Brandon sungguh-sungguh tidak berani bergerak. Karen memang sangat hebat di dunia bisnis. Hanya saja sepengetahuan Brandon, Karen tidak pernah berpacaran.Wajar jika Karen akan membunuhnya ketika merespons nanti ….Saat ini, tiba-tiba suara Karen terdengar, “Pak … Pak … sudah selesai peluknya?”“Ahh!” Brandon segera melepaskan tangannya. Brandon bahkan tidak menyadari dirinya sudah memeluk Karen tadi.Brandon terlihat canggung, dan terpaksa melepaskan tangannya. Karen segera berdiri, tapi dia masih tersipu malu. Hanya saja, kejadian tadi memang sangat canggung.Karen semakin malu lagi. Dia berkata, “Dengar-dengar, kamu dan Kak Hannah sudah menikah selama 3 tahun.”Brandon terdiam beberapa saat, baru merespons, “Sudahlah, jangan bahas masalah ini lagi. Malam ini aku akan tinggal di kamar tamumu. Besok tolong bantu aku buatkan kamar dan kamar mandi di perusahaan.”“Oke, aku akan persiapkan.” Karen memang merasa sangat malu, tapi dia tetap membereskan kamar tamu untuk Brandon.Melihat Kar
Melihat Brandon berjalan kemari, Karen pun berkata dengan tersenyum, “Pak, kamu tunggu sebentar, ya. Sarapannya sudah hampir selesai.”Brandon melirik Karen sekilas. Entah kenapa dia merasa hari ini Karen tidak begitu bersemangat.Semalam Brandon tidur dengan sangat nyenyak, sedangkan Karen malah bolak-balik dan galau semalaman. Karen galau apakah dia akan membukakan pintu apabila pak presdir mengetuk pintu kamarnya.Alhasil, Brandon malah seperti patung saja. Dia tidak berpikir ke arah itu. Itulah sebabnya Karen bisa tidak bersemangat dan emosi.Selesai sarapan, Karen pun mengendarai mobil Bentley untuk mengantar Brandon ke Perusahaan Investasi Sinjaya.Sekarang waktu sudah menunjukkan pukul sembilan pagi. Banyak orang sudah hilir mudik di jalan.Sementara itu, entah kenapa banyak orang yang berkerumun di depan pintu Perusahaan Investasi Sinjaya. Tampak juga ada orang yang mendekorasi depan pintu Perusahaan Investasi Sinjaya dengan bunga segar. Sekarang depan pintu perusahaan kelihata
“Bu Karen, Ibu sudah datang, ya.” Pada saat ini, seorang lelaki berjas putih berjalan keluar perusahaan. Sepertinya dia mendengar ada kericuhan di luar sana.Karen mengerutkan keningnya ketika melihat lelaki itu. Lelaki yang berjalan keluar bukanlah orang lain, melainkan si Martin yang gagal dalam melamar Winnie semalam. Sekarang sepertinya Karen mengerti apa yang hendak dilakukan Martin.“Ternyata semua ini kerjaan Tuan Martin. Hanya saja, ini perusahaan, tempat ini tidak cocok untuk melakukan hal romantis seperti ini. Aku harap Tuan Martin tidak mempersulit kami. Segera bubarkan mereka semua!” ucap Karen.“Jangan buru-buru ….” Martin tersenyum lebar. Baru saja dia hendak bersuara, tiba-tiba ujung matanya berkedut.Sialan! Kenapa si pecundang itu juga datang ke sini? Kenapa dia selalu ada di mana-mana?! “Apa kamu sudah gila? Kenapa kamu ikuti aku terus? Dasar kurang kerjaan!” Martin tidak memberi Brandon kesempatan untuk bersuara. Dia pun langsung menunjuk sambil memaki.Saat ini, Ma
Mendengar ucapan Martin, Brandon juga malas meladeninya lagi. Dia langsung membalikkan badannya, masuk ke dalam perusahaan.“Bukannya cowok itu bilang dia adalah menantu pecundang dari Keluarga Limantara? Kenapa dia malah masuk ke Perusahaan Investasi Sinjaya? Dia bahkan punya kartu akses masuk perusahaan?”“Jangan-jangan status cowok itu nggak serendah yang kita pikirkan?”Semua orang mulai kebingungan dengan identitas Brandon.Mendengar ucapan ini, Martin langsung tersenyum dingin, dan membalas, “Status? Menantu pecundang keluarga kami bekerja sebagai office boy di sini!”“Ternyata jadi office boy!” Akhirnya semua orang mengerti. Jika tidak, mana mungkin lelaki kampungan itu diperbolehkan memasuki perusahaan.Selesai berbicara, Martin kembali memusatkan perhatiannya ke sisi Karen. “Bu Karen, kita nggak usah hiraukan pecundang itu. Kamu juga jangan marah. Dia sudah merusak suasana. Bagaimana kalau kita cari tempat untuk bahas masalah kita?”Akhirnya Karen dapat memahami perasaan Winni
