***Ada yang ingin dilakukan Lara hari ini setelah dia menjemput anak-anaknya dari sekolah, menidurkan mereka, tentunya dengan keadaan perut mereka yang kenyang.Dengan diantar oleh Ron, salah satu sopir milik Alex, Lara pergi ke sini, ke tempat yang sudah beberapa waktu terakhir ingin dia kunjungi apalagi setelah dia mendengar dari Laras, ibunya Lara, bahwa seseorang yang ada di dalam sini menitip pesan dan harapan kebahagiaan untuknya dan untuk keluarga Lara.Tahu ke mana Lara akan pergi?Iya, ke lembaga pemasyarakatan tempat di mana Roy, ayahnya ditahan atas kasus keterlibatan percobaan pembunuhan berencana pada kasus kecelakaan Ibra.“Sudah sampai, Nona Lara,” ucap Ron mengakhiri lamunan panjang Lara sedari mereka pergi dari rumah hingga tiba di sini.“Baik, terima kasih, Pak Ron. Pak Ron ikut masuk, ‘kan?”“Sesuai yang diperintahkan sama Pak Alex kalau saya harus menjaga nona Lara, tentu saja saya harus masuk.”“Baik. Kita masuk sama-sama kalau begitu.”“Baik, Non.”Setelah parki
***Dalam rangka menepati apa yang pernah dia janjikan pada Lara dan menuruti keinginan agar Lara bisa sementara pergi, hari ini pun terlaksana.Iya, pergi untuk healing dan menyembuhkan luka. Tempat di mana alam akan membaur bersama mereka. Menampilkan kebahagiaan yang sejati, bukan hanya sebatas semu yang menghitamkan nurani.Alex tidak ingin menundanya lagi. Dia sudah mendapatkan tempat tujuannya, dia sudah melalui proses mengurus yang lama untuk tiba pada hari ini.Norwegia.Sebuah tujuan yang akan memberikan mereka pengalaman memasuki negeri dongeng. Nanti setelah dari sini, Alex akan mengajak Lara, Neo dan juga Shenina untuk terbang ke Inggris, di sebuah desa yang memberikan pengalaman yang juga seperti ada di negeri dongeng.Tapi itu nanti saja.Karena masih ada yang ingin—dan banyak—Alex lakukan di Norwegia.Udaranya sejuk, alamnya bagus. Pepohonan menghijau karena ini adalah musim semi yang cukup dingin. Bunga bermekaran menyambut mereka.Norwegia, sebuah Negara Nordik yang
Bukan hanya siang, malam pun tampak sangat indah.Lampu menerangi desa paling cantik di Noerwegia, Geiranger.“Mama, boleh Shen tambah lagi sup ini?”Lara yang tadinya asyik makan malam dan duduk di samping Alex melihat Shenina yang menyodorkan mangkuk miliknya.Dia bilang dia ingin tambah sup daging dan wortel yang dibuatkan oleh Lara. Dengan tambahan rempah yang kuat dan menghangatkan mereka dari sejuknya udara kiriman dari fjord malam ini.“Boleh, Sayang.”Saat Lara menerima mangkuk dari Shenina, rupanya Neo dan Alex juga melakukan hal yang sama.“Neo juga mau, Mama.”“Papa Alex juga, Mama Lara.”Kalau sudah manja, bisa saingan dengan bocah-bocah kecilnya. Iya, si Alex ini.“Baiklah ....”Lara menerima mangkuk mereka bergantian kemudian menyerahkan masing-masing kepada pemiliknya.Mereka kembali lahap dengan menu sederhana yang dibuat oleh Lara sehingga malam pertama yang ada di Geiranger akan menjadi malam yang berkesan.Tidak banyak hal yang mereka lakukan. Karena setelah makan m
