Share

Dukungan

Author: Bintang Asiah
last update Last Updated: 2022-06-11 00:30:36

"Jadi beneran kamu mau bercerai dengan Mas Bayu, Rin?" tanya Nirma penasaran.

"Iya, Nir. Keputusan ku sudah bulat," jawab Airin yakin. Disedotnya lemon tea yang dipesannya, matanya menerawang hampa.

"Aku gak nyangka kalo Mas Bayu bisa berbuat seperti itu. Setahuku dia 'kan alim kayak kamu," ucap Nirma tak percaya dengan apa yang dihadapi sahabat baiknya itu.

"Apa kamu yakin kalau anak yang dikandung perempuan itu memang benar-benar anaknya Mas Bayu? Bisa saja 'kan dia cuma ngaku-ngaku biar Mas Bayu mau menikahi nya," tanya Nirma lagi.

"Entahlah, Nir. Aku gak terlalu peduli itu anak Mas Bayu apa bukan. Yang jelas Mas Bayu mengakui dia ada hubungan dengan perempuan itu. Bagiku itu alasan yang sangat cukup untuk berpisah darinya," ucap Airin datar.

"Kamu yang sabar yah, Rin. Apapun keputusan mu, aku akan selalu ada untukmu," ucap Nirma menghibur. Dirangkulnya bahu sahabat karibnya itu.

"Thanks yah," ucap Airin sembari mengurai pelukan sahabatnya.

"Apa aku ini memang kurang peka yah, Nir? Selama enam bulan terkahir aku bahkan tidak merasa ada yang berbeda dengan Mas Bayu. Kalau saja perempuan itu tidak datang kerumah dan memberi tahu semuanya, mungkin sampai saat ini mereka akan terus-terusan bermain dibelakang ku," ucap Airin sedih.

"Sudahlah, Rin, jangan terlalu dipikirkan. Kamu bukannya kurang peka, hanya saja kamu terlalu baik sehingga tidak curiga ternyata sudah dicurangi Bayu."

"Apa Ibumu sudah tahu, Rin?" tanya Nirma cemas.

"Itulah yang jadi beban dipikiran ku, Nir. Kamu tahu 'kan kalau keluarga ku dulu kurang terlalu setuju aku menikah dengan Mas Bayu. Dan sekarang aku harus menghadapi ini semua mungkin juga karena dulu aku gak dengerin orang tuaku, Nir."

"Sudahlah, Rin. Tidak perlu terlalu disesali, bukankah semua yang terjadi itu sudah takdir."

Mendengar ucapan Nirma yang mendadak bijak, Airin tersenyum.

"Tumben nih kamu bijak," ucap Airin sambil tersenyum meledek.

"Baru tahu yah kalau sekarang sahabat mu ini sudah menjadi orang bijak," ucap Nirma sedikit jengkel.

"Iya Nirma manis, sahabat ku yang paling cantik. Jangan ngambek gitu dong nanti gak cantik lagi loh," ucap Airin membujuk. Tangannya mencubit pipi sahabatnya. Gemas!

"Aw sakit tau. Pacarku aja gak pernah cubit-cubit" 

"Iya maaf, makanya jangan cemberut dong. Udah mau asar nih. Kita pulang yuk!" Ajak Airin.

"Baru jam tiga, Rin! Azan masih lama sayang. Kita jalan-jalan ke atas bentar yuk. Ada baju-baju bagus nih."

"Gak bisa, Nir. Aku harus pulang. Nenek sapa nanti yang ngurusin?"

"Ya Allah, Rin. Dirumah 'kan banyak orang. Ayolah, jarang-jarang 'kan kamu keluar rumah," ajak Nirma memaksa.

"Iya deh, tapi cuma sebentar aja yah,"

"Oke deh."

Airin memutuskan untuk mengikuti ajakan Nirma. Berjalan-jalan dan melihat-lihat sebentar mungkin bisa menghilangkan sejenak beban di hatinya. Terlalu larut dalam kesedihan juga tidak ada gunanya. Toh sudah cukup lama juga dia tidak keluar rumah selama ini. Tugasnya menjaga Nenek membuatnya tidak bisa berlama-lama berada diluar rumah. 