Dalam waktu singkat, kabar ini sudah tersebar luas di Kota Manthana. Martin pergi mengutarakan perasaannya kepada Karen, alhasil Perusahaan Investasi Sinjaya langsung membatalkan perjanjian investasi.…Di Kediaman Limantara.Saat ini, semua anggota Keluarga Limantara sedang berkumpul di ruang tamu. Suasana terlihat sangat kacau. Kakek Herman terlihat sedang duduk di tengah-tengah sofa dengan wajah muram.Sementara itu, Martin berdiri di tengah-tengah ruangan dengan menundukkan kepalanya. Dia merasa sangat gelisah dan juga malu.Ekspresi anggota Keluarga Limantara lainnya juga terlihat sangat muram. Mereka mengerumuni Martin dan terus meminta penjelasan darinya.“Martin, kamu bodoh, ya?”“Bukannya kamu bilang Karen punya perasaan sama kamu? Hasilnya?”“Apa kataku, kamu memang nggak bisa diandalkan!”“Aku tidak peduli. Pokoknya kamu harus beri kami penjelasan. Kamu bukan hanya menghancurkan bisnis Keluarga Limantara, kamu bahkan sudah menghancurkan reputasi Keluarga Limantara!”Semua or
“Tangani? Bagaimana kamu menanganinya? Kali ini, siapa lagi yang akan kamu lamar? Presdir baru mereka? Masalahannya dia itu cowok!”Salah seorang anggota Keluarga Limantara bersuara.Setelah ucapan itu dilontarkan, semua orang mulai berbisik-bisik membahas kelakuan buruk Martin. Padahal Hannah sudah berhasil mendapatkan kontrak, meskipun mereka akan mendapatkan keuntungan yang sangat sedikit, setidaknya Keluarga Limantara terbebas dari kebangkrutan.Sekarang, bocah ini malah membuat masalah sebanyak dua kali! Kemudian kembali mengantar Keluarga Limantara ke pintu kebangkrutan. Seandainya Kakek Herman tidak berada di tempat, sepertinya mereka semua sudah menggebuki Martin hingga tidak bernyawa.“Dia cuma pintar membual saja! Coba kalian lihat sendiri! Dasar tidak berguna!”“Martin! Jangan-jangan kamu mata-mata keluarga lain? Kamu ingin menghancurkan Keluarga Limantara!”Kali ini Martin sungguh putus asa. “Paman, sebelumnya kalian tidak berbicara seperti ini, bukannya kalian semua sangat
“Pak Agus, kalian tenang dulu!”“Iya, tidak ada yang berbisnis seperti kalian!”“Semalam kalian datang tanpa diundang, dan menghadiahkan begitu banyak barang. Sekarang, kalian malah membatalkan kerja sama secara sepihak! Kalian memang licik!”Ketika disalahkan oleh anggota Keluarga Limantara, Agus juga tidak mengalah. Baru saja dia hendak membalas, Herman menggebrak meja, lalu menjerit, “Sudah! Jangan ribut lagi!”Setelah semuanya diam, Herman baru menatap Agus dan yang lain dengan tatapan tulus. “Pak Agus, Pak Malvin, berhubung kalian sudah berbicara seperti ini. Aku juga tidak ingin bertekak lagi. Hanya saja, dilihat dari hubungan kita selama bertahun-tahun ini, mohon beri aku waktu tiga hari.”“Kalau dalam tiga hari ini aku tidak bisa mendapatkan kontrak investasi Perusahaan Investasi Sinjaya, kalian boleh membatalkan kerja sama sebelumnya. Bagaimana menurut kalian?”Agus dan yang lainnya bertukar pandang, lalu mengangguk. “Oke, kalau begitu, kami beri kalian waktu tiga hari. Kalau
Kali ini kedua mata Herman langsung berkilauan. Dia berkata dengan tersenyum, “Hannah, Kakek tahu kamu lagi marah. Sebelumnya Kakek memang tidak percaya sama kamu. Di sini Kakek minta maaf sama kamu. Renald, Martin, kalian berdua juga minta maaf sama Hannah!”Renald dan Martin bertukar pandang, dan keduanya terlihat canggung. Mereka sudah terbiasa untuk bersikap dominan. Sekarang mereka tentu tidak bersedia untuk meminta maaf terhadap Hannah, apalagi di hadapan orang banyak.Namun, permasalahannya adalah mereka sudah tidak memiliki cara lain lagi. Martin menghirup napas dalam-dalam, lalu membungkukkan sedikit tubuhnya ke sisi Hannah. “Kak Hannah, aku sudah bersalah. Mohon maafkan aku.”Sementara itu, Renald malah berkata dengan tersenyum, “Hannah, kamu lihat Martin saja sudah minta maaf. Paman juga minta maaf sama kamu. Kami jamin masalah seperti ini tidak akan terjadi lagi. Tolong bantu kami untuk pergi ke Perusahaan Investasi Sinjaya lagi, ya?”“Bantu? Kalau ada masalah, kalian langs