambil senter.Tak lama kemudian, senter sudah diserahkan ke tangan Karen. Dia membukanya, lalu mengarahkannya ke sisi kedua berlian.Semua orang spontan terkejut hingga terbengong di tempat.Sebab di bawah pancaran cahaya lampu senter, semua orang bisa melihat perbedaan signifikan dari kedua berlian. Meski berlian di jari telunjuk Karen sangat kecil, tapi sinar yang dipantulkan sangatlah berkilau.Sementara, berlian Savva yang dikatakan Martin tadi malah ….“Ini ….” Seseorang keceplosan tidak sanggup menahan rasa kagetnya lagi.“Apa yang terjadi? Kenapa berlian 1 karat lebih berkilau daripada berlian Savva 10 karat?”“Berlian itu adalah hasil lelang tiga tahun silam. Waktu itu, aku juga mengikuti lelang. Cahaya yang dibiaskan sangatlah terang. Kenapa bisa jadi seperti ini?”“Jangan-jangan
Di sisi lain, Kakek Herman juga berkata dengan tersenyum, “Nona Winnie, aku mewakili Keluarga Limantara menjamin, asalkan kamu bersedia menikah dengan cucuku. Kelak kalian berdua bisa menggunakan semua milik Keluarga Limantara.”“Sebuah berlian bukanlah apa-apa! Kelak semua harta kekayaan Keluarga Limantara akan menjadi milik kalian berdua. Jadi, kamu tidak perlu mempermasalahkan hal sepele seperti ini.”Maksud ucapan Kakek Herman juga sangat jelas. Kelak dia berencana mewariskan segalanya kepada Martin dan Winnie. Sekarang Martin sedang melamar, jangan menolaknya!“Benar, Kak Winnie. Jangan permasalahkan lagi! Paling-paling nanti malam suruh Kak Martin berlutut di kamar untuk mengakui kesalahannya!”“Iya, berlian itu harganya miliaran. Coba kamu lihat si pecundang itu, dia bahkan nggak sanggup untuk beli cincin seharga jutaan untuk istrimu. Kamu sungguh beruntung karena bisa disukai Martin!”“Benar! Benar!”Hampir semua anggota Keluarga Limantara membujuk Winnie.Kali ini tatapan Mart
Di dalam ruang tamu vila Limantara.Herman sungguh emosi saat ini. Dia berdeham, lalu berkata, “Semuanya, ada sedikit konflik di antara mereka. Aku harap kalian semua memakluminya. Silakan melanjutkan santapan malam ini.”Semua kepala keluarga yang datang bertamu bukanlah orang yang gampang dibohongi. Hanya saja, berhubung Herman berkata seperti itu, mereka semua juga menganggap serius ucapannya. Lagi pula, mengenai asli palsunya masalah itu, semuanya bisa dibuktikan dengan berhasil atau tidaknya investasi Perusahaan Investasi Sinjaya terhadap Grup Limantara.Beberapa saat kemudian, semua tamu mulai berpamitan. Mereka semua bisa berkumpul di sini juga bukan demi Keluarga Limantara, sasaran utama mereka adalah Karen.Saat ini, mereka semua tahu Keluarga Limantara belum pasti akan menerima investasi dari Perusahaan Investasi Sinjaya. Jadi, semua kepala keluarga sudah menyusun rencana. Mereka semua akan meniru cara Keluarga Limantara, menyuruh pemuda lajang unggul di keluarga mereka untuk
“Kakek, dari semua yang dilakukan Karen, apa Kakek masih merasa dia nggak suka sama aku?” Martin bagai detektif saja menjelaskan semua tanda-tanda yang didapatinya. Hanya saja, kenapa alasannya terdengar masuk akal?Semua anggota Keluarga Limantara bertukar pandang. Penjelasan Martin memang sangat masuk akal. Siapa si Karen itu? Entah ada berapa banyak orang yang ingin bertemu dengannya, tapi dia malah tidak bersedia untuk menemui mereka. Namun hari ini, Karen malah datang mengunjungi Kediaman Limantara. Selain dia memiliki perasaan terhadap Martin, sepertinya tidak ada alasan lain lagi.“Kakek, sebenarnya ada bagusnya juga Winnie menolak lamaranku hari ini. Coba Kakek pikir, Winnie hanyalah seorang manajer saja. Dia bukan siapa-siapa, ‘kan?” Martin melanjutkan, “Karen, eits salah! Karen-ku adalah sekretaris presdir dari Perusahaan Investasi Sinjaya! Bahkan ada desas-desus mengatakan bahwa sebenarnya Karen itu presdir baru dari Perusahaan Investasi Sinjaya! Kakek, sepertinya Keluarga
