Sebelum Brandon berucap, Enrica yang ada di sebelahnya justru terlihat bingung dan berkata, “Brandon, tadi dia jelas-jelas menyuruh petugas keamanan di sini untuk menghajarmu, meminta uang ganti rugi sama kamu, bahkan nggak mau bantu kita waktu meminta tolong cek daftar tempat yang sudah direservasi. Sekarang kenapa Pak Friski malah mempromosikan jabatannya?”Enrica sungguh tak habis pikir. Mungkinkah ini salah satu bagian dari peraturan yang ada di Grand Hotel Manthana?Friski yang sebelumnya menyunggingkan senyum seketika merasa ada yang menghantam dadanya, hingga membuat dadanya terasa sedikit sesak. Dia adalah orang yang cerdas, tentu dia paham apa yang sebenarnya terjadi di sini.Manajer lobi ini sudah salah memandang rendah orang. Dia tidak hanya merendahkan Brandon, bahkan dia juga membantu orang yang salah untuk menekan dan merendahkan Brandon. Haduh, cari mati saja orang ini!Pada saat ini, keringat sebesar butiran jagung sudah menggelinding di dahi Friski. Untungnya, Friski d
Restoran berputar yang ada di lantai teratas Grand Hotel Manthana adalah tempat makan paling mewah yang ada di penjuru kota. Siapa pun yang ingin mencoba menikmati hidangan di sini harus memiliki kartu keanggotaan Grand Hotel Manthana terlebih dulu. Bahkan, untuk mendapatkan tempat, para tamu harus melakukan reservasi seminggu sebelumnya.Lift yang digunakan untuk mencapai restoran itu adalah lift khusus, Brandon pun baru pertama kali naik lift ini.Pada saat ini, Brandon sudah meminta Friski untuk meninggalkan mereka dan tidak mengganggu proses santap mereka. Sebelum naik lift, Enrica mampir ke toilet untuk menata ulang riasan di wajahnya. Brandon yang menunggu sendirian di depan lift merasa sedikit jenuh.Tepat pada saat ini, sosok yang mengenakan setelan jas tiba-tiba berdiri di depan Brandon. Setelah menyapu tubuh Brandon dengan pandangannya dari atas sampai bawah, dia kemudian mengerutkan dahi. “Brandon, gembel sepertimu kenapa bisa ada di sini?”Brandon ikut mengernyitkan alisny
Martin memasang wajah semringah saat mendapati perubahan pada sikap orang-orang yang ada di sana.Dia sudah gagal mendapatkan Karen dan Winnie, kemurkaan sudah meluap di dalam hatinya.Hari ini, dia mendapatkan kesempatan untuk bertemu bidadari seperti Enrica ini, bidadari dengan kesempurnaan paras yang tiada duanya, yang bahkan tidak kalah dari Karen juga Winnie. Dihadapkan dengan kesempatan seperti ini, mana mungkin Martin merelakannya begitu saja?Enrica akhirnya menolehkan kepalanya dan menatap ke arah Martin. Dengan tatapan yang datar dia bertanya, “Ada apa, ya?”Martin mengarahkan jari telunjuknya ke arah lift dan menjawab, “Nona cantik, kebetulan sekali aku sudah memesan tempat di sini untuk menikmati hidangan dan suasana di restoran ini. Aku sudah memesan tempat terbaik di sini. Nona, maukah kamu menemaniku santap makan di sini?”Belum sempat Enrica menjawab, perempuan yang sebelumnya Martin bawa melangkah menghampiri. Kemudian, dengan wajah yang ditekuk dia berkata, “Hei, kal