***

Airin memasuki rumah dengan sedikit terburu-buru. Jam sudah menunjukkan pukul enam sore lewat, dia sedikit terlambat kali ini. Meski dia sudah menghubungi Bi Nah sebelumnya untuk menggantikan nya mengurus Nenek, namun dia masih sedikit khawatir.

"Jam berapa sekarang kamu baru pulang?" Terdengar suara Bu Fatma mengagetkan Airin dari belakang. Tangannya disilangkan di depan dada tanda 'tak suka.

"Maaf, Ma, tadi jalanan sedikit macet," ucap Airin memberi alasan.

"Jangan mentang-mentang kamu ingin bercerai dengan Bayu, terus kamu bisa pergi-pergi semaunya yah, Rin," ucap Bu Fatma ketus.

"Bagaimana pun sekarang kamu masih menjadi menantu di rumah ini. Kamu tidak boleh melupakan apa yang sudah menjadi tanggungjawab mu," lanjut Bu Fatma.

"Maaf, Ma, sudah mau magrib. Airin masuk kamar dulu," pamit Airin sopan dan berlalu  meninggalkan Bu Fatma yang masih jengkel.

"Eh diajak bicara malah nyelonong aja. Dasar menantu tidak sopan. Sudah berani kamu yah sekarang!" ucap Bu Fatma sedikit berteriak.

Airin sejenak menghentikan langkahnya, menarik nafas panjang dan menghembuskan nya kuat-kuat, kemudian berlalu meninggalkan mertuanya yang semakin jengkel.

***

Pak Guntur menikmati makan malamnya hanya ditemani istrinya. Sudah seminggu lebih suasana seperti ini terjadi. Duduk berdua di meja makan hanya dengan istrinya.

"Semalam Bayu tidak pulang lagi, Ma?" tanya Pak Suseno sambil tangannya menyuapkan nasi ke mulutnya.

"Untuk apa dia pulang jika dirumah dia disambut dengan wajah masam istrinya," jawab Bu Fatma kesal.

Mendengar jawaban istrinya, Pak Guntur seketika meletakkan sendok nya lalu mengambil segelas air dan meminumnya.

"Lama-lama rumah ini semakin tidak nyaman saja. Semua ini karena ulah anakmu."

"Papa jangan bisanya nyalahin Bayu terus dong, Pa! Kalau menantu kesayangan mu bisa memberikan anak untu Bayu, 'tak mungkin dia mencari wanita lain di luaran. Salahin juga tuh menantu mu yang mandul."

"Cukup, Ma! Apapun alasannya, tindakan Bayu tidak bisa dibenarkan," bentak Pak Guntur lantang dan pergi meninggalkan istrinya begitu saja.

***

Pak Guntur duduk di ruang kerjanya. Banyak yang harus dipikirkan nya akhir-akhir ini. Sebagai pimpinan di perusahaan developer ternama tentu banyak tanggungjawab yang harus diemban nya, ditambah lagi dengan masalah rumah tangga putranya. Secepatnya dia harus mengambil tindakan yang bijak demi kedamaian keluarga.

Tok tok tok

Terdengar suara pintu diketuk kemudian terbuka.

"Papa panggil saya?" tanya Airin.

"Masuklah, Papa ingin bicara."

Airin menarik kursi yang ada di depan meja kerja mertuanya, kemudian dia duduk dengan sopan.

"Apa sudah kamu pikirkan dengan matang, Rin, keputusan mu untuk berpisah dengan Bayu."

"Sudah Airin pikirkan dengan matang-matang, Pa," ucap Airin tanpa ragu.

"Tidakkah kamu pertimbangan kan kembali keputusan mu itu?"

"Maaf, Pa. Keputusan Airin sudah bulat untuk bercerai dengan Mas Bayu."

"Baiklah jika memang seperti itu keputusan mu, Papa akan menghargai nya. Papa hanya tidak ingin kamu menyesalinya di kemudian hari."

"Insyaallah tidak, Pa." ucap Airin penuh keyakinan.

