Share

Siapa dia?

Author: Bintang Asiah
last update Last Updated: 2022-06-21 20:30:16

"Astaghfirullah! Dompet saya gak ada, Mba." ucap Airin kepada Mba kasir.

"Jadi ini, jadi dibeli gak, Mba?"

"Bentar yah mba aku telpon temanku dulu." Airin mengeluarkan hp dari dalam tasnya. Mencoba menghubungi Nirma, akan tetapi tidak ada jawaban.

"Maaf yah Mba, saya gak jadi beli bukunya," ucap Airin kecewa dan meninggalkan meja kasir dengan perasaan menyesal.

"Mau numpang baca aja, pura-pura beli," ucap Mba kasir lemah, namun masih dapat terdengar oleh Airin yang baru beberapa langkah saja meninggalkan meja kasir. Airin jadi tidak enak hati.

Diluar toko buku, Airin berkali-kali menghubungi Nirma, namun tidak ada jawaban. Di acara sebising itu pasti Nirma tidak akan mendengar panggilan telepon nya. 

"Jatuh di mana yah dompetnya. Perasaan tadi langsung masukin ke tas," gumam Airin. Diketiknya sebuah pesan untuk Nirma.

***

Pukul 12.00 acara baru selesai, Nirma membuka HP nya. Ada sepuluh panggilan tidak terjawab dari Airin. Segera Nirma bergegas menuju lantai bawah setelah membaca pesan dari Airin.

Saat bertemu di sebuah cafe, Airin pun memberitahu Nirma bahwa dompetnya tidak ada di dalam tasnya.

"Kok bisa, Rin? Sudah kamu periksa belum tasnya?"

"Sudah, Nir. Tadi sudah aku cari-cari nyampe lama tetep gak ada. Aku tuh sampe malu tau, pas mau bayar buku, ternyata dompetnya gak ada."

"Oh! Jangan-jangan laki-laki yang kamu tabrak tadi yang ngambil dompetmu."

"His! Kita gak boleh nuduh sembarangan, Nir. Apalagi kita kan gak punya bukti kalo orang itu beneran yang ngambil apa bukan."

"Bukannya nuduh, Airin. Tapi sekarang banyak loh modus pencopetan seperti itu. Pura-pura kesenggol, terus barang-barangnya berjatuhan, dan saat kita lengah mereka ngambil dompet kita."

"Entahlah."

"Banyak gak, Rin isinya?"

"Cuma beberapa ratus sih. Tapikan ATM sama kartu-kartu penting lainnya ada di situ semua."

"Ya udah geh buruan telpon."

"Telpon siapa? Orang itu? Wajahnyanya aja aku sudah lupa."

"Ishh, telpon Banknya sayang buat ngeblokir Atm-mu."

"Hehe iya yah. Maaf gak konsentrasi."

Airin segera menelepon customer care Bank untuk melakukan pemblokiran terhadap Atm-nya. Dari informasi yang di dapat dari operator, belum ada transaksi tambahan setelah transaksi yang dia lakukan. Itu berarti Atm-nya masih aman.

***

Setelah menunaikan solat Dzuhur di mushola mall, Airin dan Nirma pergi sebentar ke toko buku untuk membeli buku yang tadi ingin dibelinya.

"Thanks yah bukunya. Nanti kalo gajian aku ganti deh."

"Ishh kaya apa aja. Pengangguran emang punya gaji?" tanya Nirma bercanda.

"Sembarangan. Senin besok aku tuh udah mulai kerja di tokonya Mas Rahman."

"Asyik dong. Jangan lupa loh, nanti gajian traktir aku buat gantiin buku ini."

"Sip pokoknya."

"Eh bentar-bentar!" ucap Nirma. Tangannya segera mengambil HP dari dalam tasnya. HP-nya berdering, ada panggilan masuk.

"Waalaikumsalam, Umi," jawab Nirma. Itu Ibunya yang menelepon.

"Iya. Ini udah mau pulang."

"Apa? Nanti malam?" Wajahnya mulai berubah serius.

"Kok mendadak sih Umi."

"Ya gapapa sih. Emang ketemuan di mana?"

"Apa jam empat!"

"Iya ini Nirma langsung pulang kok, Umi."

"Waalaikumsalam Umi." ucap Nirma menutup sambungan teleponnya.

"Serius banget sih. Ada apa?" tanya Airin penasaran.

"Keluarga Mas Hasan mau datang nanti malem."

"Wah kayaknya ada yang mau lamaran nih. Selamat yah," ucap Airin sambil merangkul bahu sahabat nya itu.

"Makasih, Rin." Senyum tersungging di bibir Nirma karena senang.

"Tapi kok mendadak sih?"

"Iya rencana nya sih Minggu depan kesininya. Tapi berhubung mereka sekarang ada di Jakarta jadi mereka mau sekalian silaturahmi."

"Alhamdulillah, Aku turut seneng dengernya. Akhirnya temenku ini menikah juga."

"Masih lama, Rin nikahnya. Baru mau ketemuan dengan calon mertua."

"Aku doain prosesnya lancar yah."

"Amiin. Yuk pulang sekarang."

"Aku pulang naik taksi online aja. Kalau kamu nganterin aku dulu, kamu bisa terlambat pulang kerumah."

"Gak bisa gitu. Aku 'kan yang ngajakin kamu pergi, jadi kamu harus aku anterin pulang dengan selamat sampai rumah."

"Aku 'kan bukan anak kecil yang gak tau jalan pulang. Gak papa biar aku pulang sendiri aja."

