Malamnya, Arthur benar-benar tidak pulang. Helenina tidak bisa tidur sehingga dia pun memutuskan untuk menunggu suaminya itu. Namun bahkan sampai tengah malam tiba, saat jam antik di dinding kamarnya sudah menunjuk ke angka satu dini hari, pintu kamar itu tidak kunjung terbuka dan orang yang Helenina tunggu tidak kunjung datang.Keesokan harinya Helenina bangun dan menemukan sisi ranjang di sampingnya kosong, masih rapi, dan terasa dingin. Yang artinya, Arthur tidak pulang semalam. Helenina merasa pusing di kepala, sementara udara pagi ini lebih mencekam dari kemarin. Salju turun dengan lebat di luar. Mungkin itu alasan kenapa Arthur tidak pulang, karena pastinya berbahaya untuk berkendara dalam keadaan bersalju seperti ini. Itulah yang Helenina pikirkan. Setidaknya dugaan tersebut membuatnya merasa lebih baik, alih-alih beranggapan bahwa semalam Arthur memilih untuk menginap di rumah salah satu simpanannya.Bisa saja, bukan? Mengingat seberapa banyak simpanan yang ayah Helenina milik
“Arthur!” Helenina berseru tertahan memanggil nama suaminya itu. Sarapan sudah selesai, tamu mereka sedang menunggu di perpustakaan dihidangi kudapan manis dan teh hangat yang menggiurkan. Helenina merasa bahwa dia membutuhkan teh hangat pagi ini sekalipun dia baru saja selesai meminum susu panas yang dibuatkan oleh Duncan. Namun, di sinilah Helenina sekarang, ditarik dengan kasar oleh suaminya sendiri menuju entah ke mana. Arthur berjalan dengan langkah lebar, sementara Helenina berlari di belakangnya.“A-Arthur!” panggil Helenina lagi, kali ini terkesan lebih gugup saat dia menyadari ke mana Arthur akan membawanya; ke kamar mereka. Pintu dibuka, Helenina ditarik masuk kemudian tubuhnya didorong ke tembok sementara Arthur tiba-tiba saja menghimpitnya dan di sana ... tanpa peringatan pria itu mencium bibirnya.Helenina terkesiap dan tubuhnya sontak membeku. Keterkejutannya itu diredam oleh bibir yang tegas dan lembut, melumat dengan cara yang membuat darah Helenina berdesir kencang s
Helenina menatap pantulan dirinya di dalam cermin. Raut kekecewaan tampak jelas di wajahnya, dan tatapannya menunjukkan kesedihan. Dia tadinya hendak bersiap-siap untuk pergi ke Dokter seperti yang Arthur perintahkan padanya, namun sebuah rasa yang tidak nyaman kemudian terjadi; Helenina mendapatkan periode bulanannya. Darah yang keluar terlalu banyak membuat Helenina sulit untuk membantah.Dia benar-benar tidak sedang hamil.“Mungkin sekarang memang bukan waktunya,” kata Helenina, mencoba untuk menghibur diri karena ternyata dugaan Asher itu tidak benar, Helenina tidak sedang mengandung.Dia dapat menerimanya dengan mudah, walau diwarnai perasaan kecewa dan sedih. Dan hal tersebut lebih dapat dinamai sebagai kepasrahan.Namun sekarang masalahnya adalah, bagaimana Helenina akan memberi tahu Arthur? Suaminya itu tadi juga tampak sangat yakin dan berharap mengenai informasi kehamilan ini.Helenina jadi takut untuk memberitahunya.Arthur tidak mungkin bisa menerima berita ini dengan baik
