Wajah Cherry merona merah, dia bukan lagi anak kecil yang tidak tahu apa-apa, dia tahu jelas apa yang akan terjadi jika saja Brandon tidak datang tepat waktu. Dia langsung menggigit bibir bawahnya, tidak lagi menjawab perkataan Brandon.“Brandon, aku peringatkan padamu, kalau kamu berani menyentuhku, aku akan membuatmu mendekam di penjara!” Marco akhirnya pun mampu untuk bangkit, meskipun masih dengan tubuh yang gemetar hebat. Dia langsung mengeluarkan senjata lain selain tenaganya yang sudah tidak tersisa, yaitu ancaman.Seorang menantu yang dianggap rendah, seorang menantu yang hanya bisa meringkuk di balik keluarga istrinya, yang hanya bisa mengerjakan pekerjaan rumah tangga, berani memperlakukannya sampai seperti ini. Marco jelas merasa bahwa dirinya sudah direndahkan, dan dia akan menggunakan segala cara agar bisa membuat Brandon merasakan pembalasannya.Namun, yang terjadi selanjutnya ….“Plak!”Pada detik berikutnya, tamparan kencang menjadi jawaban dari ancaman Marco. Marco pun
Sekitar beberapa menit kemudian, sebuah mobil Mercedes Benz S-Class berwarna hitam menghampiri dan parkir tidak jauh dari mereka. Kemudian, turun seorang pria dengan setelan jas berwarna putih dari dalamnya.Di belakangnya, berdiri sigap dua orang pengawal. Jelas terlihat aura seorang penguasa dari sosok berjas putih itu.Wilson, sang pewaris Keluarga Sentana, sebelumnya selalu berlindung di balik nama Brian Sumandi. Dengan mengandalkan nama Brian, dia bahkan berani untuk mengguncang Perusahaan Investasi Sinjaya.Setelah acara reuni yang juga dihadiri Hannah, Keluarga Sentana akhirnya dibuang oleh Brian. Brian tidak lagi mau menaungi nama Keluarga Sentana. Hal itu menjadi luka yang masih membekas sampai sekarang.Namun, tetap saja latar belakang hebat masih melekat di nama Keluarga Sentana. Meskipun pernah tergelincir beberapa kali dalam hal bisnis, keluarga tersebut tetap berada di atas rata-rata keluarga menengah biasa di penjuru kota.Wilson pun saat ini sedang menyimpan amarah di d
Brandon dibuat terdiam dengan perkataan Marco. Logika macam apa itu? Kenapa dia malah bangga disebut anjing peliharaan? Apa otak Marco sudah mati?Namun, sebelum Brandon bisa membalas cacian Marco, amarah Wilson yang sudah membuncah tak bisa lagi dicegah.Dia dengan gerakan santai melepas luaran jasnya dan melemparkannya ke arah salah satu pengawal yang ada di sampingnya. Setelah itu, dia berkata, “Siapa, sih, bocah ini? Aku nggak peduli kamu siapa, lebih baik kamu enyah sekarang juga. Kalau nggak, jika sampai amarahku semakin membeludak, aku nggak akan segan-segan buat menghabisimu!”Sambil berbicara, dia melirik ke pengawal yang ada di belakangnya. Pengawal itu seolah mengerti dengan kode yang diberikan oleh Wilson. Dia langsung mengeluarkan lembaran kertas berwarna merah dan melemparkannya sembarang ke tanah.Wilson tidak akan ambil pusing berurusan dengan orang rendahan seperti Brandon ini. Dia memilih cara pintas untuk membuat Brandon pergi, yaitu dengan uang. Semestinya Brandon p
Begitu mendapati bahwa Hannah sudah tertidur pulas di dalam kamar, Brandon pun tak mencoba menanyakan mengapa baju dan barangnya ada di luar. Dia langsung mengangkut baju dan barangnya ke ruang kerja dan beristirahat di sana.Keesokan paginya, Brandon yang baru saja hendak menyiapkan sarapan pagi mendengar Hannah dengan dinginnya berkata, “Mulai hari ini juga, kamu nggak perlu lagi menyiapkan sarapan di rumah ini.”Brandon sedikit banyak mengerti dengan apa yang terjadi. Dia pun mencoba meyakinkan Hannah, “Hannah, kamu terlalu berpikir macam-macam, aku dan Enrica sungguh nggak ada hubungan apa-apa.”Hannah menatap tajam ke arah Brandon. Dia memang tidak berniat untuk mendebat Brandon, tapi dari sorot matanya jelas terpancar betapa emosi dirinya.Sebelumnya dia selalu menganggap bahwa hubungannya dan Brandon sudah membaik, sudah tidak seperti dulu lagi. Bahkan, dia selalu membayangkan hari ketika dirinya dan Brandon menjalani kehidupan yang mesra selayaknya pasangan suami istri pada umu