"Gak bisa, Rin. Nanti Mas Rahman...!" Kalimat Nirma terpotong ketika dari arah belakang seseorang memanggil nama Airin.

"Airin!" ucap seorang pemuda. Langkah nya dipercepat mendekat kepada Airin dan Nirma.

"Eh Mas Bima," ucap Nirma tersenyum.

"Kalian ada disini?" tanya Bima.

"Iya Mas. Ini barusan dari toko buku. Mas Bima ngapain disini?" tanya Nirma antusias, sedang Airin hanya diam saja.

"Tadi habis cek lokasi buat pameran Minggu depan. Sekarang kalian mau kemana?"

"Kita mau pulang, Mas. Mas Bima udah mau pulang juga 'kan?" ucap Nirma sambil melirik kearah Airin.

Ditatap seperti itu, perasaan Airin jadi tidak enak. Sepertinya ada maksud tersembunyi dari perkataan sahabatnya ini.

"Sebenarnya sih urusan di sini sudah selesai. Tapi..."

"Wah kebetulan. Aku sedang terburu-buru nih, Mas. Gak bisa nganterin Airin pulang. Bisa minta tolong gak, anterin Airin pulang?"

Mendengar ucapan Nirma, mata Airin langsung melotot ke arahnya. Sedang Nirma pura-pura tidak melihat ekspresi wajah Airin.

"Eh gak usah, Mas. Biar Airin pulang sendiri aja," kata Airin.

"Udah, Rin. Pulang sama Mas Bima aja. 'Kan kalian searah, dari pada naik ojol sendirian. 'Kan lebih aman pulang sama Mas Bima. Ya gak, Mas?"

"Iya, Rin, gak papa biar aku anterin. Kebetulan Mas juga udah mau pulang."

"Tuh 'kan Mas Bima juga sudah mau pulang. Sudahlah kamu pulang sama Mas Bima saja yah," bujuk Nirma. 

Akhirnya dengan berat hati Airin bersedia diantar pulang oleh Bima. Sebenarnya Airin tidak merasa nyaman jika harus berdua-dua saja di dalam mobil. Bahkan dia memilih untuk duduk di kursi belakang daripada duduk bersebelahan dengan Bima. Bagaimana pun juga, baginya Bima adalah orang lain, tidak patut laki-laki dan perempuan berdua-dua saja di dalam mobil.

Selama perjalanan pulang, Airin lebih banyak diam, seolah membatasi diri untuk tidak terlalu banyak bicara. Setiap Bima bertanya untuk memulai obrolan, Airin hanya menjawab dengan jawaban pendek saja. Pembicaraan mereka malah lebih terlihat seperti tanya jawab yang hanya bersumber dari satu arah. Sebenarnya Airin merasa tidak nyaman, karena dari kaca mobil dia melihat sesekali Bima mencuri pandang kepadanya.

***

Bayu melajukan mobilnya sedikit lebih cepat. Hatinya senang karena dia akan pergi ke rumah Airin. Dia senang karena akhirnya dia punya alasan untuk bisa bertemu dengan mantan istri yang dirindukannya.

Pagi-pagi tadi seorang kurir datang kerumahnya mengantarkan paket. Paket itu ditujukan kepada Airin. Dari informasi yang dia dengar dari sang kurir, seorang wanita memberikan paket tersebut untuk diantarnya menuju alamat yang ada di KTP. Sang kurir membawanya hanya dengan paper bag sehingga Bayu dapat melihat isinya yang ternyata adalah dompet Airin.

Dengan laju kendaraan yang cepat, kini Bayu sudah sampai di depan rumah Airin. Diapun bergegas turun dari dalam mobil.

"Assalamualaikum." ucap Bayu. Matanya melihat-lihat ke sekeliling rumah mantan istri nya tersebut, yang tidak banyak berubah dari dulu.

"Waalaikumsalam."

Terdengar jawaban salam dari dalam rumah, dan pintupun terbuka. Nampak olehnya wanita paruh baya keluar dari dalam rumah. Dia adalah Bu Ningsih, mantan mertuanya.

"Bayu!" ucap Bu Ningsih terkejut melihat tamunya.

"Apa kabar Bu?" Bayu pun menjabat tangan Bu Ningsih kemudian mencium punggung tangannya sebagai tanda hormat.

"Alhamdulillah sehat," jawab Bu Ningsih singkat.

"Ada perlu apa ke sini?" tanya Bu Ningsih datar. Bu Ningsih nampak tidak senang dengan kedatangan Bayu, setelah apa yang dilakukan terhadap putri kesayangannya.

"Saya ada perlu dengan Airin, Bu."

"Airin gak ada, dia sedang pergi." 

Dari luar nampak sebuah mobil berhenti di depan rumah Airin. Seseorang keluar dari kursi depan dan membukakan pintu belakang untuk penumpang yang ada di dalam nya.

Kini mereka tampak berbicara satu sama lain setelah turun dari dalam mobil. Mereka adalah Airin dan Bima. 

Melihat pemandangan tersebut tiba-tiba Bayu merasa terbakar cemburu. Rasa senang yang dirasakannya sepanjang perjalanan tadi hilang seketika, berubah menjadi perasaan kecewa.

"Terimakasih banyak, Mas, sudah repot-repot nganterin Airin pulang."

"Ngak ngerepotin kok, Rin. Aku senang kok bisa nganterin kamu pulang," ucap Bima sambil tersenyum, "Aku langsung pulang yah!" lanjutnya.

"Gak mampir dulu, Mas?" tanya Airin berbasa-basi.