Darah Lara berdesir, seperti ada yang mengiris hatinya tetapi itu dengan rasa senang yang tidak bisa dijelaskan.Padahal, itu hanya kalimat sederhana yang keluar dari bibir Alex. Tetapi rasanya bisa membuat gila dan salah tingkah.Suara baritonnya yang dalam, Lara suka. Dengan kontur wajah itu, Lara pun suka. Belaian tangan Alex yang singgah di pipinya seperti sebuah rayuan yang berbisik, ‘I will touch you all night long, Baby Girl.’“Kenapa kamu tidak menjawab?”Alex kembali bertanya pada Lara yang hanya memberinya kediaman selama sepersekian detik pasca tanya darinya usai.“T-tidak kok.”“Kamu gugup?”Ingin menjawab dengan ‘tidak’ tetapi Lara tahu sendirinya tidak akan bisa membohongi Alex.Membohongi Alex dengan mengatakan ‘tidak’ adalah sebuah bentuk kesia-siaan karena Alex bisa membaca ekspresinya, gerak tubuhnya, atau apapun itu.Dalam hal mengamati Lara, Lara tahu Alex tidak akan luput.“Iya,” aku Lara pada akhirnya.Karena memang benar jika dia gugup.“Tidak apa-apa. Aku juga
Tidak ada jarak yang memisahkan mereka. Mereka benar akan memanaskan malam di Norwegia.Lihat bagaimana seprai yang ada di atas ranjang sudah berantakan.Selimut mereka sudah pergi entah ke mana, tidak terlihat. Mungkin saja jatuh ke lantai menyusul pakaian emreka yang sudha melayang jatuh di sana lebih dulu.Lara terlena, Alex tidak pernah gagal dalam menyenangkannya.Dia pra jantan yang memberi Lara kenikmatan. Tanpa ukuran.Lara merasakan setiap geraknya, ritmenya yang kondusif. Yang kadang dia mainkan dengan cepat atau sengaja dia perlambat. Tidak ada yang tidak membuat Lara menjerit.Dia suka semuanya.Apalagi saat Alex berbisik di telinganya dengan,“Manis sekali rasanya.”Lalu meninggalkan kecupan di ceruk lehernya sebelum mata mereka kembali saling bertautan.Sangat lama, entah berapa lama mereka lakukan ini karena Lara yang semula melihat Alex dari bawah sini dengan berbaring nyaman kini tidak bisa melihatnya lagi.Sebab Alex berpindah ke belakang, memusatkan kenikmatan di te
DIBLOKIR!Setelah pesan dari Alex yang hanya menyebutkan namanya dengan ‘JEST ALEXANDER’ itu dalam status terbaca, lalu nomor Lara diblokir oleh Karel.Karena saat Alex mencoba mengetuk profil yang semula terpasang, sekarang sudah tidak ada lagi.‘Kenapa tidak balas?’ tanya Alex melalui pesan tetapi itu malah centang satu saja.Benar dugaan Alex jika Karel memblokir nomornya Lara dari ponsel milik K-Farma.Alex tersenyum saat menghapus percakapan mereka. Agar Lara tidak tahu. Agar dia tidak memiliki pikiran yang bercabang dengan memikirkan orang lain selain dirinya, yang Alex tidak suka itu.“Alex?”Panggilan Lara membuat Alex dengan cepat menoleh padanya, menghadapkan tubuhnya.“Iya, Sayang?”“Kamu sudah bangun dari tadi?”“Belum.”“Kenapa kamu sibuk degan ponselku?”“Ah, ini. Ada pesan masuk, Lara.”“Dari mana?”“Nomor spam. Menawarkan asuransi sama hadiah.”“Blokir saja!”Alex mengangguk megiyakan Lara.“Kenapa kamu sudah bangun, hm? Tidurlah lagi karena ini masih sangat pagi, Saya
Ini tentang ingatan Pramita terhadap pertemuan dan kesan-kesannya pada Karel. Kenangan yang terjadi mungkin sekitar hampir beberapa tahun berjalan.....Namanya Pramita Helena Malik.Dia seorang anak tunggal dari pengusaha yang bisa dibilang sukses. Ayahnya itu mantan pengacara terkenal yang merambah ke dunia bisnis kuliner. Dia memiliki restoran bintang lima yang dikenal dengan menu western.Pada suatu malam, yang tak akan pernah dia lupakan sepanjang dia hidup, Dia akan bertemu dengan seorang dokter tampan yang namanya sering disebut oleh ayah dan juga ibunya, Karel Yisander Duan.Perjamuan makan malam itu terasa sangat harmonis, manis dan juga hangat.Tidak terjadi di restoran milik keluarga Pramita, atau di sebuah hotel. Melainkan untuk mempererat tali persaudaraan dan kekeluargaan, mereka melakukan perjamuan makan malam di rumah Pramita.Sejak lelaki yang bernama Karel itu memasuki rumahnya, memang Pramita tidak bisa berhenti memandanginya.Dia tampan dengan balutan jas semi form
