“PAPAAA!”Teriakan si kembar seketikamembuat Alex menarik wajahnya dari Lara.“Kenapa, Sayang?”“Kenapa Papa cium Mama?”“Apa Papa tidak boleh cium mama?”“Boleh sih! Tapi bilang dulu dong kalau mau cium mama!”“Biar kami juga siap ambil fotonya.”“Baik, sekali lagi kalau begitu. Sekarang Papa akan cium mama. Ready?”“YEAH!”Alex kembali menghadapkan wajahnya pada Lara yang memutar kedua bola matanya dengan malas. Jika bisa bicara seolah itu mengatakan, ‘Astaga ... lagi?’“Lara?”“Apa?”“Ekspresi macam apa itu, Lara? Kamu tidak senang karena aku akan menciummu lagi?”“Di depan anak-anak loh! Kamu jangan berlebihan begitu ya!”“Berlebihan bagaimana? Bukannya bagus kalau anak-anak melihat orang tua mereka senang dan penuh cinta serta harmonis seperti ini?” tanyanya dengan ekspresi yang meyakinkan, gerakan tangannya mengisyaratkan agar Lara tidak perlu merasa terbebani akan apapun.“Ya bagus, tapi tadi ‘kan sudah?”“Tidak mau aku cium jadi ini ceritanya?”Lara sudah hampir menjawab Alex
“Kamu masih ingat Bagimana Neo pertama kalinya menerimamu?”“Ingat. Kenapa dengan itu, Lara?”“Apa yang dia katakan? Kamu harusnya ingat karena pas mereka ulang tahun kemarin, dia juga bilang hal itu ke kamu?”“Hm ....”Mana mungkin Alex lupa. Diterima oleh Neo adalah peritiwa yang tidak akan pernah dilupakan oleh Alex. Hal yang paling dia sukai di dunia ini setelah dia tahu bahwa Shenina adalah darah dagingnya sendiri.“Kalau aku tidak boleh tersesat?”“Iya. Aku bilang seperti itu ke mereka. Aku bilang kalau papa mereka sedang tidak bisa pulang karena tersesat. Tersesat itu belum menemukan jalan pulang.”“Apa jawaban mereka saat kamu bilang begitu?”“Mereka selalu bertenya, ‘jadi nanti papa akan pulang?’ dan aku dengan berat hati harus menagngguk. Aku hanya terus sibuk menyiapkan jawaban setiap hari untuk membohongi mereka. Hal yang menyakiti diriku sendri karena mereka tumbuh di dalam kebohongan ibunya sendiri.”“Itu bukan salahmu, ‘kan? Bapak mereka saja yang jahat.”Alex mengakuin
“We can cuddle after lunch.”Itu yang dibisikkan Alex dengan sangat seksinya di samping telinga Lara saat mereka menyantap makan siang.“Alex?”Lara memutar kepalanya pada Alex yang hanya mengedipkan sebelah matanya dengan tak berdosa.Mereka tidak mengatakan apapun lagi setelah itu. Mereka sibuk memakan makanan yang sangat enak yang disediakan oleh staf kapal pesiar yang disewakan oleh bapak Jest Alexander Suh untuk keluarga kecilnya.Lara tersenyum memandang Neo dan Shenina yang lahap makan. Dari pancaran mata dan anggukan mereka, rasanya Lara bisa menerka bahwa mereka suka dengan makanan yang mereka nikmati siang hari ini.Cuaca yang tak begitu terik dan tenangnya perairan di Seven Sisters membuat makan mereka berteman dengan rasa damai.Seusai makan dan waktunya ditutup dengan dessert yang manis, Neo yang pertama kali membuka suaranya.“Makanannya enak sekali, Papa.”Pujian dari Neo itu ... percayalah! Alex sangat suka. Dia seperti mendapat sebuah apresiasi dari anak lelakinya yan
‘Apa yang ingin dia lakukan siang-siang begini?’ batin Lara penuh dengan banyak pertanyaan.Masa iya dia dan Alex harus melakukan hal panas di dalam kapal pesiar? Yang biasanya hanya dilakukan oleh pasangan bulan madu romantis dan hanya bisa Lara lihat lewat film saja?Apa dia dan Alex akan saling memeluk dan pada akhirnya mereka akan mengoyak—‘Kendalikan fantasimu, Nona Isabella!’Lara merutuki dirinya sendiri.Pipinya memanas dengan hanya membayangkan nantinya dia bersama dengan Alex akan memulai kegiatan siang hari ini dari sebatas kecupan dan—‘Bukannya sudah aku bilang kendalikan fantasimu, Laraaa?’Dia semakin kesal.Karena semakin dekat dia di tangga yang mengatarnya ke bagian bawah, maka semakin besar rasa debar jantungnya ini tak bisa dikendalikan.Desir darahnya menggila, bahkan lebih gila daripada saat dia akan menghabiskan malam pertamanya di Norway dengan Alex semalam. Kali ini karena dia tahu tempatnya sangat spesial. Ingat ‘kan tadi Alex mengatakn apa? Lara adalah wan