"Lain kali aja, sudah sore. Aku pamit yah, Rin. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam," jawab Airin dan bergegas memasuki halaman rumah. Dilihatnya sebuah mobil yang dia kenal terparkir di depan rumahnya.

"Assalamualaikum," ucap Airin memberi salam. Dilihatnya Ibu dan Bayu berada di teras depan rumahnya.

"Waalaikumsalam," jawab Bu Ningsih. Sementara Bayu enggan untuk menjawab salamnya.

"Mas Bayu. Ngapain kamu disini?" tanya Airin.

"Dia bilang ada perlu sama kamu, Rin." jawab Bu Ningsih.

"Aku kesini cuma mau ngasih ini ke kamu," jawab Bayu. Disodorkan nya paper bag yang dibawanya tadi kepada Airin.

"Apa ini Mas?" tanya Airin.

"Bukalah, kamu akan mengetahui nya nanti," jawab Bayu.

 

Ragu-ragu Airin menerima paper bag tersebut dan membukanya. Airin terkejut mendapati dompetnya yang hilang tadi di mall ada di paper bag tersebut. Kenapa bisa ada sama Mas Bayu? batinnya.

"Tadi ada kurir mengantarkan ini kerumah. Dia bilang seorang wanita menyuruh nya untuk mengantarkan dompet ini ke alamat yang tertera di KTP mu."

'Seorang perempuan katanya,' ucap Airin dalam hati. Dibukanya dompet tersebut, dan ternyata isinya masih utuh seperti semula.

"Dengar Airin. Kau seharusnya sudah mengganti alamat dan status barumu di KTP. Apalagi aku lihat  tadi kamu sudah punya calon pendamping baru," ucap Bayu ketus.

Airin hanya terdiam tidak menanggapi.

"Tapi jika kamu memang masih ingin mempertahankan status di KTP itu, aku akan mempertimbangkannya jika memang kamu menginginkan rujuk denganku," ucap Bayu panjang lebar.

Mendengar perkataan Bayu barusan, Airin hanya menanggapinya dengan senyuman sinis. Rujuk itu hanya ada di angan-anganmu Bayu.

"Maaf saya tidak bisa lama-lama disini. Istriku sedang menunggu di rumah. Kami ada janji bertemu dengan Dokter kandungan sore ini," ucap Bayu dengan nada nyinyir, dan beranjak pergi meninggalkan rumah Airin.

"Sombong banget si Bayu sekarang, Rin," ucap Bu Ningsih kesal.

"Sudahlah, Bu. Gak usah ditanggapi orang seperti itu. Memang sudah watak nya seperti itu."

"Kok dompetmu bisa nyampe kerumahnya? Gimana ceritanya?"

"Tadi di mall Airin kehilangan dompet ini. Mungkin yang menemukan mengantarnya ke alamat di KTP Airin."

"Baik bener yah orangnya. Sebaiknya memang kamu rubah identitas lamamu itu. Ibu gak mau berurusan lagi dengan si Bayu."

"Iya Bu. Besok Airin minta tolong Mas Rahman."

"Ya sudah buruan masuk dan mandi, bentar lagi ashar."

"Iya Bu." jawab Airin.

***

Di dalam kamar Airin memandangi KTPnya. Dibacanya status 'menikah' yang tertera di sana. Harusnya dia segera merubahnya setelah dia resmi bercerai. Namun dia bahkan tidak memikirkan hal itu sama sekali, dan sekarang terpaksa dia harus melihat lagi mantan suaminya datang kerumahnya, dan mendengarkan bualanya.

***

Tiga jam sebelumnya

Sebuah mobil Pajero hitam memasuki halaman rumah mewah.Terlihat di sana seorang laki-laki muda turun tergesa-gesa memasuki rumah tersebut. Kedua tangannya memegang sebuah kotak yang dia ambil dari bagasi mobilnya.

"Kok balik lagi!" tanya seorang perempuan paruh baya.

"Pertemuannya di tunda, Bu," jawabnya.

Dia adalah Arga Wicaksono, salah satu arsitek ternama di Jakarta. Hari ini sebenarnya dia ada pertemuan dengan kliennya, tapi tanpa alasan yang jelas kliennya membatalkannya secara sepihak.

Di ruang kerjanya Arga meletakkan kotak tersebut dan mengeluarkan semua berkasnya di atas meja. Berkas tersebut kini sudah berantakan. Halaman-halamannya sudah tidak tersusun secara berurutan setelah sebelumnya seorang perempuan menubruknya di mall dan membuat berkasnya jatuh berserakan.

Disusunnya kembali lembar demi lembar berkas tersebut yang jumlahnya puluhan lembar. 

"Ahh sungguh menjengkelkan," gerutunya.

Dengan susah payah akhirnya berkas tersebut kembali tersusun rapih. Diletakannya kembali berkas tersebut di kotak semula. Saat akan meletakkan berkas tersebut, matanya terbelalak melihat sebuah dompet dibawah jurnalnya.

"Ini dompet perempuan." Dibukanya dompet tersebut untuk melihat identitas pemiliknya.  Airin Rachmi dibacanya nama yang tertera di KTP tersebut.

"Sepertinya ini dompet wanita tadi yang menubrukku." Kemudian diletakkannya kembali dompet tersebut di atas meja kerjanya.

Tok tok tok.

Terdengar pintu diketuk, terlihat perempuan paruh baya memasuki ruangannya membawa secangkir teh. Dia adalah Bu Lastri, Ibu Arga.

"Anak-anak kemana Bu? Kok sepi," tanya Arga.

