“Cewek cantik, sepertinya kamu suka banget sama ponsel ini. Gimana kalau aku beliin buat kamu?” Pedro berjalan maju, tidak memberi Karen kesempatan untuk menolak. Dia menyerahkan kartu bank, lalu berkata, “Gesek kartuku saja!”“Hei, cowok miskin, apa kamu tahu apa yang dinamakan kartu perak? Aku sarankan, lain kali kalau mau berakting, tolong akting yang mirip. Kalau kamu ambil kartu perak, sepertinya masih ada yang percaya sama kamu! Kamu malah ambil kartu hitam! Cih!” Pedro memandang Brandon dengan ekspresi meremehkan.“Wahh! Kartu ini kartu perak! Dengar-dengar hanya orang yang saldonya di atas miliaran baru bisa mengajukan kartu perak!”“Tuan Pedro memang kaya dan rendah hati!”Amarah Brandon hampir membeludak. Padahal ada ratusan miliar di dalam kartunya, dia malah direndahkan oleh orang yang hanya memiliki saldo beberapa miliar? Brandon sungguh tidak berdaya.Permasalahannya, Brandon juga tidak bisa menjelaskannya.Karen juga tidak meladeni Pedro. Dia langsung mengeluarkan kartun
“Pak Brandon, sebenarnya apa yang terjadi?” Setelah masuk ke dalam mobil Ferrari, Karen langsung bertanya dengan kebingungan.“Coba aku telepon.” Brandon menelepon ke pihak bank untuk mencari tahu. Seketika ekspresinya terlihat datar. “Kata pihak bank, limit transaksi bulanan kartu ini 10 miliar. Sebelumnya aku sudah menarik uang 10 miliar. Jadi, transaksi bulan ini sudah mencapai limit. Kalau aku ingin mengatur limitnya, aku perlu ke bank untuk menandatangani surat pengajuan kenaikan limit.”“Pftz ….”Karen spontan tertawa. Tak disangka, ternyata gara-gara ini.Brandon juga tidak berdaya. Kenapa dia terus mengalami hal-hal aneh?! Sepertinya Brandon harus ke bank untuk mengatasi masalah limit kartu. Jika tidak, dia tidak bisa melakukan transaksi lagi dalam bulan ini.“Jadi, ponsel ini … anggap saja hadiah untuk Kak Brandon.” Karen tersenyum. Uang memang bukanlah masalah baginya.“Oke, kalau begitu, lain kali aku akan beri kamu hadiah lain.” Brandon juga tidak menolak. “Kamu antar aku k
Brandon sungguh-sungguh tidak berani bergerak. Karen memang sangat hebat di dunia bisnis. Hanya saja sepengetahuan Brandon, Karen tidak pernah berpacaran.Wajar jika Karen akan membunuhnya ketika merespons nanti ….Saat ini, tiba-tiba suara Karen terdengar, “Pak … Pak … sudah selesai peluknya?”“Ahh!” Brandon segera melepaskan tangannya. Brandon bahkan tidak menyadari dirinya sudah memeluk Karen tadi.Brandon terlihat canggung, dan terpaksa melepaskan tangannya. Karen segera berdiri, tapi dia masih tersipu malu. Hanya saja, kejadian tadi memang sangat canggung.Karen semakin malu lagi. Dia berkata, “Dengar-dengar, kamu dan Kak Hannah sudah menikah selama 3 tahun.”Brandon terdiam beberapa saat, baru merespons, “Sudahlah, jangan bahas masalah ini lagi. Malam ini aku akan tinggal di kamar tamumu. Besok tolong bantu aku buatkan kamar dan kamar mandi di perusahaan.”“Oke, aku akan persiapkan.” Karen memang merasa sangat malu, tapi dia tetap membereskan kamar tamu untuk Brandon.Melihat Kar
Melihat Brandon berjalan kemari, Karen pun berkata dengan tersenyum, “Pak, kamu tunggu sebentar, ya. Sarapannya sudah hampir selesai.”Brandon melirik Karen sekilas. Entah kenapa dia merasa hari ini Karen tidak begitu bersemangat.Semalam Brandon tidur dengan sangat nyenyak, sedangkan Karen malah bolak-balik dan galau semalaman. Karen galau apakah dia akan membukakan pintu apabila pak presdir mengetuk pintu kamarnya.Alhasil, Brandon malah seperti patung saja. Dia tidak berpikir ke arah itu. Itulah sebabnya Karen bisa tidak bersemangat dan emosi.Selesai sarapan, Karen pun mengendarai mobil Bentley untuk mengantar Brandon ke Perusahaan Investasi Sinjaya.Sekarang waktu sudah menunjukkan pukul sembilan pagi. Banyak orang sudah hilir mudik di jalan.Sementara itu, entah kenapa banyak orang yang berkerumun di depan pintu Perusahaan Investasi Sinjaya. Tampak juga ada orang yang mendekorasi depan pintu Perusahaan Investasi Sinjaya dengan bunga segar. Sekarang depan pintu perusahaan kelihata