"Papa dulu pernah menjanjikan Airin untuk boleh meminta apa saja yang Airin inginkan karena sudah menjaga Nenek. Bolehkah jika Airin memintanya sekarang?"

"Katakanlah. Kamu berhak meminta apa saja selama Papa mampu mewujudkan nya."

"Tolong bantu Airin untuk bercerai dari Mas Bayu?"

Pak Guntur terkejut mendengar permintaan Airin. Ditatapnya wajah menantu nya lekat-lekat seolah-olah tidak yakin bahwa permintaan itu keluar dari mulut menantu nya.

"Kenapa kamu meminta sesuatu yang sangat sulit, Rin?" ucap Pak Guntur lemah.

"Airin mohon, Pah. Jika Papa benar sudah menganggap Airin sebagai putri Papa sendiri dan bukannya menantu, Papa pasti mengerti perasaan Airin sekarang." Air mata Airin mulai mengalir di kedua netranya.

"Bagaimana mungkin Papa akan membantu mu meninggalkan rumah ini jika Papa sudah menganggap kamu seperti putri Papa sendiri, Rin?"

"Tapi yang Airin inginkan saat ini adalah bercerai dengan Mas Bayu secepatnya, Pa. Airin mohon penuhi janji Papa untuk terakhir kali. Airin tidak menginginkan apa-apa lagi, Pa," ucap Airin memelas, air matanya membanjiri kedua netranya.

Sebenarnya bisa saja Airin mengajukan sendiri gugatan cerainya ke pengadilan. Akan tetapi hal itu pasti akan membutuhkan waktu yang lama dan berbelit-belit, karena Bayu menolak untuk menceraikan nya.

"Sudah Airin jangan menangis lagi, Papa tidak tahan jika melihat perempuan menangis. Apalagi jika yang menangis itu adalah menantu yang sudah Papa anggap putri Papa sendiri," ucap Pak Suseno menenangkan menantunya. Tangannya memegang kedua bahu Airin mencoba menenangkan.

"Papa akan mempertimbangkan permintaan mu itu, Rin. Tapi Papa tidak janji bisa mengabulkan nya. Kamu membuat permintaan yang sangat sulit Papa wujudkan Airin," ucap Pak Suseno ragu.

"Terimakasih, Pa. Airin sangat berharap Papa mau mengabulkan pepermintaan Airin." Airin undur diri meninggalkan Pak Guntur yang berdiri membelakangi nya.

***

Related chapters

  • Memilih Bercerai Daripada Dimadu   Dan Akhirnya

    Pukul tiga kosong-kosong, Airin masih terjaga dalam sujud nya. Menghabiskan sepertiga malam terakhir dengan bermunajat kepada Sang Pencipta, mengadukan segala masalah yang dihadapinya kepada Sang Penguasa kehidupan. Apa pun yang terjadi, tentu semua atas kehendak Ilahi.Enam tahun pernikahan bukanlah waktu yang sebentar, ujian datang silih berganti. Menjadi menantu di keluarga kaya raya tidaklah semudah yang orang lain bayangkan. Latar belakang keluarga yang berbeda membuat keluarga Bayu tidak menerima nya diawal-awal pernikahan, namun semua itu Airin hadapi dengan kesabaran. Dia selalu berusaha untuk menjadi istri dan menantu yang berbakti kepada suami dan juga keluarganya.Berkat kesungguhan dan kesabaran Airin untuk membaktikan diri di keluarga suaminya, seiring berjalannya waktu keluarga ini pun lambat laun menerimanya menjadi bagian dari keluarga. Terlebih-lebih nenek dan ayah mertuanya sangat menyayangi nya. Bahkan mereka sudah menganggap nya seperti putri mereka sendiri. Hanya

    Last Updated : 2022-06-11
  • Memilih Bercerai Daripada Dimadu   Diambil siapa?