"Tadi Ratna ngajak mereka main ke taman komplek." Diletakannya secangkir teh yang dibawanya tadi di atas meja.

"Ini dompet siapa, Ga? Sepertinya dompet perempuan," tanya Bu Lastri ketika dilihatnya sebuah dompet berwarna salem di atas meja kerja anaknya.

"Tadi di mall gak sengaja Arga di tubruk perempuan." jawab Arga.

"Perempuan! Cantik gak?" tanya Bu Lastri antusias.

Mendengar pertanyaan Ibunya, sejenak Arga menghentikan aktivitas di depan laptopnya.

"Cantik. Sepertinya dia tipe menantu idaman Ibu," jawab Arga datar tanpa ekspresi.

Sebenarnya dia sudah bisa menebak arah pembicaraan ibunya. Setiap dirinya membicarakan perempuan, pasti Ibunya sangat antusias. Ibunya berharap dirinya menyukai salah satu dari mereka dan menikahinya.

"Wah kalau begitu ayok kita ke rumahnya, Ga. Kita bisa beralasan mengembalikan dompetnya, terus kamu bisa kenalan sama dia," ucap Bu Lastri penuh semangat.

 

Mendengar ucapan Ibunya, Arga senyum-senyum sendiri. Ingin tertawa tapi takut dosa.

"Ibu saja yang kesana, Arga takut," selorohnya.

"Ih jadi cowok kok penakut. Gimana mau dapet jodoh kalau kenalan sama perempuan aja takut."

"Arga bukannya penakut, Bu. Arga cuma takut nanti suaminya marah-marah sama Arga kerena minta kenalan sama istri orang."

"Maksudnya?" tanya Bu Lastri penasaran.

"Dia sudah menikah." jawab Arga.

"Kok kamu tau." ucap Bu Lastri sedikit kecewa.

"Tadi Arga liat status di KTPnya."

"Kamu ini bikin Ibu kecewa saja. Ibu tadi udah seneng loh mau dapat mantu lagi. Malah kamu becandain."

"Iya Arga minta maaf, sengaja," candanya.

"Apa kamu gak kepingin menikah lagi, Ga? Sudah dua tahun loh kamu menduda."

"Ibu bahkan lebih lama lagi, sudah sepuluh tahun menjanda," ucap Arga bergurau.

"Ishh, Ibumu ini 'kan sudah tua. Sudah tidak berselera lagi untuk menikah. Sedang kamu 'kan masih muda, dan tampan," ucap Bu Lastri kesal.

"Ibu tau kamu sangat mencintai Ariani. Ada begitu banyak kenangan yang tidak bisa kamu lupakan. Tapi, Nak, orang yang kamu cintai itu sudah tidak ada lagi di dunia ini. Sedang kamu harus tetap melanjutkan hidup mu demi anak-anakmu. Apa kamu gak kasihan sama mereka? Mereka juga butuh kasih sayang seorang Ibu, butuh keluarga yang utuh. Anak-anak mu itu perempuan. Dan anak perempuan membutuhkan sosok seorang Ibu di masa perkembangan nya. Ada hal-hal yang tidak bisa anak perempuan ceritakan kepada Ayahnya," ucap Bu Lastri menasehati anaknya.

Arga terdiam mendengarkan kata-kata Ibunya. Semua yang dikatakan Ibunya adalah benar.

Dipandanginya bingkai foto di atas mejanya. Foto dirinya, Ariani, dan kedua anaknya saat berlibur di Pulau Seribu. Rasa rindu tiba-tiba menyeruak di dadanya. Kerinduan yang tak bertepi kepada dia yang telah pergi dan tak akan pernah kembali.

"Ibu mengerti, Ariani itu istri dan ibu yang sangat baik. Ibu tau kamu pasti sangat sulit untuk melupakannya. Tapi ,Ga, kamu harus mengikhlaskannya. Tugasnya di dunia ini sudah selesai, kamu harus meridhoi nya agar kuburan nya menjadi lapang. Karena istri yang meninggal saat suaminya ridho kepadanya, maka Allah menjanjikannya untuk memasuki surga lewat pintu mana saja. Kamu tau itu 'kan, Ga."

"Iya Bu Arga tau kok. Arga ikhlas dan meridhoinya. Hanya saja Arga belum siap untuk menikah lagi, Arga takut istri baruku kelak tidak bisa menyayangi anak-anakku."

"Jangan berkata seperti itu. Insyaallah kalau kita berikhtiar dengan cara yang benar. Maka kita akan diberi jodoh yang sepadan," ucap Bu Lastri menyemangati.

"Sudah sana jemput anak-anak. Tadi mereka kesana jalan kaki."

"Iya, Bu. Tolong titip ini ke kurir yah Bu. Arga sudah pesan ojol untuk ngantar dompet ini ke pemiliknya." Disodorkannya paper bag yang berisi dompet kepedasan Ibunya.

"Iya, buruan sana. Kasian kalau mereka jalan kaki lagi. Diluar panas."

"Ya Bu, Arga berangkat dulu. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam." 