Tapi, rekayasanya tidak bertahan lama karena Karel tahu apa yang terjadi malam itu hanya untuk agar Karel mengiyakan apa yang dia mau.Karena pada saat pertemuan mereka yang selanjutnya, yang kali ini hanya Karel dan Pramita saja, Pramita mendengar Karel yang mengatakan,“Aku mengiyakan perjodohan kita karena aku pikir kamu sakit, Pramita.”“Jadi kamu akan menolak lagi sekarang?”“Perbaiki kelakuanmu dulu! Aku akan memikirkan dengan memperbaiki diriku juga.”Pramita berpikir apa yang dikatakan oleh Karel saat itu bisa dia percaya. Karena setelahnya, mereka seperti ... benar-benar saling memperbaiki diri.Tanggapan Karel juga tidak sedingin sebelumnya. Atau ... memang itu hanya sebuah formalitas belaka?Karena pada akhirnya Pramita tahu hati Karel tidak pernah pergi dari perempuan yang dia sukai itu.Namanya Lara, Isabella Lara Gilbert. Selidik punya selidik, ternyata dia hanyalah seorang pekerja di apotek milik Karel. Tapi satu hal yang dibenci oleh Pramita adalah, Lara sangat cantik.
Lara tidak bisa menahan haru melihat api yang meliuk di atas lilin kecil pada kue black forest yang dibawa oleh Neo. “Selamat ulang tahun, Mama,” kata Shenina pertama-tama. “Ayo buat permohonan dan tiup lilinnya.” Lara dengan segera melakukan itu. Ia merapatkan tangannya dan berdoa agar kebahagiaan ini tidak pernah putus. Untuknya, untuk keluarganya. Agar mereka diberkati dalam kebahagiaan yang sempurna. Barulah setelah itu Lara menunduk, merendahkan tinggi tubuhnya untuk meniup lilinnya. Lara menerima kue dari Neo yang mengatakan, “Selamat ulang tahun untuk Mama,” katanya manis. “Tidak banyak yang Neo minta selain Mama menjadi Mama yang bahagia.” “Selamat ulang tahun, Mama,” kali ini Shenina yang berujar. “Shen juga memiliki harapan yang sama, semoga Mama tetap bahagia. Dan tetap menjadi Mama cantiknya Shen.” Lara lebih dulu meletakkan kue ulang tahun dari para kesayangannya ke atas meja makan kemudian ia memeluk si kembar yang dengan senang hati membalasnya. “Terima kasih unt
*** Merasakan dingin yang memeluknya, Lara membuka matanya dengan cepat. Napasnya tersengal bahkan setelah ia membuka matanya. Ia baru saja berpikir dirinya sedang tidur di lantai seperti lima tahun silam agar anak-anaknya bisa tidur dengan nyaman di atas ranjang. Ia menggigil, kenangan akan sulitnya masa lalu sekali lagi membuatnya terjaga dengan keadaan yang berbeda. Dulu, Lara terbangun karena dingin dan tidak nyaman, tidak ada selimut untuknya selain ia menggunakan apapun untuk menutupi tubuhnya. Tetapi sekarang ia terbangun di tempat yang nyaman dan bahkan tidak sendirian. Tangisan Sky itulah yang pasti membuat intuisi seorang ibu dalam dirinya membuka mata. Dan saat hal itu ia lakukan, Lara telah menjumpai Alex yang berdiri dan menggendong Sky. Ia tampak memandang Lara dengan hanya bibirnya saja yang bergerak seolah bertanya, ‘Kenapa kamu bangun?’ “Sky baik-baik saja?” tanya Lara lirih. Alex mengangguk, menunjukkan Sky yang kembali terlelap saat Alex menepuk lem
.... Dari tempat bulan madu Karel dan Sunny. Seperti yang sebelumnya dikatakan oleh Lara bahwa ada kemungkinan mereka memang sedang berbulan madu ... hal itu memang benar! Mereka pergi berbulan madu setelah penantian yang cukup panjang dan lama mengurus izin cuti Karel yang notabene adalah seorang dokter yang bisa dikatakan ... hm ... masih baru di tempat ia bekerja. Udara sejuk Edinburgh membelai wajah Sunny begitu ia membuka pintu geser di sebuah hotel tempat mereka menghabiskan waktu selama mereka di sini. Ia memandang ke luar dan berdiri di balkon. Pandangannya ia jatuhkan paada jalan yang tampak lengang pada hari MInggu pagi ini yang sebagian besarnya basah oleh sisa hujan. Semalam memang Edinburgh diguyur hujan. Bukan hujan deras tetapi itu cukup untuk membuat bunga kecil dan dahan pepohonan kedinginan pagi ini. “Cantik sekali pemandangan setelah hujan,” gumamnya. Meski ia sebenarnya juga suka pemandangan sebelum hujan, tetapi setelah curahan air turun dari langit ... ia
.... “Apakah Neo dan Shenina suka dengan sekolah baru mereka, Lara?” tanya Alex pada Lara yang saat ini tengah menatapnya setelah mengalihkan wajahnya dari layar ponsel yang ada di tangannya. “Aku rasa mereka senang,” jawab Lara. Memandang sekilas pada jam digital yang ada di atas meja kemudian pada Sky yang terlelap di dalam box bayi miliknya. “Karena mereka bisa bertemu dengan si kembar Zio dan Asha juga, ‘kan? Kamu ‘kan tahu kalau mereka itu bestie.” Alex tak bisa menahan senyumnya. Ia menutup laptop yang ada di pangkuannya dan meletakkannya di atas nakas yang tak jauh dari ranjang sebelum meraih ponsel Lara. “Jangan main ponsel terus! Peluk aku sekarang, hm?” Alex merengkuh pinggang Lara, membuatnya berbaring dengan nyaman saat mereka merasakan hangat di bawah satu selimut yang sama. Mereka saling memagut untuk beberapa lama sebelum Alex mengecup pipinya. “Cantik sekali ....” “Bukankah aku memang selalu cantik?” tanya Lara, menyentuh garis dagu Alex, tersenyum saat merasaka
*** . . Berhasilkah? Tidak! Tapi mungkin saja, 'kan? Pertentangan batin sedang bergejolak di dalam benak Kalisha. Ia berdiri bersandar di pintu kamar mandi di dalam kamarnya. Menggenggam sebuah test pack yang ada di tangannya. Yang baru saja ia gunakan untuk mengetes, apakah ia benar hamil ataukah tidak. Ia memang sering terlambat datang bulan. Tapi tak seperti kali ini. Ini sangat jauh dari hari biasanya. Jadi ia ingin melakukan tes. Sejak pernikahannya dengan Ibra, lebih dari satu tahun lamanya, lebih dari berbulan-bulan pula ia selalu terlambat datang bulan dan hasilnya selalu satu garis setiap ia ingin melihatnya. Dan ia tak pernah mengharap lebih soal itu. Tapi sekarang, dadanya berdebar lebih dari biasanya. Sebagai seorang perawat yang tahu betul seperti apa detak jantung normal dan detak jantung yang tidak normal, maka Kalisha akan menggolongkan ini sebagai detak jantung yang tidak normal. Berisik sekali. Berdentum. Seolah tak mau diam setiap kali tanya muncul m
Yang dilihat oleh Lara itu adalah Roy, ayahnya. Ia tak berdiri di sana sendirian melainkan bersama dengan ibunya Lara, Laras. Tak ia ketahuai berapa lama waku berjalan hingga membawa Roy ke hadapannya. Sudah tahun demi tahun berlalu, bukan? Lara memang mendengar jika hukuman untuk ayahnya itu mendapatkan keringanan karena ia berperilaku baik selama menjadi tahanan. Dan ternyata, kepulangannya itu adalah hari ini. Atau mungkin beberapa saat lebih awal dari hari ini karena setidaknya ia membutuhkan waktu untuk bersiap ke sini. Barangkali dengan meneguhkan hatinya untuk bisa menghadapi Lara. Sebab beberapa kali Lara mengunjunginya di tahanan, Roy selalu mengatakan hal yang sama. ‘Mungkin nanti Papa tidak bisa langsung menemuimu karena merasa sangat bersalah, Lara.’ Tapi sekarang dia di sini. Di hadapan Lara. Berdiri dengan tampak canggung dan air matanya mengembun membasahi pipi saat ia tersenyum dan membiarkan Lara datang guna memeluknya. “Papa ....” Lara mengulanginya sekali