“Bu Karen, Ibu sudah datang, ya.” Pada saat ini, seorang lelaki berjas putih berjalan keluar perusahaan. Sepertinya dia mendengar ada kericuhan di luar sana.Karen mengerutkan keningnya ketika melihat lelaki itu. Lelaki yang berjalan keluar bukanlah orang lain, melainkan si Martin yang gagal dalam melamar Winnie semalam. Sekarang sepertinya Karen mengerti apa yang hendak dilakukan Martin.“Ternyata semua ini kerjaan Tuan Martin. Hanya saja, ini perusahaan, tempat ini tidak cocok untuk melakukan hal romantis seperti ini. Aku harap Tuan Martin tidak mempersulit kami. Segera bubarkan mereka semua!” ucap Karen.“Jangan buru-buru ….” Martin tersenyum lebar. Baru saja dia hendak bersuara, tiba-tiba ujung matanya berkedut.Sialan! Kenapa si pecundang itu juga datang ke sini? Kenapa dia selalu ada di mana-mana?! “Apa kamu sudah gila? Kenapa kamu ikuti aku terus? Dasar kurang kerjaan!” Martin tidak memberi Brandon kesempatan untuk bersuara. Dia pun langsung menunjuk sambil memaki.Saat ini, Ma
Mendengar ucapan Martin, Brandon juga malas meladeninya lagi. Dia langsung membalikkan badannya, masuk ke dalam perusahaan.“Bukannya cowok itu bilang dia adalah menantu pecundang dari Keluarga Limantara? Kenapa dia malah masuk ke Perusahaan Investasi Sinjaya? Dia bahkan punya kartu akses masuk perusahaan?”“Jangan-jangan status cowok itu nggak serendah yang kita pikirkan?”Semua orang mulai kebingungan dengan identitas Brandon.Mendengar ucapan ini, Martin langsung tersenyum dingin, dan membalas, “Status? Menantu pecundang keluarga kami bekerja sebagai office boy di sini!”“Ternyata jadi office boy!” Akhirnya semua orang mengerti. Jika tidak, mana mungkin lelaki kampungan itu diperbolehkan memasuki perusahaan.Selesai berbicara, Martin kembali memusatkan perhatiannya ke sisi Karen. “Bu Karen, kita nggak usah hiraukan pecundang itu. Kamu juga jangan marah. Dia sudah merusak suasana. Bagaimana kalau kita cari tempat untuk bahas masalah kita?”Akhirnya Karen dapat memahami perasaan Winni
Dalam waktu singkat, kabar ini sudah tersebar luas di Kota Manthana. Martin pergi mengutarakan perasaannya kepada Karen, alhasil Perusahaan Investasi Sinjaya langsung membatalkan perjanjian investasi.…Di Kediaman Limantara.Saat ini, semua anggota Keluarga Limantara sedang berkumpul di ruang tamu. Suasana terlihat sangat kacau. Kakek Herman terlihat sedang duduk di tengah-tengah sofa dengan wajah muram.Sementara itu, Martin berdiri di tengah-tengah ruangan dengan menundukkan kepalanya. Dia merasa sangat gelisah dan juga malu.Ekspresi anggota Keluarga Limantara lainnya juga terlihat sangat muram. Mereka mengerumuni Martin dan terus meminta penjelasan darinya.“Martin, kamu bodoh, ya?”“Bukannya kamu bilang Karen punya perasaan sama kamu? Hasilnya?”“Apa kataku, kamu memang nggak bisa diandalkan!”“Aku tidak peduli. Pokoknya kamu harus beri kami penjelasan. Kamu bukan hanya menghancurkan bisnis Keluarga Limantara, kamu bahkan sudah menghancurkan reputasi Keluarga Limantara!”Semua or
“Tangani? Bagaimana kamu menanganinya? Kali ini, siapa lagi yang akan kamu lamar? Presdir baru mereka? Masalahannya dia itu cowok!”Salah seorang anggota Keluarga Limantara bersuara.Setelah ucapan itu dilontarkan, semua orang mulai berbisik-bisik membahas kelakuan buruk Martin. Padahal Hannah sudah berhasil mendapatkan kontrak, meskipun mereka akan mendapatkan keuntungan yang sangat sedikit, setidaknya Keluarga Limantara terbebas dari kebangkrutan.Sekarang, bocah ini malah membuat masalah sebanyak dua kali! Kemudian kembali mengantar Keluarga Limantara ke pintu kebangkrutan. Seandainya Kakek Herman tidak berada di tempat, sepertinya mereka semua sudah menggebuki Martin hingga tidak bernyawa.“Dia cuma pintar membual saja! Coba kalian lihat sendiri! Dasar tidak berguna!”“Martin! Jangan-jangan kamu mata-mata keluarga lain? Kamu ingin menghancurkan Keluarga Limantara!”Kali ini Martin sungguh putus asa. “Paman, sebelumnya kalian tidak berbicara seperti ini, bukannya kalian semua sangat