    Airin berdiri mematung di depan jendela kamarnya. Agak lama dia melamun di sana, matanya melihat keluar kepada pohon mangga besar yang mengembangkan daunnya yang rimbun. Di sana sini nampak sinar bulan jatuh dari antara sela-sela daun yang rimbun. Dibukanya lebih lebar jendela kamarnya, sejauh mata memandang nampak sinar bulan purnama yang putih lembut.Sudah empat purnama dia tinggal di rumah ini semenjak kepergian nya dari rumah suaminya. Mantan suami lebih tepatnya, karena sekarang sudah habislah masa Iddah nya. Sudah sah dia menjadi janda yang diceraikan. Semenjak kepulangannya, hari-hari nya lebih banyak dihabiskan di dalam rumah. Sesekali dia pergi ke Toko meubel Mas Rahman kakaknya, hanya sekedar mengantarkan makanan atau berkunjung, terkadang dia juga mengantarkan Raka keponakan bersekolah. Untunglah di rumah ada Ibu, Mba Laras, dan anak-anaknya sehingga waktu tidak terasa sepi.Sebenarnya dia sudah mengutarakan keinginnya untuk bekerja di toko Mas Rahman. Akan tetapi Mas Ra

    Last Updated : 2022-06-21
  • Memilih Bercerai Daripada Dimadu   Siapa dia?

    "Astaghfirullah! Dompet saya gak ada, Mba." ucap Airin kepada Mba kasir."Jadi ini, jadi dibeli gak, Mba?""Bentar yah mba aku telpon temanku dulu." Airin mengeluarkan hp dari dalam tasnya. Mencoba menghubungi Nirma, akan tetapi tidak ada jawaban."Maaf yah Mba, saya gak jadi beli bukunya," ucap Airin kecewa dan meninggalkan meja kasir dengan perasaan menyesal."Mau numpang baca aja, pura-pura beli," ucap Mba kasir lemah, namun masih dapat terdengar oleh Airin yang baru beberapa langkah saja meninggalkan meja kasir. Airin jadi tidak enak hati.Diluar toko buku, Airin berkali-kali menghubungi Nirma, namun tidak ada jawaban. Di acara sebising itu pasti Nirma tidak akan mendengar panggilan telepon nya. "Jatuh di mana yah dompetnya. Perasaan tadi langsung masukin ke tas," gumam Airin. Diketiknya sebuah pesan untuk Nirma.***Pukul 12.00 acara baru selesai, Nirma membuka HP ny

    Last Updated : 2022-06-21
  • Memilih Bercerai Daripada Dimadu   Pertemuan tak terduga

    Senin pagi yang cerah untuk memulai kesibukan. Ya, kesibukan adalah obat terbaik untuk melupakan banyak hal. Itulah yang saat ini Airin lakukan. Dengan bekerja di Toko Mas Rahman akan membuat hari-harinya cepat berlalu tanpa terasa.Sebenarnya hari ini bukanlah pertama kalinya untuk Airin bekerja di sana. Sebelum menikah dengan Bayu, setelah menamatkan diploma nya dia bekerja di sana membantu kakaknya di bagian administrasi. Dan sekarang dia juga ditempatkan di bagian yang sama.Dikeluarkan nya kartu identitasnya yang baru setelah sebelumnya dirubah di kantor dinas terkait , tertera di sana status nya sudah berubah menjadi 'cerai hidup'. Sebelumnya dia berpikir jika tulisan yang akan tertera di sana adalah 'janda'. Airin senyum-senyum sendiri mengingat nya.Tiba-tiba telepon genggamnya berdering. Ada panggilan masuk, dari Nirma."Airinnn...!" ucap Nirma girang."Assalamualaikum, Nirma.""Waalaik

    Last Updated : 2022-06-22
  • Memilih Bercerai Daripada Dimadu   Kesan Pertama Yang . . .

    Arga segera memasuki toko. Dilihatnya toko tersebut lengang."Permisi, Assalamualaikum." ucap Arga, namun tidak ada jawaban."Permisi, Assalamualaikum." ucap Arga sekali lagi. "Waalaikumsalam," jawab seorang perempuan dari dalam ruangan."Mana orangnya?" gumam Arga. Matanya sibuk mencari sumber suara yang menjawab salamnya, tapi tidak juga menampakkan wajahnya."Maaf tadi saya tinggal ke dalam sebentar. Ada yang bisa saya bantu?" ucap Airin yang baru keluar dari ruangannya.Arga menoleh ke arah sumber suara. Dilihatnya perempuan yang baru keluar dari ruangan di ujung toko dengan sedikit terkejut."Dia 'kan... yang waktu itu nabrak aku di mall," gumam Arga.Diperhatikan seperti itu oleh seorang laki-laki, Airin merasa tidak nyaman, apalagi di toko hanya tinggal mereka berdua. Ratna dan Sisca sedang makan siang di ruangan belakang. Akan tetapi Airin harus tetap bersikap ram