Martin mencibir, “Brandon, kamu ini memang pintar membual, ya! Kamu juga dulu menyombongkan diri dan bilang kalau kamu itu presdir dari Perusahaan Investasi Sinjaya, sekarang kamu membual lagi. Kamu sekarang malah berani merendahkan Keluarga Limantara. Kamu pikir kamu ini siapa, sih? Tukang kibul seperti kamu ini, memang nggak pantas menjadi bagian dari Keluarga Limantara!”Brandon menjawab, masih dengan nada datarnya, “Kalaupun aku membual, apa urusannya denganmu? Aku mau makan dan menghabiskan waktuku di mana juga memangnya apa hubungannya denganmu? Buat apa kamu repot-repot merecoki aku?”Martin semakin naik pitam. Dia kemudian membalas, “Sebagai wakil presdir dari Grup Limantara, bagaimana bisa aku diam saja kalau ada orang yang seenaknya menggunakan aset Keluarga Limantara?”Enrica yang menyadari bahwa Brandon terus-terusan ditekan mencoba mencari jalan keluar. “Brandon, kita makan di tempat lain saja, bagaimana?”“Nggak perlu, kita akan tetap makan di sini.” Brandon tidak lagi me
Wajah Martin membiru memperhatikan asyiknya Brandon dan Enrica yang begitu akrabnya bercanda dan tertawa bersama.Menantu sampah itu berani-beraninya mendekati perempuan cantik di hadapannya, bahkan dengan modal dari kekayaan Keluarga Limantara pula! Sungguh muak Martin melihat pemandangan di depannya ini!....Setelah makan malam, Hannah berniat untuk merebahkan tubuhnya dan istirahat. Tiba-tiba, ponselnya berdering.“Martin, malam-malam begini ada apa meneleponku?” Hannah memasang wajah ketus saat menjawab telepon Martin.Hubungan keduanya memang tidak baik. Martin jarang menghubungi Hannah lewat telepon.“Hannah, apa kamu sedang bersama suami sampahmu itu?” Martin bertanya dengan senyum menjijikkannya.“Memangnya kenapa? Apa urusannya denganmu?” Bahkan dari sambungan telepon pun, suara Hannah dapat terdengar jelas begitu ketus.“Ya, memang nggak ada hubungannya denganku, sih. Hanya saja, kamu harus tahu. Menantu sampah alias suamimu itu, lagi menghamburkan uang Keluarga Limantara, b
Wajah Cherry memucat. Dengan paniknya dia berkata, “Kak, kamu salah paham. Kita dulu nggak seakrab itu, makanya aku terkesan dingin kepadamu. Akhir-akhir ini, aku tahu bahwa kamu adalah orang yang baik, makanya aku berniat mengakrabkan diri denganmu.”“Malam ini aku meluangkan waktu untuk menemanimu makan malam. Aku yakin, di masa depan kita bisa lebih akrab lagi. Jadi tolong, Kak, tolong lepaskan aku. Ayo, kita makan malam bersama, hanya kita berdua, oke?”Cherry biasanya memasang wajah yang judes. Namun, dia bukanlah seorang mahasiswi polos yang tidak tahu apa-apa tentang dunia luar. Dia paham bagaimana emosi bisa membutakan seseorang. Pada saat ini, jika saja dia tidak mengikuti alur yang dibangun oleh Marco, Marco bisa saja bertindak di luar nalar. Dirinya bisa saja disiksa oleh Marco, atau akibat yang paling fatal, bisa saja nyawanya ikut melayang.Marco perlahan mendekat ke arah Cherry, kemudian dia berkata dengan pelan, “Kamu mencoba menghalusi aku, ya? Cherry, perkataanmu sung
Wajah Cherry merona merah, dia bukan lagi anak kecil yang tidak tahu apa-apa, dia tahu jelas apa yang akan terjadi jika saja Brandon tidak datang tepat waktu. Dia langsung menggigit bibir bawahnya, tidak lagi menjawab perkataan Brandon.“Brandon, aku peringatkan padamu, kalau kamu berani menyentuhku, aku akan membuatmu mendekam di penjara!” Marco akhirnya pun mampu untuk bangkit, meskipun masih dengan tubuh yang gemetar hebat. Dia langsung mengeluarkan senjata lain selain tenaganya yang sudah tidak tersisa, yaitu ancaman.Seorang menantu yang dianggap rendah, seorang menantu yang hanya bisa meringkuk di balik keluarga istrinya, yang hanya bisa mengerjakan pekerjaan rumah tangga, berani memperlakukannya sampai seperti ini. Marco jelas merasa bahwa dirinya sudah direndahkan, dan dia akan menggunakan segala cara agar bisa membuat Brandon merasakan pembalasannya.Namun, yang terjadi selanjutnya ….“Plak!”Pada detik berikutnya, tamparan kencang menjadi jawaban dari ancaman Marco. Marco pun