Sekarang Martin sedang berada di masa kejayaannya. Dia kemungkinan akan mendapatkan wanita kaya dan cantik itu. Alhasil, si pecundang malah berani menertawakannya? Sepertinya Martin terlalu arogan?Seketika, tatapan semua orang spontan tertuju pada diri Brandon. Mereka semua menatap dengan ekspresi penuh penantian. Jika Brandon berhasil mengacaukan rencana Martin, pemuda Keluarga Limantara yang lain baru akan memiliki kesempatan untuk mendekati Karen.“Maaf, aku tidak tahan.” Brandon menutup mulutnya. “Sepertinya ada yang lagi bermimpi! Martin, aku merasa kamu jangan kejar Karen lagi. Coba kamu tanya Karen, apa kamu bisa jadi suami pecundang seperti aku? Apa dia bersedia menerimamu?”“Kamu … siapa kamu? Berani-beraninya kamu menghinaku?!” Raut wajah Martin berubah drastis. Dia merasa harga dirinya sudah diinjak-injak Brandon.Sebenarnya Herman juga sadar mengandalkan seorang wanita untuk mendapatkan investasi memang adalah hal yang rendahan. Apalagi semua anggota Keluarga Limantara yan
Hannah semakin penasaran lagi. Saat ini, dia spontan bertanya, “Sebenarnya apa hubunganmu dengan Karen? Jangan-jangan sewaktu kuliah dulu, kalian berdua … pernah pacaran?”Ketika menanyakan pertanyaan ini, Hannah sendiri bahkan merasa tidak masuk akal. Dia hanyalah seorang pecundang, bagaimana mungkin dia punya mantan pacar unggul seperti Karen?Brandon langsung menjawab, “Istriku, kamu jangan asal tebak. Hubungan kami berdua tidak seperti yang kamu bayangkan. Kamu anggap saja kami berdua tidak punya hubungan apa-apa!”Tansri yang berada di samping langsung terbelalak. Sepertinya dia sudah berhasil menemukan aib Brandon. Dia pun berkata, “Bagus! Kamu hanyalah seorang pecundang, kamu bahkan berani selingkuh di belakang putriku. Brandon, apa pun ceritanya kamu harus segera bercerai dengan putriku!”“Ibu!” Hannah berusaha menghentikan ibunya. “Kita bicarakan lagi masalah ini di rumah nanti!”“Tidak bisa!”Belum sempat Tansri berbicara, Martin langsung berkata dengan sinis, “Masalah ini ma
Saat berjalan keluar vila, Brandon kembali menelepon. Kali ini panggilan malah langsung diangkat. Karen yang berada di ujung telepon langsung berbicara dengan nada bersalah, “Pak Brandon, maaf tadi aku lagi di parkiran bawah tanah, tidak ada sinyal.”“Tidak apa-apa. Kamu jemput aku,” ucap Brandon. Brandon sudah diusir, dia pun berencana untuk istirahat di perusahaan.“Hah? Oke, Pak, kamu lagi di mana? Aku akan segera menjemputmu.” Karen terbengong sejenak, lalu lekas bertanya.Brandon mengatakan alamatnya, lalu mengakhiri panggilan. Tak sampai sepuluh menit, sebuah mobil Ferrari merah berhenti di sisinya. Jendela mobil dibuka, lalu tampak Karen yang sudah mengganti pakaiannya menjadi jaket kulit dan rok mini. Dia menatap Brandon dengan tersipu malu, lalu berkata, “Pak, kebetulan aku mau jalan-jalan. Jadi, aku tidak sempat ganti pakaian.”“Tidak apa-apa. Jangan-jangan aku sudah mengganggu waktu istirahatmu?” tanya Brandon.“Tidak, tidak, kok! Aku standby 24 jam untuk melayani Pak Brando