Saat pandangan mereka bertemu, keterkejutan tampak di mata pria itu, tapi hanya sebentar karena setelahnya tatapan datarnya yang khas kembali. Dia melirik ke arah jam di dinding dan berkata, “Masih ada waktu dua puluh menit lagi dari waktu yang kujanjikan. Apa ada alasan lain kenapa kau menemuiku secepat ini?” Sebelum Helenina bisa menjawab, tatapan Arthur berlabuh ke nampan di tangan Helenina.“Aku datang untuk membawakanmu teh,” kata Helenina kemudian. Dia sengaja menghindari tatapan Arthur karena itu hanya akan membuatnya semakin gugup.Suara buku yang ditutup terdengar keras di ruangan yang mendadak jadi sunyi itu. Helenina berjengit sedikit. Saat ini, dia baru sadar bahwa dia tengah mengganggu waktu kerja suaminya, dan dia takut membuat pria itu marah.“Kau tidak harus melakukannya, letakkan saja teh itu di meja dan pergilah bersiap-siap!” Arthur melangkah ke arah meja kerjanya, meletakkan buku tebal yang tadi dia baca, kemudian menatap ke arah laptopnya seolah Helenina sudah ti
“Arthur, ada apa kau memanggilku?” Arthur memandang ke arah pintu sampai sosok Helenina tidak lagi dalam pandangannya. Setelah itu, barulah fokusnya tertuju pada wanita yang berdiri di hadapannya. “Celia, ada pekerjaan baru untukmu,” sahut Arthur singkat.Wanita cantik di hadapannya itu berdecak tidak senang. “Hanya itu?”“....” Karena Arthur tidak menjawab, ekspresi di wajah Celia jadi semakin memberengut. “Kupikir kau sudah bosan dengan istrimu,” ucapnya.Arthur menyodorkan sebuah map berwarna cokelat, berisi berkas penting mengenai pekerjaan yang hendak dia berikan pada Celia. Wanita ini adalah seorang mata-mata yang dia pekerjakan untuk beberapa orang kliennya. Namun kali ini, Arthur ingin Celia menyelidiki tentang rencana sepupunya—Asher. Pria itu tidak pernah datang menemuinya semenjak 5 tahun Arthur menyandang gelar yang sebelumnya dimiliki oleh kakek mereka. Arthur tahu bahwa Asher dan ibunya datang bukan untuk berbasa-basi, jadi dia ingin tahu apa yang mereka rencanakan.“
Arthur duduk di sofa, di tempat Helenina sebelumnya. Dia memberikan wanita itu gestur untuk mendekat. “Kemarilah!”Dari sudut matanya, Arthur melihat Helenina tampak ragu-ragu, sebelum mendekat dan duduk di sampingnya—memberikan jarak sejauh satu meter. Arthur menahan sebuah senyum geli yang hampir terbentuk di bibirnya. Dia menuang teh ke dalam cangkir lalu berkata, “Apa yang kau lakukan sejauh itu, Nina? Mendekatlah!”Helenina beringsut mendekat, tapi tidak cukup dekat bagi Arthur sehingga dia pun menarik wanita itu ke arahnya dan meletakkan tangannya ke pinggang yang ramping dan lembut itu.Suara kesiap Helenina terdengar, tapi Arthur tidak menghiraukannya.“Mau teh lagi?” tawar Arthur.Helenina menggeleng. “Ngh, A-Arthur? Aku mau ....”“Mau apa?”“I-ini sudah malam. Aku mau ... mau tidur!” seru Helenina.Arthur menyesap teh yang sudah hampir dingin itu dalam sekali tegukan. Dia mengusap pinggang Helenina dan merasakannya menegang, sebuah pemikiran yang sangat nakal langsung terlin
Helenina kembali ke kamarnya malam itu, dan dia tidak mengharapkan kehadiran suaminya lagi di sana. Dia berbaring sendiri di tengah ranjang, mata terbuka menatap ke arah setitik cahaya yang tembus melalui gordennya yang sedikit tersingkap. Telinganya hanya mendengar suara detik jam di dinding yang bergema, dan hangat dari selimut yang dia rasakan di kulit. Suasana yang begitu sunyi, gelap, dan seorang diri merupakan tempat favorit bagi Helenina. Itu membantunya untuk berpikir lebih baik.Dan saat ini, benaknya dipenuhi oleh ucapan Arthur sebelumnya. Apakah benar bahwa pria itu tidak bersama dengan wanita mana pun setelah mereka menikah? Helenina seharusnya merasa senang, bukan? Tapi yang dia rasakan justru perasaan sedih, karena betapa mustahilnya ucapan Arthur itu untuk menjadi kenyataan bagi Helenina. Dan sekalipun memang benar bahwa Arthur tidak pernah bersama wanita lain selama pernikahan mereka, hal tersebut tidak menghapus fakta bahwa Arthur benar-benar memiliki wanita simpanan.