Sekitar beberapa menit kemudian, sebuah mobil Mercedes Benz S-Class berwarna hitam menghampiri dan parkir tidak jauh dari mereka. Kemudian, turun seorang pria dengan setelan jas berwarna putih dari dalamnya.Di belakangnya, berdiri sigap dua orang pengawal. Jelas terlihat aura seorang penguasa dari sosok berjas putih itu.Wilson, sang pewaris Keluarga Sentana, sebelumnya selalu berlindung di balik nama Brian Sumandi. Dengan mengandalkan nama Brian, dia bahkan berani untuk mengguncang Perusahaan Investasi Sinjaya.Setelah acara reuni yang juga dihadiri Hannah, Keluarga Sentana akhirnya dibuang oleh Brian. Brian tidak lagi mau menaungi nama Keluarga Sentana. Hal itu menjadi luka yang masih membekas sampai sekarang.Namun, tetap saja latar belakang hebat masih melekat di nama Keluarga Sentana. Meskipun pernah tergelincir beberapa kali dalam hal bisnis, keluarga tersebut tetap berada di atas rata-rata keluarga menengah biasa di penjuru kota.Wilson pun saat ini sedang menyimpan amarah di d
“Kenapa aku harus sukses sebagai juru taksir?” Brandon mengangkat bahunya dan bertanya, “Memangnya dia pantas membuatku takut?”Bagi Brandon, menilai barang-barang antik benar-benar hanyalah sebuah hobi. Dia toh bukan mengandalkan profesi ini untuk hidup. Jadi, apa dia perlu takut untuk menyinggung orang yang berkuasa dalam bidang ini?Lucas terlihat sedikit bingung. Sebelumnya, karena Brandon menolak tawarannya, dia sudah secara khusus menyelidiki latar belakang Brandon. Namun, dia tidak menemukan sesuatu yang spesial. Alasannya hanya dua. Pertama, Brandon benar-benar adalah orang biasa. Kedua, latar belakang Brandon sangat luar biasa sehingga Keluarga Marlon juga tidak bisa menyelidiki apa-apa tentangnya.Lucas sama sekali tidak merasa Brandon benar-benar hanyalah orang biasa. Oleh karena itu, hanya ada kemungkinan kedua. ‘Dia bermarga Sinjaya. Apa mungkin dia berasal dari Keluarga Sinjaya dari Jembara? Tapi, aku tidak pernah dengar ada tokoh sepertinya di Keluarga Sinjaya,’ batin Lu
“Ini ....” Erwan juga terkejut karena bahkan dia juga merasa jam tangan itu asli. Tak disangka, jam tangan palsu sudah bisa ditiru sampai semirip ini. Dalam sekejap, raut wajahnya pun menjadi sangat suram. Saat ini, Erwan mau tak mau harus mengakui bahwa dirinya dan Tyler memang sudah terlalu sombong. Mereka tidak menilai dari hal yang paling mendasar. Jika tidak, mereka mungkin tidak akan salah.“Aku salah karena nggak boleh menyentuhnya. Kalau boleh menyentuhnya, aku pasti bisa langsung membedakan keaslian barang ini dalam sekejap!” ujar Tyler dengan kesal. Dia sama sekali tidak ingin mengakui dirinya sudah kalah.Menurut Tyler, kekalahannya kali ini dikarenakan syarat yang ditetapkan Lucas sebelumnya. Jika tidak, mana mungkin dia bisa salah mengenali barang palsu ini? Brandon bisa menang hanya karena beruntung. Bahkan Lucas juga membela Brandon karena ingin mempermalukan dirinya.“Ayo kita tanding sekali lagi! Aku nggak percaya aku bisa kalah darimu!” ujar Tyler sambil mendengus din