*** Beberapa waktu setelah tertangkapnya Selim, Lara kemudian tahu bahwa yang dilakukan oleh pria itu jauh lebih parah daripada yang ia bayangkan. Bagaimana ia mengawasi Lara sebelum dan sesudah kembalinya ia dari luar negeri membuat Lara bergidik merinding saat Alex menceritakannya dan membawa beberapa catatan yang difoto oleh Ibra. Salah satunya juga adalah soal kegugurannya kala itu yang disebut oleh Selim sebagai 'hilangnya anak monster.' Hati Lara sakit. Ia tak pernah tahu ada orang sejahat itu yang hadir di hidupnya. Dan rasanya itu bertubi-tubi. Ingat saja berapa banyak orang yang membuatnya sengsara. Dimulai dari Nala yang kabur pada hari pernikahannya, atau Shiera yang membencinya karena menganggapnya merebut Alex. Tetapi Selim memberikan rasa tersendiri, ketakutan dan juga was-was. Lara bahkan memerlukan waktu tenang selama beberapa jam setelah Alex mengatakan itu. Ia kembali tersadar dan menepis hal tak penting yang mengganggunya itu saat melihat Sky yang miring
*** "Pulanglah, ini sudah malam," ucap Ibra saat ia merapikan lengan kemejanya dan memandang Alex yang masih berdiri di depan sandsack dengan napas yang naik turun tak beraturan. Kedua tangannya masih terbungkus oleh sarung tinju. Rambutnya tampak basah saat ia menoleh pada Ibra dengan salah satu alis yang terangkat tak percaya. "Kamu sudah mandi dari tadi?" tanya Alex memastikan. Memandang Ibra dari atas hingga ke bawah. Di dalam ruang gym, hanya ada mereka berdua. Ruangan ini disewa oleh Alex yang tidak ingin melihat ada orang lain masuk sebab sekitar tiga jam yang lalu, lepas ia pergi dari unit apartemen Selim ia harus melampiaskan kekesalannya. Saat ia meminta agar Ibra menjadwalkan ulang untuk ia bisa mengunjungi Selim dan membuatnya babak belur jilid dua, Ibra tak mengabulkannya. Alih-alih mengiyakan Alex, Ibra dengan santainya malah mengatakan, 'Tidak perlu, Pak Alex. Kita tunggu saja nanti di pengadilan. Kita ledek dia sampai dia muntah dan kesetanan. Sayang tanganmu kala
Entah berapa ratus, atau bahkan ribu banyaknya foto Lara yang ada di dalam kamar itu—selain kamar yang diyakini oleh Alex sebagai kamar utama. Pada dindingnya yang lebar itu Alex bisa menjumpai foto Lara. Jika Alex biasanya melihat hal seperti ini lumrahnya ada di film atau di drama thriller tentang seorang psikopat, tetapi kali ini Alex melihatnya ada di depan mata. Alex pernah mengatakan bahwa pria itu—Selim—memiliki pengetahuan tentang Lara sama sepertinya. Tetapi sangkaan itu harus ia tepis sekarang karena sepertinya Selim lebih banyak tahu tentang Lara. Sebab ada banyak sekali foto Lara yang tinggal di rumah lamanya, bersama dengan Neo dan Shenina yang masih kecil. Berada di depan rumah, atau sedang membeli jajanan di toko yang tak jauh dari rumahnya. Atau saat Lara mengantar mereka ke sekolah bersama dengan wanita paruh baya yang dikenal Alex sebagai pengasuh si kembar dulu, selama Lara bekerja. Ada buku yang memiliki catatan apa-apa saja yang dilakukan oleh Lara. Tanggal,