    Last Updated : 2022-06-22
  • Memilih Bercerai Daripada Dimadu   Galau

    Menjelang Maghrib, Airin baru bisa keluar dari toko. Hari ini adalah hari pertama dia masuk kerja, sehingga banyak yang harus dia pelajari. Toko ini sudah lebih maju tentunya, dari lima tahun sebelumnya. Pegawai yang lain sudah pulang semua karena toko sudah tutup jam lima sore. Airin hendak menarik rolling door toko, tiba-tiba dari belakang seseorang mengagetkannya."Biar aku aja, Rin," ucap Bima yang tiba-tiba muncul tanpa Airin sadari.Airinpun menepi, membiarkan Bima menarik pintu tersebut dan menguncinya."Makasih, Mas," ucap Airin."Bukan apa-apa kok.""Kok, Mas Bima ada di sini?""Oh, kebetulan tadi lewat. Terus liat kamu di depan toko," jawab Bima sembari memberikan kunci toko ke Airin, "Kok, kamu baru keluar. Mas Rahman mana?" lanjutnya."Mas Rahman tadi siang keluar, ada urusan katanya.""Terus kamu pulang sama siapa?" "Aku naik ojol, Mas.""Udah mau Magrib, aku anterin aja, yah!""Gak usah, Mas. Biar aku naik ojol aja.""Udah, Ayok. Udah mau azan ini," ajak Bima sedikit me

    Last Updated : 2022-06-23
  • Memilih Bercerai Daripada Dimadu   Ketemu lagi

    Setelah kejadian di Bandara, Arga dan Ibunya terlihat perdebatan hebat. Arga kesal, karena tanpa menanyakan pendapat nya, Ibu dan kakaknya mengatur pertemuan dengan seorang perempuan untuk dijodohkan dengan dirinya.Ibunya bersikukuh bahwa apa yang dilakukannya adalah demi kebaikan. Andai saja Arga bersedia untuk menikah lagi dengan sukarela, tentu dia tidak akan mengatur pertemuan diam-diam tanpa sepengetahuannya. Ibunya bahkan mengancam, jika Arga tidak segera menikah lagi, maka Ibunya akan segera mencarikan pengasuh untuk mengurus cucu-cucunya. Ibunya beralasan, bahwa di usia nya yang sudah lanjut seharusnya dia menikmatinya, bukannya malah direpotkan dengan mengurus anak-anak. Tentu ancaman itu tidak sungguh-sungguh diucapkannya, Bu Lastri hanya menggertak saja, karena dia sangat tahu bahwa Arga tidak akan rela jika anak-anaknya diasuh oleh seorang pengasuh. Dia bahkan rela meninggalkan perusahaan demi menjaga sendiri anak-anaknya, dengan bantuan Ibu dan Kakaknya t

    Last Updated : 2022-06-23
  • Memilih Bercerai Daripada Dimadu   Resah

    Netra Arga tidak berkedip memperhatikan Airin yang mengandeng tangan anaknya memasuki ruangan di ujung toko. Tanpa dia sadari, ada yang berdesir di hatinya. Wanita yang terlihat ketus saat pertemuan pertama mereka kemarin, kini terlihat tersenyum manis kepada anaknya."Ayah sudah," ucap Aira ketika dia sudah kembali dari toilet."Sudah! Pintar," ucap Arga, kemudian menggendong putrinya. Matanya melihat ke sekeliling toko, mencari tempat duduk untuk anak-anaknya."Kalau anda mau, anda bisa menunggunya di dalam, Pak," ucap Airin ramah, dia seperti memahami apa yang sedang dicari laki-laki tersebut.Airin menuntun tamunya memasuki ruangan di ujung toko. Tidak lupa dia membiarkan ke-dua pintunya terbuka lebar sehingga ruangan tersebut dapat terlihat jelas dari toko utama. Ada meja dan sofa panjang yang nyaman untuk mereka duduk di ruangan yang terbilang cukup luas. Tempat itu memang biasa digunakan Mas Rahman menemui tamu-tamunya. Di ujung ruangan ada dua meja kerja