***

 

 

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Helva Khaerani
koin menghambat untuk baca kelanjutannya ...
goodnovel comment avatar
Rieca Chandra
Buset dh nama arga ada dimn2 di setiap novel yg w baca pasti arga lg arga lg sampe bosen w. Kayaknya sh airin cocok dh secara namanya hampir2 mirip
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Memilih Bercerai Daripada Dimadu   Pertemuan tak terduga

    Senin pagi yang cerah untuk memulai kesibukan. Ya, kesibukan adalah obat terbaik untuk melupakan banyak hal. Itulah yang saat ini Airin lakukan. Dengan bekerja di Toko Mas Rahman akan membuat hari-harinya cepat berlalu tanpa terasa.Sebenarnya hari ini bukanlah pertama kalinya untuk Airin bekerja di sana. Sebelum menikah dengan Bayu, setelah menamatkan diploma nya dia bekerja di sana membantu kakaknya di bagian administrasi. Dan sekarang dia juga ditempatkan di bagian yang sama.Dikeluarkan nya kartu identitasnya yang baru setelah sebelumnya dirubah di kantor dinas terkait , tertera di sana status nya sudah berubah menjadi 'cerai hidup'. Sebelumnya dia berpikir jika tulisan yang akan tertera di sana adalah 'janda'. Airin senyum-senyum sendiri mengingat nya.Tiba-tiba telepon genggamnya berdering. Ada panggilan masuk, dari Nirma."Airinnn...!" ucap Nirma girang."Assalamualaikum, Nirma.""Waalaik

    Last Updated : 2022-06-22
  • Memilih Bercerai Daripada Dimadu   Kesan Pertama Yang . . .

    Arga segera memasuki toko. Dilihatnya toko tersebut lengang."Permisi, Assalamualaikum." ucap Arga, namun tidak ada jawaban."Permisi, Assalamualaikum." ucap Arga sekali lagi. "Waalaikumsalam," jawab seorang perempuan dari dalam ruangan."Mana orangnya?" gumam Arga. Matanya sibuk mencari sumber suara yang menjawab salamnya, tapi tidak juga menampakkan wajahnya."Maaf tadi saya tinggal ke dalam sebentar. Ada yang bisa saya bantu?" ucap Airin yang baru keluar dari ruangannya.Arga menoleh ke arah sumber suara. Dilihatnya perempuan yang baru keluar dari ruangan di ujung toko dengan sedikit terkejut."Dia 'kan... yang waktu itu nabrak aku di mall," gumam Arga.Diperhatikan seperti itu oleh seorang laki-laki, Airin merasa tidak nyaman, apalagi di toko hanya tinggal mereka berdua. Ratna dan Sisca sedang makan siang di ruangan belakang. Akan tetapi Airin harus tetap bersikap ram

    Last Updated : 2022-06-22
  • Memilih Bercerai Daripada Dimadu   Galau

    Menjelang Maghrib, Airin baru bisa keluar dari toko. Hari ini adalah hari pertama dia masuk kerja, sehingga banyak yang harus dia pelajari. Toko ini sudah lebih maju tentunya, dari lima tahun sebelumnya. Pegawai yang lain sudah pulang semua karena toko sudah tutup jam lima sore. Airin hendak menarik rolling door toko, tiba-tiba dari belakang seseorang mengagetkannya."Biar aku aja, Rin," ucap Bima yang tiba-tiba muncul tanpa Airin sadari.Airinpun menepi, membiarkan Bima menarik pintu tersebut dan menguncinya."Makasih, Mas," ucap Airin."Bukan apa-apa kok.""Kok, Mas Bima ada di sini?""Oh, kebetulan tadi lewat. Terus liat kamu di depan toko," jawab Bima sembari memberikan kunci toko ke Airin, "Kok, kamu baru keluar. Mas Rahman mana?" lanjutnya."Mas Rahman tadi siang keluar, ada urusan katanya.""Terus kamu pulang sama siapa?" "Aku naik ojol, Mas.""Udah mau Magrib, aku anterin aja, yah!""Gak usah, Mas. Biar aku naik ojol aja.""Udah, Ayok. Udah mau azan ini," ajak Bima sedikit me

    Last Updated : 2022-06-23
  • Memilih Bercerai Daripada Dimadu   Ketemu lagi

    Setelah kejadian di Bandara, Arga dan Ibunya terlihat perdebatan hebat. Arga kesal, karena tanpa menanyakan pendapat nya, Ibu dan kakaknya mengatur pertemuan dengan seorang perempuan untuk dijodohkan dengan dirinya.Ibunya bersikukuh bahwa apa yang dilakukannya adalah demi kebaikan. Andai saja Arga bersedia untuk menikah lagi dengan sukarela, tentu dia tidak akan mengatur pertemuan diam-diam tanpa sepengetahuannya. Ibunya bahkan mengancam, jika Arga tidak segera menikah lagi, maka Ibunya akan segera mencarikan pengasuh untuk mengurus cucu-cucunya. Ibunya beralasan, bahwa di usia nya yang sudah lanjut seharusnya dia menikmatinya, bukannya malah direpotkan dengan mengurus anak-anak. Tentu ancaman itu tidak sungguh-sungguh diucapkannya, Bu Lastri hanya menggertak saja, karena dia sangat tahu bahwa Arga tidak akan rela jika anak-anaknya diasuh oleh seorang pengasuh. Dia bahkan rela meninggalkan perusahaan demi menjaga sendiri anak-anaknya, dengan bantuan Ibu dan Kakaknya t