Helenina membuka mata, terbangun karena suara gedoran yang membabi-buta pada pintu kamarnya. Gedoran itu jadi semakin kencang dan berisik sementara pelupuk mata Helenina jadi semakin berat dan kepalanya berdenyut dengan semakin menyakitkan. Dia bisa mendengar suara seseorang memanggil namanya berulang kali, tapi Helenina terlalu lemas untuk peduli.Kemudian tiba-tiba saja, suara berisik itu berhenti, diikuti suara-suara lainnya seperti meja yang didorong dan suara decitan di lantai. Helenina menutup mata dan mengernyit, membenci keributan itu. Dia lalu mendengar suara seseorang mengumpat. “Hal persetan apa yang telah terjadi di sini?!”Apakah itu Arthur? Benar-benar Arthur? Bahkan kalau bukan Arthur, Helenina tidak akan punya tenaga untuk melawan apa yang akan Asher lakukan padanya.“Nina!” Sentuhan yang terasa sangat hangat mendarat di dahi Helenina. Dia membuka mata, melihat wajah suaminya berputar di hadapannya bersama dinding dan seisi kamar. Kepala Helenina sakit sekali.“A-Ar
TAMING THE DEVILISH HUSBAND chapter 81 – Familiar AromaYang semalam terasa seperti mimpi.Mimpi yang bahkan saat terbangun pun tidak berani Helenina andai-andaikan. Setiap detik dari momennya, mungkin akan selalu melekat dalam benak Helenina. Dia tidak akan pernah melupakan apa yang terjadi. Dia tidak akan lupa bagaimana dansa mereka yang kacau dan dipenuhi kecerobohan, ditambah hujan dan petir di luar, yang kemudian diakhiri oleh pengakuan cinta. Dan saat semua itu digabung, Helenina merasa bahwa itu sempurna.Hari ini, Helenina bangun lebih pagi. Namun dia tidak menemukan Arthur di sampingnya. Tidak peduli sepagi apa pun Helenina bangun, Arthur selalu saja bangun lebih dulu. Menepis rasa kecewanya, Helenina segera bersiap dan turun ke lantai bawah untuk sarapan.Seperti dugaannya, Arthur ada di ruang makan, tengah menyesap kopi sembari menatap ke arah layar tabletnya. Dia mendongak ketika Helenina masuk.“Kau seharusnya menunggu di kamar. Aku baru saja hendak mengantar makananmu ke
TAMING THE DEVILISH HUSBAND chapter 80 – His LoveDulu, cinta terdengar seperti sebuah kutukan di telinga Arthur.Cintalah yang membawanya ke jalanan. Karena cinta, ibunya menjadi pelacur. Karena cinta, Arthur dipukuli sampai hampir mati oleh ayahnya sendiri. Karena cinta, Arthur dijual kepada pria-pria bangsat yang menyukai anak lelaki. Karena cinta, Arthur menjadi sebatang kara.Namun setelah semua itu, dia tetap mengatakannya juga, kepada satu wanita ini—yang terselip melewati kewaspadaannya dan meruntuhkan dinding-dinding kokoh yang dia bangun di dalam dirinya.“Aku mencintaimu, Helenina.”Binar yang langsung tampak di mata sejernih langit milik wanita itu langsung membuat rasa penyesalan menyergap Arthur seperti rantai.Pantaskah dia mengatakannya?“Oh, Arthur.”Air mata Helenina menetes, tapi Arthur tahu itu bukanlah tangisan sedih. Arthur tersenyum tipis, ekspresinya menjadi tertutup. Dan sebelum Helenina menyadarinya, Arthur segera menariknya ke pelukan. Helenina menangis ters