    Last Updated : 2022-06-24

Latest chapter

  • Memilih Bercerai Daripada Dimadu   2. Tugas Pertama

    Aura merasa senang dan sedikit gugup saat menerima tugas pertamanya sebagai sekretaris setelah satu bulan pelatihan . Meski terasa menantang, Aura siap untuk memulai dan memberikan yang terbaik dalam tugasnya. Dia mempersiapkan segala kebutuhan untuk menyelesaikan tugas tersebut, termasuk menyusun jadwal, membuat catatan, dan mengatur dokumen. Hari ini, Aura menyiapkan jadwal rapat untuk Bos Alan, CEO perusahaan tempatnya bekerja untuk pertama kalinya. Jadwal rapat tersebut sangat penting karena akan membahas strategi perusahaan untuk tahun depan.Aura mengecek jadwal yang sudah ia siapkan, memastikan bahwa semua detailnya telah diatur dengan baik. Setelah ia merasa yakin, Aura pun membawa jadwal rapat tersebut ke ruang kerja Bos Alan.Suasana ruangan itu hening. Di depannya, Bos Alan sibuk mengetik di laptopnya, menunjukkan betapa ia memang sangat sibuk. Aura menyerahkan jadwal tersebut namun Bos Alan meminta Aura membacakan jadwal rapat t

  • Memilih Bercerai Daripada Dimadu   Dipecat

    Aura berdiri di depan meja kerjanya yang telah dikosongkan sembari membawa barang-barangnya dengan perasaan kecewa. Hari ini dia dipecat dari kantornya. Dia terlihat sangat sedih dan kecewa karena dia baru saja kehilangan pekerjaan yang sudah lima tahun lebih ditekuninya hanya karena dia terlambat dua menit saat rapat presentasi proyek yang ditanganinya.Aura berusaha menenangkan dirinya dengan mengatakan bahwa dia akan menemukan pekerjaan yang lebih baik dan melanjutkan cinta-cintaannya menjadi desainer interior yang handal dengan kemampuannya sendiri, tapi rasa sakit dan kekecewaan masih membekas dalam hatinya.Aura berjalan keluar dari gedung kantor dengan perasaan yang sangat hampa, berharap bahwa dia akan menemukan jalan keluar dari kesulitan yang akan dia alami nanti jika ayahnya Arga Wicaksono mengetahui keadaannya sekarang.Dia berpikir kembali pada pagi tadi, saat dia terlambat dua menit saat rapat presentasi proyek yang sangat penting. Aura tidak bisa membantah bahwa dia sala

  • Memilih Bercerai Daripada Dimadu   Tentang Aura

    "Kok sendirian mba momongannya? Suaminya kemana?""Wah lucunya. Berapa tahun Mba anaknya?""Mirip banget yah sama Mamahnya.""Seneng yah masih muda sudah punya momongan. Jadi nanti gedenya kayak kakak adek."Aura hanya menanggapinya dengan senyuman masam. Berkali-kali gadis berusia dua puluh lima tahun itu harus menjelaskan kepada pengunjung taman jika bocah berumur lima tahun yang kini sedang dimomongnya adalah adiknya. Sedikit yang percaya, namun tidak sedikit pula yang menyangkalnya."Bunda....!" Aura cemberut sembari menghentak-hentakankan kakinya begitu gadis itu tiba di rumahnya."Kakak. Ada apa, kok teriak-teriak begitu?" tanya Airin yang sedang sibuk memotong kue brownies yang baru selesai dibuatnya. "Besok-besok pokoknya Aura gak mau jagain Inara lagi.""Memangnya kenapa?" Airin menanggapi santai. Dia tahu, Aura tidak benar-benar serius dengan perkataannya."Orang-orang di taman itu loh, Bunda. Masa mereka anggap Inara itu anaknya Aura. Aura gak rela. Aura kan belum menikah.