    Last Updated : 2022-06-23
  • Memilih Bercerai Daripada Dimadu   Resah

    Netra Arga tidak berkedip memperhatikan Airin yang mengandeng tangan anaknya memasuki ruangan di ujung toko. Tanpa dia sadari, ada yang berdesir di hatinya. Wanita yang terlihat ketus saat pertemuan pertama mereka kemarin, kini terlihat tersenyum manis kepada anaknya."Ayah sudah," ucap Aira ketika dia sudah kembali dari toilet."Sudah! Pintar," ucap Arga, kemudian menggendong putrinya. Matanya melihat ke sekeliling toko, mencari tempat duduk untuk anak-anaknya."Kalau anda mau, anda bisa menunggunya di dalam, Pak," ucap Airin ramah, dia seperti memahami apa yang sedang dicari laki-laki tersebut.Airin menuntun tamunya memasuki ruangan di ujung toko. Tidak lupa dia membiarkan ke-dua pintunya terbuka lebar sehingga ruangan tersebut dapat terlihat jelas dari toko utama. Ada meja dan sofa panjang yang nyaman untuk mereka duduk di ruangan yang terbilang cukup luas. Tempat itu memang biasa digunakan Mas Rahman menemui tamu-tamunya. Di ujung ruangan ada dua meja kerja

    Last Updated : 2022-06-24
  • Memilih Bercerai Daripada Dimadu   Bimbang

    "Tadi Ibu sudah menghubungi Bulek Sanah yang di Bandung buat nyariin calon istri buat kamu, Ga," Ucap Bu Lastri kepada Arga yang sedang asik menikmati sarapannya.Sejenak Arga menghentikan aktifitasnya. Dia sedikit terkejut mendengar perkataan Ibunya barusan. Tadi malam dia memang sudah berdamai dengan Ibunya, dan menuruti keinginan Ibunya untuk menikah lagi. Tetapi dia tidak berpikir jika Ibunya akan bergerak secepat ini."Terserah Ibu saja. Asal calonnya jangan seperti kemarin, cantik tapi gak punya perasaan. Arga menikah lagi 'kan juga demi anak-anak Bu. Arga gak mau menikahi perempuan yang tidak bisa menyayangi anak-anak Arga," jawab Arga."Iya Ibu ngerti. Insyaallah calon yang dicarikan Bulek mu tidak seperti itu. Bulek mu 'kan ustadzah di pondok pesantren, jadi dia pasti mencarikan calon yang sesuai untuk kamu dan anak-anakmu."Arga diam tidak menanggapi dan memilih melanjutkan sarapannya. Sebenarnya dia belum terlalu yak

    Last Updated : 2022-06-24
  • Memilih Bercerai Daripada Dimadu   Entahlah

    Sesuai saran Arga, Airin langsung membawa motornya ke bengkel motor terdekat kemudian mengantar Raka kesekolah dan pergi ke toko menggunakan ojol.Airin tiba di toko sedikit terlambat diantar ojol perempuan tentunya. Airin memang selalu memilih driver perempuan untuk setiap ojol yang dinaikinya. Agak susah memang, karena driver perempuan tidak sebanyak driver laki-laki. "Mba Airin ada yang nyariin," ucap Sisca kepada Airin yang baru masuk ke toko."Siapa?" tanya Airin."Gak tau, gak kenal. Orangnya sudah nunggu di dalam. Bapak-bapak," ucap Sisca lagi."Bapak-bapak," ucap Airin kemudian berjalan menuju ruangannya. Disana sudah duduk seorang pria paruh baya."Tok tok. Assalamualikum," ucap Airin sembari mengetuk pintu yang sudah terbuka."Waalaikumsalam Airin," ucap pria tersebut."Pakde. Sudah lama nunggu yah?" ucap Airin ramah kepada tamunya yang tidak lain adalah Pak Suryo, Bapak Bima."Baru aja kok, Rin.""Pakde apa kabarnya?""Alh

    Last Updated : 2022-06-25
  • Memilih Bercerai Daripada Dimadu   Dijodohkan

    Airin memandangi wajahnya di depan cermin meja riasnya. Di usia tiga puluh dua tahun dia masih terlihat sangat cantik dengan gamis berwarna peach dan hijab lebar dengan warna senada. Dia sedikit berdandan tadi, hal yang sangat jarang dilakukannya setelah menyandang status janda. Namun di hari spesial ini dia memutuskan untuk memoleskan make up tipis di wajahnya, yang justru menambah aura kecantikan nya."Kenapa Bu ngeliatin Airin begitu? Terlalu medok yah?" tanya Airin kepada Ibu nya yang ternyata sudah berada di belakangnya tanpa disadari."Enggak kok Rin. Kamu cantik sekali. Ibu sampe pangling, Ibu kira anak gadis siapa tadi?""Ibu ini memujinya ketinggian. Airin takut jatuh. Gadis!" ucap Airin terkekeh."Em... jangan salah. Anak Ibu ini dandan tipis aja terlihat seperti gadis. Coba nanti kamu berdiri bareng gadis-gadis pagar ayu, pasti mereka yang melihat bakalan menganggap kamu itu seumuran mereka.""Ibu ini bisaan aja deh kalo memuji

    Last Updated : 2022-06-25

Latest chapter

  • Memilih Bercerai Daripada Dimadu   2. Tugas Pertama

    Aura merasa senang dan sedikit gugup saat menerima tugas pertamanya sebagai sekretaris setelah satu bulan pelatihan . Meski terasa menantang, Aura siap untuk memulai dan memberikan yang terbaik dalam tugasnya. Dia mempersiapkan segala kebutuhan untuk menyelesaikan tugas tersebut, termasuk menyusun jadwal, membuat catatan, dan mengatur dokumen. Hari ini, Aura menyiapkan jadwal rapat untuk Bos Alan, CEO perusahaan tempatnya bekerja untuk pertama kalinya. Jadwal rapat tersebut sangat penting karena akan membahas strategi perusahaan untuk tahun depan.Aura mengecek jadwal yang sudah ia siapkan, memastikan bahwa semua detailnya telah diatur dengan baik. Setelah ia merasa yakin, Aura pun membawa jadwal rapat tersebut ke ruang kerja Bos Alan.Suasana ruangan itu hening. Di depannya, Bos Alan sibuk mengetik di laptopnya, menunjukkan betapa ia memang sangat sibuk. Aura menyerahkan jadwal tersebut namun Bos Alan meminta Aura membacakan jadwal rapat t