TAMING THE DEVILISH HUSBAND chapter 79 – The PaintingsHelenina tercenung, tubuhnya membeku dalam dekapan yang hangat. Ciuman Arthur yang tiba-tiba terasa panas dan kemudian melelehkannya. Helenina memejamkan mata, mengalungkan tangannya ke leher Arthur, merintih pelan sebelum membalas ciuman tersebut. Arthur mendekapnya semakin erat, telapak tangannya yang lebar terbuka di punggung Helenina, menariknya mendekat, sementara tangannya yang lain ada di leher Helenina—membelainya dan sekaligus memberikan tekanan yang membuat Helenina gemetar.Ciuman Arthur terasa memabukkan, seperti wine yang Helenina minum pada pesta-pesta besar. Sekujur tubuhnya dialiri sengatan gairah yang menyenangkan, rasanya menggelitik dan penuh damba.Arthur menciumnya, Helenina mencium Arthur.Hujan di luar semakin lebat, petir menyambar setelah kilat yang menyilaukan mata. Saat Arthur menjauh, napas Helenina tercekat dan berubah memburu dengan cepat. Dia membuka matanya yang terpejam dengan perlahan, menatap sep
TAMING THE DEVILISH HUSBAND chapter 78 – Something Change“Kau sudah menemukan siapa orangnya?”Francis menggeleng. “Emma tengah menginterogasi semua pelayan dan pekerja di rumah, menggeledah kamar-kamar mereka, tapi sejauh ini hanya tiga orang yang dicurigai.”“Siapa?” tanya Arthur.“Para gadis pelayan Nyonya,” Francis menjawab tanpa ragu.Arthur mengernyitkan dahi, mengingat setiap momen Helenina dan para gadis pelayannya bersama. Mereka memiliki banyak kesempatan, mereka orang-orang terdekat yang berinteraksi dengan Helenina setiap hari dan tahu segala hal yang Helenina lakukan. Sangat mungkin kalau salah satu dari para gadis itu adalah mata-mata yang Asher kirim ke rumahnya.“Aku yang akan melakukan interogasi kepada mereka,” kata Arthur kemudian.“Tidakkah lebih baik kalau Tuan bertanya langsung kepada Nyonya? Dia mungkin tahu sesuatu.”Arthur menolak usulan tersebut sesaat setelah Francis melontarkannya. “Ini pekerjaan mudah, Francis, kau tidak harus melibatkan istriku ke dalamn
TAMING THE DEVILISH HUSBAND chapter 77 – Beyond BeliefDi mobil yang melaju kencang di jalan raya, Francis memberi tahu Arthur bahwa dia sudah mendapatkan kabar dari Emma mengenai kondisi Helenina di rumah.Helenina ditemukan tidak sadarkan diri di lantai kamar mandinya. Francis sengaja tidak memberi tahu secara detail bahwa sang nyonya juga mengalami pendarahan, dia tidak ingin membuat Arthur kehilangan kendalinya lebih buruk dari ini.Mereka tengah menuju rumah sakit tempat Helenina dibawa. Letaknya cukup jauh, mengikis setiap kesabaran yang Arthur punya. Mobil yang dikendarainya melesat semakin kencang dan bergerak lincah di jalan raya yang cukup ramai oleh kendaraan lain. Francis bahkan sampai harus berpegangan di kursinya untuk menahan guncangan.Sesampainya di rumah sakit, Arthur tidak membuang banyak waktu, dia langsung pergi ke ruangan tempat Helenina berada dengan langkah tergesa. Francis tidak sempat menyusul karena dia harus memarkir mobil yang Arthur tinggalkan begitu saja
TAMING THE DEVILISH HUSBAND chapter 76 – Poison“Jadi, selama ini dia ada di sana.”“Ya, saya menduga sepupu Anda ikut andil dalam hal ini.”Arthur terkekeh, duduk di sofa berwarna merah mencolok di dalam sebuah ruangan dengan pencahayaan yang temaram. “Tentu saja Asher terlibat. Dan rumah tempat John Delmon saat ini berada adalah rumah warisan milik Madeline Pansley.”Sebuah cerutu yang Arthur apit di kedua jari tangan kanannya dia tekan ke asbak sehingga ujungnya yang menyala pun mati dan menjadi abu, meninggalkan noda menghitam di permukaan asbak yang putih. Arthur bukanlah seorang pecandu rokok, namun terkadang dia merasa membutuhkan nikotin itu dalam dirinya. Dia lalu bersandar di sofa seraya menghela napas panjang. Tatapannya yang dingin sesaat tampak kosong.“Sudah saatnya aku menemui sepupuku kalau begitu. Dia selalu menjadi duri, tapi kali ini lebih tajam.”Francis Bronwen, yang berdiri di hadapannya dengan gestur tegak pun tidak mengatakan apa pun.Arthur bangkit, seraya ber