  • Memilih Bercerai Daripada Dimadu   Akhirnya

    "Kamu kenapa, Ga? Ada masalah?" tanya Mas Danu ketika rapat sudah selesai. Mereka berdua masih duduk di ruang rapat, sementara pegawai yang lainnya sudah keluar."Eh...Gak. Gak ada apa-apa kok." "Tapi dari tadi kamu terlihat melamun. Di rapat bahkan kamu tidak memperhatikan presentasi mereka. Sebenarnya ada apa? Apa kamu sedang ada masalah dengan istrimu?""Gak ada. Hanya saja...." Arga terlihat ragu-ragu untuk melanjutkan. Seharusnya hubungannya dengan Airin tidak ada masalah mengingat tadi malam dia dan istrinya justru sedang dalam fase keintiman yang sangat dalam. Tadi malam Arga benar-benar merasa senang karena akhirnya Airin sudah mulai terbuka dan berani dalam hal urusan ranjang. Tapi rasa itu berubah menjadi kebingungan ketika pagi ini Airin seolah-olah sengaja menghindarinya. Telepon dan SMS nya bahkan tidak di balas."Ayolah cerita. Siapa tahu Mamasmu ini bisa bantu.""Emm... Pernah gak, Mba Irma tiba-tiba diemin Mas Danu.""Bukan pernah lagi. Hampir setiap bulan. Apalagi k

  • Memilih Bercerai Daripada Dimadu   Petak Umpet

    Hingga pukul tujuh pagi, Arga belum juga menjumpai Airin. Bahkan ketika dia dan anak-anak menikmati sarapan pagi, Istrinya tidak juga muncul."Airin kemana, Bu?" tanya Arga sembari melihat ke kanan dan ke kiri."Tadi ada kok di dapur.""Gak ada, Bu. Dari tadi Arga cari-cari gak ada tuh di dapur ataupun di kamar anak-anak.""Masa!""Beneran, Bu. Dari pulang ke masjid Arga belum melihatnya.""Tadi dia di dapur kok, pas kamu ngajak anak-anak jalan pagi. Ini nasi goreng kan istrimu yang masak.""Terus sekarang Airin dimana?""Mana Ibu tau. Kamu kan suaminya.""Paling Bunda lagi marah yah sama Ayah," ledek Aura."Marah kenapa? Ayah gak buat salah.""Yah biasanya kalau Perempuan lagi marah kan suka ngediemin, gak pengen ketemu. Kayak yang di TV-TV itu loh, Yah," balas Aura."Kamu ini kebanyakan nonton sinetron. Bunda kalian kan gak pernah marah.""Tapi Bunda juga kan Perempuan, Yah. Wajar juga kalau marah.""Bundamu tidak seperti itu." Arga mulai kesal karena tidak menemukan titik terang ke

  • Memilih Bercerai Daripada Dimadu   Hadiah Kejutan

    Siang ini Airin memutuskan pergi ke pusat perbelanjaan untuk mencarikan hadiah untuk suaminya. Airin meminta Nirma yang kebetulan sedang berada di Jakarta untuk menemaninya. Merekapun pergi bersama dengan anak-anak mereka. Airin juga membawa kedua pengasuhnya untuk membantunya menjaga si kembar. Sementara Nirma ditemani suaminya."Kasih ide dong, Nir. Kira-kira hadiah apa yah?""Bagaimana kalau jam tangan mewah.""Itu hadiah tahun kemaren, Nir.""Kalau baju?""Itu terlalu biasa.""Parfum?""Sudah pernah.""Dompet?""Sudah juga.""Apalagi yah?"Airin dan Nirma terlihat berpikir sejenak."Ahaa. Aku ada ide." Raut wajah Nirma terlihat berbinar-binar."Apa, Nir?" "Sini Aku bisikin." Nirma mendekatkan mulutnya di telinga Airin."Ah kamu ini." Wajah Airin seketika merona mendengarkan perkataan yang Nirma bisikkan."Percaya, deh. Tidak ada yang lebih cowok sukai daripada yang ITU." Nirma sengaja menekankan kata terakhir dengan intonasi yang lebih kuat."Dasar kamu, yah. Tidak berubah meskip