  • Memilih Bercerai Daripada Dimadu   Dipecat

    Aura berdiri di depan meja kerjanya yang telah dikosongkan sembari membawa barang-barangnya dengan perasaan kecewa. Hari ini dia dipecat dari kantornya. Dia terlihat sangat sedih dan kecewa karena dia baru saja kehilangan pekerjaan yang sudah lima tahun lebih ditekuninya hanya karena dia terlambat dua menit saat rapat presentasi proyek yang ditanganinya.Aura berusaha menenangkan dirinya dengan mengatakan bahwa dia akan menemukan pekerjaan yang lebih baik dan melanjutkan cinta-cintaannya menjadi desainer interior yang handal dengan kemampuannya sendiri, tapi rasa sakit dan kekecewaan masih membekas dalam hatinya.Aura berjalan keluar dari gedung kantor dengan perasaan yang sangat hampa, berharap bahwa dia akan menemukan jalan keluar dari kesulitan yang akan dia alami nanti jika ayahnya Arga Wicaksono mengetahui keadaannya sekarang.Dia berpikir kembali pada pagi tadi, saat dia terlambat dua menit saat rapat presentasi proyek yang sangat penting. Aura tidak bisa membantah bahwa dia sala

  • Memilih Bercerai Daripada Dimadu   Tentang Aura

    "Kok sendirian mba momongannya? Suaminya kemana?""Wah lucunya. Berapa tahun Mba anaknya?""Mirip banget yah sama Mamahnya.""Seneng yah masih muda sudah punya momongan. Jadi nanti gedenya kayak kakak adek."Aura hanya menanggapinya dengan senyuman masam. Berkali-kali gadis berusia dua puluh lima tahun itu harus menjelaskan kepada pengunjung taman jika bocah berumur lima tahun yang kini sedang dimomongnya adalah adiknya. Sedikit yang percaya, namun tidak sedikit pula yang menyangkalnya."Bunda....!" Aura cemberut sembari menghentak-hentakankan kakinya begitu gadis itu tiba di rumahnya."Kakak. Ada apa, kok teriak-teriak begitu?" tanya Airin yang sedang sibuk memotong kue brownies yang baru selesai dibuatnya. "Besok-besok pokoknya Aura gak mau jagain Inara lagi.""Memangnya kenapa?" Airin menanggapi santai. Dia tahu, Aura tidak benar-benar serius dengan perkataannya."Orang-orang di taman itu loh, Bunda. Masa mereka anggap Inara itu anaknya Aura. Aura gak rela. Aura kan belum menikah.

  • Memilih Bercerai Daripada Dimadu   Akhirnya

    "Kamu kenapa, Ga? Ada masalah?" tanya Mas Danu ketika rapat sudah selesai. Mereka berdua masih duduk di ruang rapat, sementara pegawai yang lainnya sudah keluar."Eh...Gak. Gak ada apa-apa kok." "Tapi dari tadi kamu terlihat melamun. Di rapat bahkan kamu tidak memperhatikan presentasi mereka. Sebenarnya ada apa? Apa kamu sedang ada masalah dengan istrimu?""Gak ada. Hanya saja...." Arga terlihat ragu-ragu untuk melanjutkan. Seharusnya hubungannya dengan Airin tidak ada masalah mengingat tadi malam dia dan istrinya justru sedang dalam fase keintiman yang sangat dalam. Tadi malam Arga benar-benar merasa senang karena akhirnya Airin sudah mulai terbuka dan berani dalam hal urusan ranjang. Tapi rasa itu berubah menjadi kebingungan ketika pagi ini Airin seolah-olah sengaja menghindarinya. Telepon dan SMS nya bahkan tidak di balas."Ayolah cerita. Siapa tahu Mamasmu ini bisa bantu.""Emm... Pernah gak, Mba Irma tiba-tiba diemin Mas Danu.""Bukan pernah lagi. Hampir setiap bulan. Apalagi k

  • Memilih Bercerai Daripada Dimadu   Petak Umpet

    Hingga pukul tujuh pagi, Arga belum juga menjumpai Airin. Bahkan ketika dia dan anak-anak menikmati sarapan pagi, Istrinya tidak juga muncul."Airin kemana, Bu?" tanya Arga sembari melihat ke kanan dan ke kiri."Tadi ada kok di dapur.""Gak ada, Bu. Dari tadi Arga cari-cari gak ada tuh di dapur ataupun di kamar anak-anak.""Masa!""Beneran, Bu. Dari pulang ke masjid Arga belum melihatnya.""Tadi dia di dapur kok, pas kamu ngajak anak-anak jalan pagi. Ini nasi goreng kan istrimu yang masak.""Terus sekarang Airin dimana?""Mana Ibu tau. Kamu kan suaminya.""Paling Bunda lagi marah yah sama Ayah," ledek Aura."Marah kenapa? Ayah gak buat salah.""Yah biasanya kalau Perempuan lagi marah kan suka ngediemin, gak pengen ketemu. Kayak yang di TV-TV itu loh, Yah," balas Aura."Kamu ini kebanyakan nonton sinetron. Bunda kalian kan gak pernah marah.""Tapi Bunda juga kan Perempuan, Yah. Wajar juga kalau marah.""Bundamu tidak seperti itu." Arga mulai kesal karena tidak menemukan titik terang ke

