Meninggalkan berbagai persoalan dan juga drama yang ada di rumah. Dimulai dengan Neo yang alih-alih memuji Alex dengan pakaian couple ayah dan anak mereka yang berwarna putih dengan menamai mereka sebagai keluarga burung merpati, atau Alex yang sepanjang jalan menggerutu pada Lara bahwa sekali saja dia ingin mendapatkan pujian seperti Shenina memujinya.Akhirnya ....Keluarga mereka tiba di The Hemera Hotel. Hotel milik JS Group yang salah satu ballroom-nya digunakan sebagai tempat ulang tahun si kembar Neo dan Shenina yang genap ke lima.Mereka disambut oleh Staf saat tiba di hotel. Lalu dibawa masuk ke dalam sebuah ruangan yang nantinya akan terhubung ke tempat pesta.Lara menyaksikan antusiasnya Neo dan Shenina. Ini adalah pesta pertama mereka yang dirayakan dengan sangat megah. Atas izin Alex, keinginan mereka yang dikabulkan tanpa banyak 'ba bi bu' sehingga mereka berempat ada di dalam sini dengan keadaan hati yang bahagia.Samar-samar Lara mendengar pembawa acara yang ada di ba
Saat mikrofon berpindah ke tangan kecil Shenina, tidak banyak yang disampaikan oleh anak gadisnya itu.Dia hanya menyampaikan,“Shen sayang Mama dan Papa. Ayo kita bersama-sama untuk waktu yang lama.”Syukurnya, Shenina hanya mengatakan itu, jika tidak, Lara tidak bisa bayangkan sederas apa air matanya karena setelah mendengar Neo saja hatinya seperti diremas dan dirundung nestapa.Sedikit banyak, anak-anaknya telah melihat Lara yang dulu kerap kali menangis.Yang membuat Lara merasa bersalah karena dulu dia banyak mengeluh dan mengadu pada Tuhan tentang bagaimana cemasnya dia terhadap masa depan. Jika tahu itu akan melukai anak-anaknya seperti ini, mungkin Lara akan mencari tempat untuk mengadu yang lebih rahasia agar mereka tak perlu melihatnya.Jika Lara merasa bersalah, Alex diremukkan berulang kali.Mendengar Neo, mendengar Shenina, siapa yang tidak akan hancur hatinya.Bayangkan saja ... anak yang tak dia ketahui dilahirkan dari rahim seorang wanita yang dia benci itu mengatakan
Ini tentang ingatan Lara yang hari itu masih dibelenggu oleh banyak duka dan lara. Kembali pada hari di mana dia harus merayakan ulang tahun anaknya yang pertama, yang ke satu. Untuk Neo dan Shenina yang menunggunya pulang ke rumah pada sore hari.....Lara baru saja keluar dari apotek milik keluarga Karel saat jam menunjukkan pada pukul tiga sore lewat beberapa menit yang dingin.Dia menatap langit dari ujung barat yang tampak mengelung mendung kelam. Akan ada hujan dalam waktu kurang dari setengah jam. Jika dugaannya benar, wilayah ini hingga nanti sampai dia tiba di rumah akan diguyur oleh hujan.Tapi Lara tidak ingin itu terjadi. Lara ingin Tuhan menunda hujan agar tak turun sekarang sebab ada yang ingin dia lakukan.“Lara.”Panggilan sebuah suara laki-laki membuat Lara yang berjalan di atas jalur pedestrian berhenti.Dia menoleh ke belakang dan menjumpai Karel yang berlari kecil setelah keluar dari mobilnya yang dia parkir di dekat apotek.“Dokter Karel. Mampir ke sini?”“Iya. Ka
Kemudian dengan bergegas, Lara membawa kuenya pergi dari Dessert Bar milik Adam. Setelah membayar degan uang yang dia miliki, dia berlari dengan hati yang buncah oleh berbagai macam perasaan. Senang, dan terharu.Benar-benar masih ada orang yang baik di dunia ini.Meski gerimis tak begitu baik karena jatuh dan mengejek kepulangan Lara, Lara sampai di rumah pada akhirnya.Dia menutup pintu dengan sedikit kasar. Dia tidak ingin melihat hujan.Dia benci dengan hujan.Napasnya memburu saat dia menghadap pada pintu yang tertutup di rumah kontrakan yang tak jauh dari apotek.Dia menata napasnya, menata hatinya, tersenyum. Dia harus tersenyum di depan Neo dan Shenina yang menunggunya pulang.Melewati ruang tamu kecil setelah memutar tubuhnya, Lara—saat itu—berpikir jika ada baiknya mungkin dia memiliki rumah sendiri yang akan dia cicil dalam sistem KPR?Nanti, akan dia rencanakan ulang. Tapi sekarang saatnya dia harus menemui buah hatinya yang paling dia sayang.Lara sudah mendengar celote
