“Kamu masih ingat Bagimana Neo pertama kalinya menerimamu?”“Ingat. Kenapa dengan itu, Lara?”“Apa yang dia katakan? Kamu harusnya ingat karena pas mereka ulang tahun kemarin, dia juga bilang hal itu ke kamu?”“Hm ....”Mana mungkin Alex lupa. Diterima oleh Neo adalah peritiwa yang tidak akan pernah dilupakan oleh Alex. Hal yang paling dia sukai di dunia ini setelah dia tahu bahwa Shenina adalah darah dagingnya sendiri.“Kalau aku tidak boleh tersesat?”“Iya. Aku bilang seperti itu ke mereka. Aku bilang kalau papa mereka sedang tidak bisa pulang karena tersesat. Tersesat itu belum menemukan jalan pulang.”“Apa jawaban mereka saat kamu bilang begitu?”“Mereka selalu bertenya, ‘jadi nanti papa akan pulang?’ dan aku dengan berat hati harus menagngguk. Aku hanya terus sibuk menyiapkan jawaban setiap hari untuk membohongi mereka. Hal yang menyakiti diriku sendri karena mereka tumbuh di dalam kebohongan ibunya sendiri.”“Itu bukan salahmu, ‘kan? Bapak mereka saja yang jahat.”Alex mengakuin
“We can cuddle after lunch.”Itu yang dibisikkan Alex dengan sangat seksinya di samping telinga Lara saat mereka menyantap makan siang.“Alex?”Lara memutar kepalanya pada Alex yang hanya mengedipkan sebelah matanya dengan tak berdosa.Mereka tidak mengatakan apapun lagi setelah itu. Mereka sibuk memakan makanan yang sangat enak yang disediakan oleh staf kapal pesiar yang disewakan oleh bapak Jest Alexander Suh untuk keluarga kecilnya.Lara tersenyum memandang Neo dan Shenina yang lahap makan. Dari pancaran mata dan anggukan mereka, rasanya Lara bisa menerka bahwa mereka suka dengan makanan yang mereka nikmati siang hari ini.Cuaca yang tak begitu terik dan tenangnya perairan di Seven Sisters membuat makan mereka berteman dengan rasa damai.Seusai makan dan waktunya ditutup dengan dessert yang manis, Neo yang pertama kali membuka suaranya.“Makanannya enak sekali, Papa.”Pujian dari Neo itu ... percayalah! Alex sangat suka. Dia seperti mendapat sebuah apresiasi dari anak lelakinya yan
‘Apa yang ingin dia lakukan siang-siang begini?’ batin Lara penuh dengan banyak pertanyaan.Masa iya dia dan Alex harus melakukan hal panas di dalam kapal pesiar? Yang biasanya hanya dilakukan oleh pasangan bulan madu romantis dan hanya bisa Lara lihat lewat film saja?Apa dia dan Alex akan saling memeluk dan pada akhirnya mereka akan mengoyak—‘Kendalikan fantasimu, Nona Isabella!’Lara merutuki dirinya sendiri.Pipinya memanas dengan hanya membayangkan nantinya dia bersama dengan Alex akan memulai kegiatan siang hari ini dari sebatas kecupan dan—‘Bukannya sudah aku bilang kendalikan fantasimu, Laraaa?’Dia semakin kesal.Karena semakin dekat dia di tangga yang mengatarnya ke bagian bawah, maka semakin besar rasa debar jantungnya ini tak bisa dikendalikan.Desir darahnya menggila, bahkan lebih gila daripada saat dia akan menghabiskan malam pertamanya di Norway dengan Alex semalam. Kali ini karena dia tahu tempatnya sangat spesial. Ingat ‘kan tadi Alex mengatakn apa? Lara adalah wan
***Seperginya mereka dari Seven Sisters Waterfall, kapal pesiar bersandar kembali di fjord. Mereka kembali memasuki kota dengan mengendarai mobil. Hari sudah hampir petang saat itu. Di rumah, mereka menjumpai Nina yang sudah datang, sejenak melepas rindu lalu mereka menghabiskan makan malam dengan hati yang senang.Ada makanan dari Jakarta yang dibawakan oleh Nina, yang meraka lahap dengan hati yang senang.Menjelang malam, untuk mengantar tidur dan melunturkan mabuk kapal, Lara berendam lebih dulu di dalam bath tub. Dia melihat layar ponselnya dan mengirim pesan pada Alex agar menyusulnya ke sini jika anak-anak sudah tidur.Karena tadi Alex mengintip mereka yang berpamitan tidur lebih dulu. Senang sekaligus kelelahan, si kembar terlelap dalam sekejap. Setidaknya begitu yang dipikirkan oleh Lara.Karena pesannya pada Alex terkirim dan terbaca.Tidak lama, dia mendengar suara kenop pintu yang diputar dan langkah kaki yang mendekat. Saat Lara menoleh ke sisi kanannya, dia menjumpai Al
"Tidak dengan meninggalkanku, Nona Isabella."Lara