Restoran berputar yang ada di lantai teratas Grand Hotel Manthana adalah tempat makan paling mewah yang ada di penjuru kota. Siapa pun yang ingin mencoba menikmati hidangan di sini harus memiliki kartu keanggotaan Grand Hotel Manthana terlebih dulu. Bahkan, untuk mendapatkan tempat, para tamu harus melakukan reservasi seminggu sebelumnya.Lift yang digunakan untuk mencapai restoran itu adalah lift khusus, Brandon pun baru pertama kali naik lift ini.Pada saat ini, Brandon sudah meminta Friski untuk meninggalkan mereka dan tidak mengganggu proses santap mereka. Sebelum naik lift, Enrica mampir ke toilet untuk menata ulang riasan di wajahnya. Brandon yang menunggu sendirian di depan lift merasa sedikit jenuh.Tepat pada saat ini, sosok yang mengenakan setelan jas tiba-tiba berdiri di depan Brandon. Setelah menyapu tubuh Brandon dengan pandangannya dari atas sampai bawah, dia kemudian mengerutkan dahi. “Brandon, gembel sepertimu kenapa bisa ada di sini?”Brandon ikut mengernyitkan alisny
Martin memasang wajah semringah saat mendapati perubahan pada sikap orang-orang yang ada di sana.Dia sudah gagal mendapatkan Karen dan Winnie, kemurkaan sudah meluap di dalam hatinya.Hari ini, dia mendapatkan kesempatan untuk bertemu bidadari seperti Enrica ini, bidadari dengan kesempurnaan paras yang tiada duanya, yang bahkan tidak kalah dari Karen juga Winnie. Dihadapkan dengan kesempatan seperti ini, mana mungkin Martin merelakannya begitu saja?Enrica akhirnya menolehkan kepalanya dan menatap ke arah Martin. Dengan tatapan yang datar dia bertanya, “Ada apa, ya?”Martin mengarahkan jari telunjuknya ke arah lift dan menjawab, “Nona cantik, kebetulan sekali aku sudah memesan tempat di sini untuk menikmati hidangan dan suasana di restoran ini. Aku sudah memesan tempat terbaik di sini. Nona, maukah kamu menemaniku santap makan di sini?”Belum sempat Enrica menjawab, perempuan yang sebelumnya Martin bawa melangkah menghampiri. Kemudian, dengan wajah yang ditekuk dia berkata, “Hei, kal
Martin mencibir, “Brandon, kamu ini memang pintar membual, ya! Kamu juga dulu menyombongkan diri dan bilang kalau kamu itu presdir dari Perusahaan Investasi Sinjaya, sekarang kamu membual lagi. Kamu sekarang malah berani merendahkan Keluarga Limantara. Kamu pikir kamu ini siapa, sih? Tukang kibul seperti kamu ini, memang nggak pantas menjadi bagian dari Keluarga Limantara!”Brandon menjawab, masih dengan nada datarnya, “Kalaupun aku membual, apa urusannya denganmu? Aku mau makan dan menghabiskan waktuku di mana juga memangnya apa hubungannya denganmu? Buat apa kamu repot-repot merecoki aku?”Martin semakin naik pitam. Dia kemudian membalas, “Sebagai wakil presdir dari Grup Limantara, bagaimana bisa aku diam saja kalau ada orang yang seenaknya menggunakan aset Keluarga Limantara?”Enrica yang menyadari bahwa Brandon terus-terusan ditekan mencoba mencari jalan keluar. “Brandon, kita makan di tempat lain saja, bagaimana?”“Nggak perlu, kita akan tetap makan di sini.” Brandon tidak lagi me
Wajah Martin membiru memperhatikan asyiknya Brandon dan Enrica yang begitu akrabnya bercanda dan tertawa bersama.Menantu sampah itu berani-beraninya mendekati perempuan cantik di hadapannya, bahkan dengan modal dari kekayaan Keluarga Limantara pula! Sungguh muak Martin melihat pemandangan di depannya ini!....Setelah makan malam, Hannah berniat untuk merebahkan tubuhnya dan istirahat. Tiba-tiba, ponselnya berdering.“Martin, malam-malam begini ada apa meneleponku?” Hannah memasang wajah ketus saat menjawab telepon Martin.Hubungan keduanya memang tidak baik. Martin jarang menghubungi Hannah lewat telepon.“Hannah, apa kamu sedang bersama suami sampahmu itu?” Martin bertanya dengan senyum menjijikkannya.“Memangnya kenapa? Apa urusannya denganmu?” Bahkan dari sambungan telepon pun, suara Hannah dapat terdengar jelas begitu ketus.“Ya, memang nggak ada hubungannya denganku, sih. Hanya saja, kamu harus tahu. Menantu sampah alias suamimu itu, lagi menghamburkan uang Keluarga Limantara, b