  • Memilih Bercerai Daripada Dimadu   Anniversary

    Tiga tahun kemudian"Bunda....!" teriak Aira dari depan kamarnya. Gadis kecil berusia delapan tahunan itu bersungut-sungut sambil menghentak-hentakankan kakinya begitu melihat kamarnya berantakan saat pulang sekolah."Ada apa sayang? Kenapa teriak-teriak?" Airin langsung mendekat."Liatin kamar Aira, tuh."Airin mengedarkan pandangannya ke seluruh kamar putrinya. Di atas ranjang, Arfan dan Arkan sedang melompat-lompat kegirangan. Bantal dan guling mereka lempar sembarangan, sedangkan buku-buku ditumpuk menyerupai bangunan."Subhanallah, Arfan, Arkan. Ayo turun sayang! Kamar Kakak Aira jadi berantakan nih," bujuk Airin lembut kepada bocah kembar berumur empat tahun itu."Gak, mau. Alkan kan mau main sama Kakak Aila," ucap Arkan polos."Iya tapi mainnya yang baik yah. Sini-sini turun, Bunda gendong." Airin berdiri di pinggir ranjang. Arkan dan Arfan langsung mendekat ke pelukan Bundanya."Kakak Aira kan baru pulang sekolah, masih capek. Kalian main sama Bunda dulu yah.""Iya, deh.""Pin

  • Memilih Bercerai Daripada Dimadu   Damai

    Setelah beberapa kali sidang perkara, sampai juga pada sidang pembacaan keputusan. Arga ditemani Airin dan Mas Danu ikut serta menyaksikan pembacaan vonis tersebut."Pengadilan Tinggi Negeri Jakarta Pusat Memutuskan! Satu, Bayu Suseno bin Guntur Suseno telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana Penculikan dan Penganiayaan, Dua Menjatuhkan pidana kepada terdakwa tersebut dengan pidana penjara selama tujuh tahun penjara . . . ."Arga dan Airin merasa lega mendengar putusan yang dibacakan oleh Hakim. Meskipun tuduhan rencana pembunuhan itu tidak terbukti di pengadilan, namun Arga merasa senang karena Bayu mendapatkan hukuman yang maksimal dari Pasal Penculikan dan Penganiayaan. Arga berharap Bayu akan jera dan segera menyesali perbuatannya.Sedangkan dari Pihak keluarga Pak Guntur, Mereka merasa kecewa dan tidak puas dengan putusan yang diberikan kepada anaknya. Pak Guntur beranggapan, Pihak Pengadilan tidak mempertimbangkan hal-hal yang meringankan vonis a

  • Memilih Bercerai Daripada Dimadu   Kembalinya Arga

    Setelah kedatangan Airin ke rumah sakit, Arga langsung mengajaknya pulang kerumah. Sebenarnya Airin menginginkan agar Arga tetap di rawat sampai keadaannya benar-benar pulih. Tetapi Arga malah beralasan jika dia akan lebih cepat sembuh jika Airin yang merawatnya."Mas Arga harus banyak istirahat biar cepat pulih. Jangan ke kantor dulu kalau belum benar-benar sembuh.""Aku sudah sehat kok, Sayang.""Sehat apanya! Masih lebam-lebam begini."Airin memegang dagu dan mengamati lebam-lebam di wajah suaminya lalu mengoleskan obat lebam yang dibawa dari rumah sakit."Laki-laki berantem itu sudah biasa, Sayang. Lebam-lebam ini menandakan kalau suamimu ini beneran laki.""Laki-laki itu tidak harus adu otot untuk menunjukkan kejantanannya, Mas.""Nah yang itu Mas juga setuju."Arga mengambil obat dari tangan istrinya kemudian memeluknya."Jadi sekarang apa Mas juga bisa menunjukkan sisi kejantanan Mas yang lain," bisik Arga menggoda."Aw.. Aw.. Aw.."Airin menjewer kuat telinga suaminya."Aduh s

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status