“Kalau begitu, semoga seleramu benar-benar sebagus itu.” Brandon berkata dengan ekspresi dingin, “Jam tangan ini palsu. Lagian, tingkatannya juga sangat rendah. Orang yang punya sedikit pengetahuan saja sudah bisa menyadarinya. Jam ini sama sekali nggak perlu diidentifikasi.”“Kamu benar-benar keterlaluan bodohnya!” maki Tyler sambil menunjuk Brandon. Penipu ini sudah keterlaluan! Beraninya dia mengatakan hal seperti itu!Dessy memandang Brandon dengan sedikit kecewa. Dalam masalah ini, Brandon tidak perlu malu karena kalah dari juru taksir profesional seperti Tyler. Sikap Brandon ini sudah membuatnya terlihat terlalu tidak berkelas. Dessy bahkan sedikit curiga kenapa saat ini Brandon terkesan sangat berbeda dengan sebelumnya? Apa dirinya sudah salah menilai Brandon sebelumnya?Erwan hanya melirik Brandon sekilas, lalu berkata sambil tersenyum, “Memang bagus kalau anak muda bersikap kompetitif. Tapi kadang, kalau sudah kalah ya harus terima. Tidak ada gunanya keras kepala.” Jelas saja,
Di dalam kotak kayu, ada sebuah jam tangan stainless antik yang tak lain adalah jam tangan Rolex yang terkenal. Jam tangan ini jelas sudah berumur panjang. Penampilan jamnya sudah mulai menguning dengan indah. Meskipun permukaannya sudah dihiasi beberapa jejak waktu, keseluruhan jam tangan ini masih termasuk baru.Tyler memang terlihat sombong. Namun, begitu penilaian dimulai, dia juga tidak sungkan dan langsung mengeluarkan sebuah kaca pembesar. Dia pun mulai meneliti jam tangan itu dengan serius. Di sisi lain, Brandon hanya melirik jam itu dari kejauhan beberapa kali. Ekspresinya juga tidak banyak berubah. Jika mereka berdua dibandingkan, Brandon terlihat jelas lebih mirip seorang ahli.Saat melihat situasi ini, Lucas tidak berhenti mengangguk. Mata Dessy juga terlihat berbinar. Secara umum, performa Brandon terlihat jauh lebih hebat daripada performa Tyler. Tyler hanya terlihat bagaikan seorang tukang reparasi jam tangan.Namun, Erwan malah hanya tersenyum tipis saat melihat situas
Setelah mendengar ucapan Tyler, Brandon pun sedikit terkejut. Sepertinya, permusuhan yang dirasakan Tyler terhadap dirinya sangat besar. Setelah memikirkan hal ini, Brandon pun melirik Dessy. Wanita ini benar-benar adalah pembawa bencana baginya.Saat melihat Brandon yang menatapnya, Dessy pun tersenyum. Kemudian, dia mengedipkan mata pada Brandon dan menunjukkan ekspresi ‘mampus kamu’. Setelah melihatnya, Brandon hanya tersenyum masam tanpa tahu harus bagaimana menanggapinya.Tyler yang melihat situasi ini pun mengepalkan tangannya erat-erat. Bajingan yang entah siapa itu malah berani bermain mata dengan wanita pujaannya. Dia benar-benar tidak bisa menerima hal ini. Erwan juga melihat tindakan anak-anak muda ini melalui sudut matanya. Dia pun diam-diam berdesah. Dari hal ini, muridnya memang tidak bisa dibandingkan dengan Brandon. Namun, ada banyak hal di dunia yang harus ditanggapi secara rasional. Pada saat ini, Erwan pun melirik Tyler dan menegurnya, “Tyler, apa kamu sudah melupa
Nama pria tua ini adalah Erwan Tionada. Dia adalah ketua dari Asosiasi Barang Antik Manthana. Wanita yang mengikutinya adalah Dessy, sedangkan pemuda itu adalah Tyler Tionada, murid Erwan.Saat melihat orang ini, Brandon tidak terlalu terkejut. Bagaimanapun juga, Erwan sangat terkenal di dunia barang antik Manthana. Jadi, sudah sewajarnya dia menghadiri acara penilaian barang antik ini. Lagi pula, hubungannya dengan Lucas juga jelas sangat baik.Di sisi lain, muridnya yang bernama Tyler itu jelas saja menyukai Dessy. Dari mereka masuk sampai sekarang, perhatiannya hanya tertuju pada Dessy. Namun, ekspresi Dessy yang sedikit berubah setelah melihat Brandon membuat Tyler sedikit terkejut. Tyler pun mengalihkan pandangannya ke Brandon dan menjadi sedikit waspada.Dessy adalah definisi wanita cantik bertampang dingin yang selalu bersikap tegas dan terus terang. Namun, tatapannya malah melembut setelah melihat pemuda yang entah muncul dari mana itu. Saat ini, Tyler langsung tahu bahwa Brand