  • Memilih Bercerai Daripada Dimadu   Hadiah Kejutan

    Siang ini Airin memutuskan pergi ke pusat perbelanjaan untuk mencarikan hadiah untuk suaminya. Airin meminta Nirma yang kebetulan sedang berada di Jakarta untuk menemaninya. Merekapun pergi bersama dengan anak-anak mereka. Airin juga membawa kedua pengasuhnya untuk membantunya menjaga si kembar. Sementara Nirma ditemani suaminya."Kasih ide dong, Nir. Kira-kira hadiah apa yah?""Bagaimana kalau jam tangan mewah.""Itu hadiah tahun kemaren, Nir.""Kalau baju?""Itu terlalu biasa.""Parfum?""Sudah pernah.""Dompet?""Sudah juga.""Apalagi yah?"Airin dan Nirma terlihat berpikir sejenak."Ahaa. Aku ada ide." Raut wajah Nirma terlihat berbinar-binar."Apa, Nir?" "Sini Aku bisikin." Nirma mendekatkan mulutnya di telinga Airin."Ah kamu ini." Wajah Airin seketika merona mendengarkan perkataan yang Nirma bisikkan."Percaya, deh. Tidak ada yang lebih cowok sukai daripada yang ITU." Nirma sengaja menekankan kata terakhir dengan intonasi yang lebih kuat."Dasar kamu, yah. Tidak berubah meskip

  • Memilih Bercerai Daripada Dimadu   Anniversary

    Tiga tahun kemudian"Bunda....!" teriak Aira dari depan kamarnya. Gadis kecil berusia delapan tahunan itu bersungut-sungut sambil menghentak-hentakankan kakinya begitu melihat kamarnya berantakan saat pulang sekolah."Ada apa sayang? Kenapa teriak-teriak?" Airin langsung mendekat."Liatin kamar Aira, tuh."Airin mengedarkan pandangannya ke seluruh kamar putrinya. Di atas ranjang, Arfan dan Arkan sedang melompat-lompat kegirangan. Bantal dan guling mereka lempar sembarangan, sedangkan buku-buku ditumpuk menyerupai bangunan."Subhanallah, Arfan, Arkan. Ayo turun sayang! Kamar Kakak Aira jadi berantakan nih," bujuk Airin lembut kepada bocah kembar berumur empat tahun itu."Gak, mau. Alkan kan mau main sama Kakak Aila," ucap Arkan polos."Iya tapi mainnya yang baik yah. Sini-sini turun, Bunda gendong." Airin berdiri di pinggir ranjang. Arkan dan Arfan langsung mendekat ke pelukan Bundanya."Kakak Aira kan baru pulang sekolah, masih capek. Kalian main sama Bunda dulu yah.""Iya, deh.""Pin

  • Memilih Bercerai Daripada Dimadu   Damai

    Setelah beberapa kali sidang perkara, sampai juga pada sidang pembacaan keputusan. Arga ditemani Airin dan Mas Danu ikut serta menyaksikan pembacaan vonis tersebut."Pengadilan Tinggi Negeri Jakarta Pusat Memutuskan! Satu, Bayu Suseno bin Guntur Suseno telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana Penculikan dan Penganiayaan, Dua Menjatuhkan pidana kepada terdakwa tersebut dengan pidana penjara selama tujuh tahun penjara . . . ."Arga dan Airin merasa lega mendengar putusan yang dibacakan oleh Hakim. Meskipun tuduhan rencana pembunuhan itu tidak terbukti di pengadilan, namun Arga merasa senang karena Bayu mendapatkan hukuman yang maksimal dari Pasal Penculikan dan Penganiayaan. Arga berharap Bayu akan jera dan segera menyesali perbuatannya.Sedangkan dari Pihak keluarga Pak Guntur, Mereka merasa kecewa dan tidak puas dengan putusan yang diberikan kepada anaknya. Pak Guntur beranggapan, Pihak Pengadilan tidak mempertimbangkan hal-hal yang meringankan vonis a

  • Memilih Bercerai Daripada Dimadu   Kembalinya Arga

    Setelah kedatangan Airin ke rumah sakit, Arga langsung mengajaknya pulang kerumah. Sebenarnya Airin menginginkan agar Arga tetap di rawat sampai keadaannya benar-benar pulih. Tetapi Arga malah beralasan jika dia akan lebih cepat sembuh jika Airin yang merawatnya."Mas Arga harus banyak istirahat biar cepat pulih. Jangan ke kantor dulu kalau belum benar-benar sembuh.""Aku sudah sehat kok, Sayang.""Sehat apanya! Masih lebam-lebam begini."Airin memegang dagu dan mengamati lebam-lebam di wajah suaminya lalu mengoleskan obat lebam yang dibawa dari rumah sakit."Laki-laki berantem itu sudah biasa, Sayang. Lebam-lebam ini menandakan kalau suamimu ini beneran laki.""Laki-laki itu tidak harus adu otot untuk menunjukkan kejantanannya, Mas.""Nah yang itu Mas juga setuju."Arga mengambil obat dari tangan istrinya kemudian memeluknya."Jadi sekarang apa Mas juga bisa menunjukkan sisi kejantanan Mas yang lain," bisik Arga menggoda."Aw.. Aw.. Aw.."Airin menjewer kuat telinga suaminya."Aduh s

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status