Di balik meja, di seberang Sky, kepala klinik terdiam memandang ekspresi yang terukir di wajah Sky. Meskipun sebetulnya dia sendiri juga merasa takut, ada pertimbangan yang lebih berat yang harus dia pikirkan. Oleh sebab itu, dia memilih untuk menahan rasa takutnya dan tetap menjalankan prosedur yang ada.Meskipun harus menentang Sky, dia tetap punya kesempatan untuk hidup. Lagi pula, dia juga sudah mendapatkan perintah dari Robert. Dibandingkan mengusir adik Sky, entah konsekuensi mengerikan seperti apa yang akan diterimanya jika dia menentang perintah ini.“Kamu tentu lebih paham tentang kondisi adikmu. Adikmu nggak akan mendapat perawatan maksimal jika terus dirawat di klinik yang nggak mumpuni ini. Kalau adikmu terus berada di sini, mustahil adikmu bisa mendapat kesembuhan.”“Adikmu sudah lama menempati ruang rawat kelas satu, padahal kamu juga sering menunggak biaya perawatan. Jika boleh jujur, pihak klinik juga nggak bisa berbuat banyak. Bahkan akhir-akhir ini, banyak keluarga pa
“Sky, kalau kamu mau bergabung denganku, aku akan carikan orang yang bisa menyembuhkan adikmu.” Brandon kini ikut buka suara. Dia langsung bangkit dan menghentikan Robert yang sudah mau hilang kendali.Sky memandang ke arah Brandon dengan tatapan curiga. Kemudian, dia berkata, “Apa menurutmu aku akan percaya begitu saja dengan perkataanmu?”Brandon mengeluarkan kartu nama dokter Enrica yang sudah disiapkannya, lalu berkata, “Ini adalah kartu nama dokter Enrica. Kamu boleh telepon dia, dia yang akan mengatur rencana pengobatan untuk adikmu. Nggak usah khawatir soal biaya, semua aku yang tanggung.”“Bagaimana mungkin? Kamu nggak membohongiku, ‘kan?” Wajah Sky memancarkan ekspresi tidak percaya. Wakil Kepala Rumah Sakit Umum adalah sosok yang agung. Jika bukan operasi yang biayanya sampai ratusan juta, tidak mungkin dia sendiri yang akan turun tangan.Hanya saja, pemuda di depannya ini, bisa seenaknya saja memerintah Sky untuk menelepon dokter Enrica? Bagaimana mungkin Sky bisa percaya?D
Begitu terpikirkan hal ini, ekspresi muram langsung terpampang di wajah Martin“Nggak, nggak boleh! Aku nggak boleh membiarkan jalan Hannah menuju puncak lancar. Jika dia sampai bercerai, nanti dia akan punya kesempatan untuk bisa menyingkirkanku. Nggak boleh! Aku harus cari cara!” kata Martin sambil mengerutkan dahi.“Ah, itu gampang. Kamu tinggal bilang kakek. Bilang saja saat ini sedang waktu-waktu kritis perihal kerja sama dengan Perusahaan Investasi Sinjaya, dan Grup Limantara sedang ada tanda-tanda penurunan. Dengan begitu, bukannya kakek nggak akan menyetujui perceraian mereka? Kalau mereka cerai, nanti akan membawa dampak buruk buat reputasi keluarga, bukan?” Gabriel berkata dengan penuh kesombongan, seolah merasa ide yang dimilikinya paling benar.“Boleh juga!” Martin menyetujui ide itu. Namun, tatapan Martin seakan membawa rasa waspada kepada Gabriel. Perempuan ini sepertinya cukup berbahaya, dia merasa harus lebih memperhatikannya.....Brandon pulang ke kediaman Keluarga L
Sebuah foto dengan resolusi rendah langsung muncul di layar ponsel itu. Foto itu adalah foto yang diambil secara diam-diam saat Brandon dan Enrica sedang makan bersama malam itu.Brandon dibuat terdiam sejenak. Jika dihubungkan dengan bagaimana sikap Martin saat bertemu dengannya tadi, pasti ini adalah foto yang dikirim oleh Martin. Dia memang sengaja mengirim foto ini kepada Hannah.“Apa lagi yang ingin kamu jelaskan padaku? Bukti sudah terpampang jelas di depan mata, apa kamu masih mau mengelak?”Mendapati Brandon yang masih terdiam, bahkan tanpa berusaha untuk menjelaskan apa-apa, sungguh membuat Hannah hanya bisa pasrah.Maksud Hannah menyuruh Brandon melihat gambar yang ada di ponselnya adalah agar Brandon bisa memberikan penjelasan kepadanya. Namun, Brandon sama sekali tidak berusaha memberikan penjelasan apa pun kepada Hannah.“Hannah, ini sungguh nggak seperti apa yang ada di bayanganmu ….” Brandon akhirnya mencoba membuat pembelaan.“Kalau begitu, coba jelaskan padaku! Bagaima