TAMING THE DEVILISH HUSBAND chapter 75 – Pumpkin or TeaSaat siang menjelang sore tiba, Arthur kembali ke rumah, menemukan istrinya masih tertidur nyenyak di atas ranjang setelah kegiatan panas yang mereka lakukan beberapa jam lalu. Helenina pastinya sangat kelelahan, dan Arthur memiliki dorongan yang begitu kuat untuk bergabung dengannya di sana dan merasakan tubuhnya yang lembut di dalam pelukan. Tapi Arthur tahu lebih baik bahwa dia tidak hanya akan berhenti di sana, dan dia juga memiliki urusan mendadak yang harus dia selesaikan sesegera mungkin.Namun Arthur sengaja pulang lebih dulu, hanya untuk sekadar melihat wajah istrinya.Dia duduk di pinggir ranjang, mengusap rambut Helenina yang tersebar di atas bantal dan seprai berwarna putih, bagai jilatan api yang tampak begitu cantik. Tangan Arthur kemudian teralih pada wajah yang terlihat pulas dan damai itu.Dahi Arthur mengernyit saat kembali memikirkan ucapan Helenina di mobil tadi. Bibirnya lalu menyunggingkan senyum.“Kamu meng
TAMING THE DEVILISH HUSBAND chapter 74 – CrimsonSesaat setelah mobil berhenti di depan teras mansion Rutherford yang sudah tua tapi masih tampak megah dan kokoh itu, Arthur keluar dari mobil dan menarik Helenina bersamanya. Dia mengabaikan Emma dan juga beberapa pelayan yang tidak sengaja berpapasan dan menunduk pada mereka.“A-Arthur, pelan-pelan!” lirih Helenina dengan wajah memerah padam. Tapi Arthur seolah tidak mendengarkan. Saat sampai di dekat tangga, tubuh Helenina tiba-tiba saja diangkat dan sudah berada di dalam gendongan pria itu.Helenina memekik, menoleh dengan panik ke arah seorang pelayan—Aria—yang baru saja berpapasan dengannya. Namun gadis pelayan Helenina itu tengah menunduk dan begitu pun juga dengan yang lain.Tapi bukan berarti mereka tidak tahu!“Arthur! Aku bisa jalan sendiri,” pinta Helenina lagi dengan suara panik sekaligus menahan malu.Arthur menaiki dua gundakan anak tangga sekaligus. Tidak memberikan respon apa pun pada rontaan yang Helenina berikan. Dan
TAMING THE DEVILISH HUSBAND chapter 73 – What If“Arthur, terima kasih sudah membicarakan hal ini dengan Henry,” kata Helenina. Dia dan Arthur sekarang tengah berada di dalam mobil yang melaju menuju rumah. Helenina duduk di samping Arthur. Lengan pria itu melingkari pinggangnya sementara tatapan Arthur tertuju ke arah ponsel.“Hm,” jawab Arthur singkat.Helenina mendongak menatap wajah serius suaminya itu. Apa pun yang sedang Arthur lihat di ponselnya, pasti tidak jauh-jauh dari hal-hal yang menyangkut pekerjaannya. Alis Arthur tampak sedikit mengerut, tulang pipinya lebih menonjol karena rahangnya yang tegang. Helenina menduga bahwa Arthur pasti habis bercukur, kulit wajahnya tampak mulus. Dan hal tersebut membuat Helenina ingin menyapukan tangannya ke sana dan mengecupnya.Tapi tentu saja Helenina tidak melakukannya karena perasaan malu lebih dulu membuatnya mengalihkan pandang. Dia menatap ke luar, melihat berbagai objek seperti bangunan tinggi, toko-toko, kendaraan lain, lampu ja