***Seperginya mereka dari Seven Sisters Waterfall, kapal pesiar bersandar kembali di fjord. Mereka kembali memasuki kota dengan mengendarai mobil. Hari sudah hampir petang saat itu. Di rumah, mereka menjumpai Nina yang sudah datang, sejenak melepas rindu lalu mereka menghabiskan makan malam dengan hati yang senang.Ada makanan dari Jakarta yang dibawakan oleh Nina, yang meraka lahap dengan hati yang senang.Menjelang malam, untuk mengantar tidur dan melunturkan mabuk kapal, Lara berendam lebih dulu di dalam bath tub. Dia melihat layar ponselnya dan mengirim pesan pada Alex agar menyusulnya ke sini jika anak-anak sudah tidur.Karena tadi Alex mengintip mereka yang berpamitan tidur lebih dulu. Senang sekaligus kelelahan, si kembar terlelap dalam sekejap. Setidaknya begitu yang dipikirkan oleh Lara.Karena pesannya pada Alex terkirim dan terbaca.Tidak lama, dia mendengar suara kenop pintu yang diputar dan langkah kaki yang mendekat. Saat Lara menoleh ke sisi kanannya, dia menjumpai Al
"Tidak dengan meninggalkanku, Nona Isabella."Lara bisa mendengar suaranya yang dalam dan tiba di sebelah telinga kanannya. Disertai dengan pelukan yang hangat dari kedua lengan Alex yang singgah di pinggangnya. Merengkuhnya dari belakang, hal yang rasanya seharian ini tidak bosan dilakukan oleh Alex."Ada apa itu dengan 'nona Isabella' darimu, Alex?""Ada Alex yang sedang dimabuk cinta."Lara menoleh ke belakang, Alex melonggarkan pelukannya dan mereka kini saling berhadapan."Kamu cantik sekali sejak pagi, aku serius. Tempat yang cantik untuk perempuan yang cantik membuat kalian menyatu dan yang terjadi akhirnya adalah pesonamu yang tumpah.""Oh my God, kamu menggunakan jurus rayuan buaya elit sekarang ceritanya?""Aku serius, Lara. Bukannya ini yang kamu minta? Tempat healing yang akan menyembuhkan lukamu, saat lukanya sudah perlahan sembuh, yang terjadi adalah Lara yang cantik. Maaf untuk sudah tidak bisa melihat kecantikanmu sejak awal kita bertemu. Kalau kita harmonis begini sej
***Meninggalkan sejenak Lara dan juga Alex dengan segala kemesraan mereka dalam bulan madu yang—sangat—terlambat.....Di sini, di Jakarta. Kalisha, ada yang masih ingat dengannya?Benar, dia adalah kekasihnya Ibrani. Seorang perawat yang membuat Ibra yang gila kerja menjadi tak hanya memikirkan soal pekerjaan melainkan juga tentang kisah cintanya.Kehidupannya, untuk menjalankan prosesnya menjadi manusia normal. Pria dewasa yang memasuki umur menikah.Agar dia tak diejek Alex sebagai pacarnya laptop dan ipad, dia harus menikah.Kalisha sudah bisa dilihat oleh Ibra saat dia menjemputnya sore hari ini. Ibra mengatakan jika dia menunggu Kalisha di parkiran sehingga bertemulah mereka di sana.Kalisha melihat tangan terlambai Ibra datang dari dalam mobil yang membuatnya dengan cepat berlari mendekat.“Ibra.”“Hai,” balasnya menyapa.Dia keluar untuk melihat bagaimana cantiknya Kalisha denagn pakaian perawat yang dia kenakan.Dan itu membuatnya tersenyum tiada henti.“Ada apa dengan seny
....Keluar dari bioskop, mereka bergandengan tangan. Suasana menjadi sedikit canggung setelah berakhirnya menonton film.Kalisha tidak tahu jika film yang diangkat dari komik itu akan diberi bumbu dewasa yang seperti ini. Dan dia malah mengatakannya pada Ibra untuk mereka pergi ke sini?Ah ... mau ditaruh mana ini muka?“Jadi kamu sukanya film yang seperti itu, Kal?” Tuh ‘kan apa Kalisha bilang!Ibra pasti akan menjadikan ini sebagai senjata yang bisa ‘menikamnya’ dari arah mana saja.“Aku pikir kamu cukup innocence untuk bisa tahu film yang seseksi ini loh.”Dan bodohnya Kalisha, dia tidak melihat dulu rating yang ada di internet, rating tentang rentang usia. Jika membicarakan tentang rating film, ini sudah pasti bintang lima, bintang sepuluh, bintang kejora bahkan juga bisa.“Aku tidak tahu kalau ada adegan-adegan seksinya seperti itu, Ibra. Karena di komiknya tidak ada begitu. Kalau pun ada, tidak se ... perti itu.”Entahlah bagaimana cara Kalisha menjelaskannya tetapi rasanya Ib