Remuk, hanya kata itu yang mungkin bisa menggambarkan seperti apa perasaan Alex dengan hanya mendengar cerita Lara.Dia berlutut dan tertunduk semakin dalam di depan Lara. Kedua tangannya terkepal, meremas jemarinya sendiri, di atas lututnya yang terasa kebas dan kesemutan.Matanya perih. Kenyataan menamparnya sekali lagi dengan fakta kejam, bahwa dirinyalah yang kejam.Dia tidak menduga jika satu hal yang dia lakukan sore itu, mengusir Lara pergi dari rumah adalah sebuah kesalahan yang sangat fatal. Hal yang membuatnya dirundung sesal kemudian sepanjang sisa hidupnya.“Maaf, Lara ....” sesalnya sekali lagi.Suaranya terdengar parau. Lebih parau dari suara burung gagak yang barangkali bertengger di pohon tabebuya yag ada di luar rumah mereka.Tapi tahu apa yang dilakukan oleh Lara?Dia meraih kedua bahu Alex, mengusapnya dengan lembut.Jari telunjuknya menyentuh dagunya agar dia tak selamanya tertunduk.Suara lembutnya membisikkan,“Sudahlah ... sudah terjadi sangat lama, ‘kan? Yang
Lara melihat mata terpejam Alex. Seperti dugaannya, dia selalu menjatuhkan bibirnya untuk menyapa bibir Lara dengan tidak berdaya setelah mengakui semua yang dia lakukan di masa lalu itu adalah sebuah kesalahan besar.Lara merasakan lembut dan manisnya bibir Alex yang memagutnya secara perlahan. Tangannya yang besar merengkuh pinggang Lara, membawanya mengambil langkah mundur ke belakang. Menjaga keseimbangan agar Lara tidak terjatuh, karena Alex yang akan menjatuhkannya di sini, di atas ranjang hangat milik mereka berdua.Alex memeluknya semakin erat saat mereka tenggelam di dalam gemuruh suara batin yang perlahan menerima. Ini adalah takdir mereka.Saat Alex melepas Lara, tatap mereka bertemu di udara. Dalam sayu, Lara menyaksikan telunjuk Alex yang menyentuh pipinya.“Cantik sekali.”“Itu rayuan, ‘kan?”“Iya. Rayuan.”“Aslinya? Aku tidak cantik?”“Tidak cantik tapi saaaangat cantik. Tapi tidak boleh cantik di mata orang lain karena cantik ini hanya miliknya Alex.”“Kamu tahu?”“Ap
***Segar sekali rasanya setelah mandi keramas.Pagi ini, Alex turun dari kamarnya dengan rambut yang masih setengah basah. Dia tersenyum sepanjang keluar dari kamar, sepanjang anak tangga, bersenandung tanpa henti meski itu hanya sebatas ‘hmm ... hmmm ....’ yang tak ada artinya.Apa ada yang bertanya kenapa dia mandi keramas?Ah ... itu karena Alex dan Lara baru saja melakukan hal yang menyenangkan tadi malam.Kok bisa? Di mana?Di dalam kamar mandi. Lewat tengah malam setelah anak-anak tenggelam di dalam lelap, Alex dan Lara tenggelam di dalam rasa nikmat.Pokoknya, ini hanya masalah pintar-pintar mengatur waktu, strategi, posisi. Jika ketiganya sudah bisa diatasi, kenikmatan akan singgah di dalam hati. Nikmat raga nikmat batin.Maka dari itu pagi ini wajahnya cerah, tidak ada cerita ditekuk-tekuk seperti kertas origami.Dia tiba di ujung anak tangga dan mencium bau wangi roti yang sepertinya baru saja keluar dari oven.Siapa lagi yang membuatnya jika bukan malaikat tanpa sayap mili
***Ada yang ingin dilakukan Lara hari ini setelah dia menjemput anak-anaknya dari sekolah, menidurkan mereka, tentunya dengan keadaan perut mereka yang kenyang.Dengan diantar oleh Ron, salah satu sopir milik Alex, Lara pergi ke sini, ke tempat yang sudah beberapa waktu terakhir ingin dia kunjungi apalagi setelah dia mendengar dari Laras, ibunya Lara, bahwa seseorang yang ada di dalam sini menitip pesan dan harapan kebahagiaan untuknya dan untuk keluarga Lara.Tahu ke mana Lara akan pergi?Iya, ke lembaga pemasyarakatan tempat di mana Roy, ayahnya ditahan atas kasus keterlibatan percobaan pembunuhan berencana pada kasus kecelakaan Ibra.“Sudah sampai, Nona Lara,” ucap Ron mengakhiri lamunan panjang Lara sedari mereka pergi dari rumah hingga tiba di sini.“Baik, terima kasih, Pak Ron. Pak Ron ikut masuk, ‘kan?”“Sesuai yang diperintahkan sama Pak Alex kalau saya harus menjaga nona Lara, tentu saja saya harus masuk.”“Baik. Kita masuk sama-sama kalau begitu.”“Baik, Non.”Setelah parki