Wajah Cherry memucat. Dengan paniknya dia berkata, “Kak, kamu salah paham. Kita dulu nggak seakrab itu, makanya aku terkesan dingin kepadamu. Akhir-akhir ini, aku tahu bahwa kamu adalah orang yang baik, makanya aku berniat mengakrabkan diri denganmu.”“Malam ini aku meluangkan waktu untuk menemanimu makan malam. Aku yakin, di masa depan kita bisa lebih akrab lagi. Jadi tolong, Kak, tolong lepaskan aku. Ayo, kita makan malam bersama, hanya kita berdua, oke?”Cherry biasanya memasang wajah yang judes. Namun, dia bukanlah seorang mahasiswi polos yang tidak tahu apa-apa tentang dunia luar. Dia paham bagaimana emosi bisa membutakan seseorang. Pada saat ini, jika saja dia tidak mengikuti alur yang dibangun oleh Marco, Marco bisa saja bertindak di luar nalar. Dirinya bisa saja disiksa oleh Marco, atau akibat yang paling fatal, bisa saja nyawanya ikut melayang.Marco perlahan mendekat ke arah Cherry, kemudian dia berkata dengan pelan, “Kamu mencoba menghalusi aku, ya? Cherry, perkataanmu sung
Wajah Cherry merona merah, dia bukan lagi anak kecil yang tidak tahu apa-apa, dia tahu jelas apa yang akan terjadi jika saja Brandon tidak datang tepat waktu. Dia langsung menggigit bibir bawahnya, tidak lagi menjawab perkataan Brandon.“Brandon, aku peringatkan padamu, kalau kamu berani menyentuhku, aku akan membuatmu mendekam di penjara!” Marco akhirnya pun mampu untuk bangkit, meskipun masih dengan tubuh yang gemetar hebat. Dia langsung mengeluarkan senjata lain selain tenaganya yang sudah tidak tersisa, yaitu ancaman.Seorang menantu yang dianggap rendah, seorang menantu yang hanya bisa meringkuk di balik keluarga istrinya, yang hanya bisa mengerjakan pekerjaan rumah tangga, berani memperlakukannya sampai seperti ini. Marco jelas merasa bahwa dirinya sudah direndahkan, dan dia akan menggunakan segala cara agar bisa membuat Brandon merasakan pembalasannya.Namun, yang terjadi selanjutnya ….“Plak!”Pada detik berikutnya, tamparan kencang menjadi jawaban dari ancaman Marco. Marco pun
Sekitar beberapa menit kemudian, sebuah mobil Mercedes Benz S-Class berwarna hitam menghampiri dan parkir tidak jauh dari mereka. Kemudian, turun seorang pria dengan setelan jas berwarna putih dari dalamnya.Di belakangnya, berdiri sigap dua orang pengawal. Jelas terlihat aura seorang penguasa dari sosok berjas putih itu.Wilson, sang pewaris Keluarga Sentana, sebelumnya selalu berlindung di balik nama Brian Sumandi. Dengan mengandalkan nama Brian, dia bahkan berani untuk mengguncang Perusahaan Investasi Sinjaya.Setelah acara reuni yang juga dihadiri Hannah, Keluarga Sentana akhirnya dibuang oleh Brian. Brian tidak lagi mau menaungi nama Keluarga Sentana. Hal itu menjadi luka yang masih membekas sampai sekarang.Namun, tetap saja latar belakang hebat masih melekat di nama Keluarga Sentana. Meskipun pernah tergelincir beberapa kali dalam hal bisnis, keluarga tersebut tetap berada di atas rata-rata keluarga menengah biasa di penjuru kota.Wilson pun saat ini sedang menyimpan amarah di d
Brandon dibuat terdiam dengan perkataan Marco. Logika macam apa itu? Kenapa dia malah bangga disebut anjing peliharaan? Apa otak Marco sudah mati?Namun, sebelum Brandon bisa membalas cacian Marco, amarah Wilson yang sudah membuncah tak bisa lagi dicegah.Dia dengan gerakan santai melepas luaran jasnya dan melemparkannya ke arah salah satu pengawal yang ada di sampingnya. Setelah itu, dia berkata, “Siapa, sih, bocah ini? Aku nggak peduli kamu siapa, lebih baik kamu enyah sekarang juga. Kalau nggak, jika sampai amarahku semakin membeludak, aku nggak akan segan-segan buat menghabisimu!”Sambil berbicara, dia melirik ke pengawal yang ada di belakangnya. Pengawal itu seolah mengerti dengan kode yang diberikan oleh Wilson. Dia langsung mengeluarkan lembaran kertas berwarna merah dan melemparkannya sembarang ke tanah.Wilson tidak akan ambil pusing berurusan dengan orang rendahan seperti Brandon ini. Dia memilih cara pintas untuk membuat Brandon pergi, yaitu dengan uang. Semestinya Brandon p