“Hannah, gimanapun, dia itu suamimu. Kamu harus mengingatkannya untuk berlutut asal melihat Martin kelak. Kalau nggak, gimana kalau kamu juga terlibat dan kalian berdua diusir dari rumah? Bisa gawat, lho!” Gabriel ‘berbaik hati’ memperingati Hannah.Hannah berkata dengan ekspresi dingin, “Dia datang atau nggak, berlutut atau nggak, apa hubungannya denganku?”“Eh? Sudah langsung jaga jarak nih? Hannah, sebelum jadi manajer, kamu nggak begitu, lho. Ternyata habis statusmu beda, kamu juga sudah mulai takut dipermalukan ya? Atau kamu masih belum terbiasa punya suamimu yang nggak berguna meski sudah lewat tiga tahun?”“Tapi jangan harap kamu bisa bercerai dengannya, pernikahan kalian ditentukan oleh Nenek sebelum Nenek meninggal. Siapa yang berani melanggar keinginan terakhir Nenek bakal jadi musuh seluruh Keluarga Limantara!” ejek Martin.Setelah berpikir baik-baik selama beberapa hari terakhir, Martin tidak akan membiarkan Brandon bercerai dengan Hannah. Asalkan pecundang itu tetap ada, d
Beberapa hari kemudian, di Grand Hotel Manthana.Hari ini dapat disebut sebagai hari besar di Manthana. Sebab, hari ini merupakan hari di mana Keluarga Marlon, keluarga kalangan atas dari provinsi mengadakan acara penilaian barang antik di Manthana. Acara ini merupakan acara besar bagi seluruh masyarakat kalangan atas Manthana.Keluarga Marlon tidak akan menyelenggarakan acara penilaian barang antik dengan seenaknya. Setiap kali mereka menyelenggarakan acara ini, pasti muncul harta karun yang langka dan eksotis. Hal yang paling penting adalah, standar acara penilaian barang antik ini sangat tinggi dan tidak bisa dihadiri orang biasa.Ambil saja acara kali ini sebagai contoh. Demi acara penilaian barang antik ini, Grand Hotel Manthana sudah mulai berhenti menerima tamu dari tiga hari yang lalu untuk mempersiapkan acara ini. Sementara hari ini, selain keluarga dan pebisnis yang diundang, orang tidak berkepentingan lainnya tidak diizinkan untuk datang ke Grand Hotel Manthana.Bahkan pela
Kerja sama dengan Grup Investasi Sinjaya? Proyek kawasan pusat bisnis? Mungkin Keluarga Limantara merasa semua ini sangat hebat. Namun, bagi Keluarga Marlon yang begitu luar biasa, itu semua bukan apa-apa. Jika Keluarga Marlon harus menghormati Keluarga Limantara karena hal-hal sepele itu, bukankah itu terlalu merendahkan Keluarga Marlon?Alasan kenapa Keluarga Marlon menghormati Keluarga Limantara adalah karena ingin menghormati Brandon. Meskipun Brandon mengatakan tidak memerlukan undangan, keluarga sebesar Keluarga Marlon tentu saja tetap harus menunjukkan etiket yang bagus.Jika bukan karena begitu, tidak peduli berapa banyak orang yang diutus Keluarga Limantara untuk menemui Lucas, hasilnya hanya satu yaitu diabaikan. Keluarga Limantara yang merupakan keluarga kalangan menengah di tempat kecil ini bahkan tidak berkualifikasi untuk menjadi pesuruh Keluarga Marlon.“Kakek, berhubung hanya ada kuota untuk 10 orang, siapa saja yang boleh hadir ke acara penilaian barang antik itu? Kita