bisa mendengar suaranya yang dalam dan tiba di sebelah telinga kanannya. Disertai dengan pelukan yang hangat dari kedua lengan Alex yang singgah di pinggangnya. Merengkuhnya dari belakang, hal yang rasanya seharian ini tidak bosan dilakukan oleh Alex."Ada apa itu dengan 'nona Isabella' darimu, Alex?""Ada Alex yang sedang dimabuk cinta."Lara menoleh ke belakang, Alex melonggarkan pelukannya dan mereka kini saling berhadapan."Kamu cantik sekali sejak pagi, aku serius. Tempat yang cantik untuk perempuan yang cantik membuat kalian menyatu dan yang terjadi akhirnya adalah pesonamu yang tumpah.""Oh my God, kamu menggunakan jurus rayuan buaya elit sekarang ceritanya?""Aku serius, Lara. Bukannya ini yang kamu minta? Tempat healing yang akan menyembuhkan lukamu, saat lukanya sudah perlahan sembuh, yang terjadi adalah Lara yang cantik. Maaf untuk sudah tidak bisa melihat kecantikanmu sejak awal kita bertemu. Kalau kita harmonis begini sej
***Meninggalkan sejenak Lara dan juga Alex dengan segala kemesraan mereka dalam bulan madu yang—sangat—terlambat.....Di sini, di Jakarta. Kalisha, ada yang masih ingat dengannya?Benar, dia adalah kekasihnya Ibrani. Seorang perawat yang membuat Ibra yang gila kerja menjadi tak hanya memikirkan soal pekerjaan melainkan juga tentang kisah cintanya.Kehidupannya, untuk menjalankan prosesnya menjadi manusia normal. Pria dewasa yang memasuki umur menikah.Agar dia tak diejek Alex sebagai pacarnya laptop dan ipad, dia harus menikah.Kalisha sudah bisa dilihat oleh Ibra saat dia menjemputnya sore hari ini. Ibra mengatakan jika dia menunggu Kalisha di parkiran sehingga bertemulah mereka di sana.Kalisha melihat tangan terlambai Ibra datang dari dalam mobil yang membuatnya dengan cepat berlari mendekat.“Ibra.”“Hai,” balasnya menyapa.Dia keluar untuk melihat bagaimana cantiknya Kalisha denagn pakaian perawat yang dia kenakan.Dan itu membuatnya tersenyum tiada henti.“Ada apa dengan seny
....Keluar dari bioskop, mereka bergandengan tangan. Suasana menjadi sedikit canggung setelah berakhirnya menonton film.Kalisha tidak tahu jika film yang diangkat dari komik itu akan diberi bumbu dewasa yang seperti ini. Dan dia malah mengatakannya pada Ibra untuk mereka pergi ke sini?Ah ... mau ditaruh mana ini muka?“Jadi kamu sukanya film yang seperti itu, Kal?” Tuh ‘kan apa Kalisha bilang!Ibra pasti akan menjadikan ini sebagai senjata yang bisa ‘menikamnya’ dari arah mana saja.“Aku pikir kamu cukup innocence untuk bisa tahu film yang seseksi ini loh.”Dan bodohnya Kalisha, dia tidak melihat dulu rating yang ada di internet, rating tentang rentang usia. Jika membicarakan tentang rating film, ini sudah pasti bintang lima, bintang sepuluh, bintang kejora bahkan juga bisa.“Aku tidak tahu kalau ada adegan-adegan seksinya seperti itu, Ibra. Karena di komiknya tidak ada begitu. Kalau pun ada, tidak se ... perti itu.”Entahlah bagaimana cara Kalisha menjelaskannya tetapi rasanya Ib
Karel tidak peduli sekeras apa suaranya sekarang ini karena dia pikir Pramita sudah melewati batasannya.“Kenapa kamu berteriak padaku, Karel?”Tapi lihat apa yang dilakukan oleh perempuan itu dengan tanpa dosanya. Dia tersenyum, seolah apa yang baru saja dia katakan tidak memberikan efek apapun lawan yang diajak bicara.“Karena kamu mulai bersikap berlebihan.”“Berlebihan bagaimana? Mana sikapku yang berlebihan, Karel? Kamu yang lebih dulu bersikap berlebihan. Kamu menolak perjodohan kita hanya untuk mengejar perempuan yang ststusnya istri orang! Ibu dari dua orang anak, istrinya konglomerat. Mana lagi yang tidak berlebihan daripada itu?”“Tapi tidak membuat perhitungan dengan Lara! Lara tidak ada urusannya dengan kita!”“Oh? Siapa bilang Lara tidak ada urusannya dengan kita? Lara lah yang membuat kamu tidak pernah bisa menerimaku, sama sekali! Lara yang meracuni kepalamu itu dengan anggapan bahwa cintamu yang bertepuk sebelah tangan itu bisa mendapat balasan!”“Tapi aku yang memutus
Lara tidak bisa menahan haru melihat api yang meliuk di atas lilin kecil pada kue black forest yang dibawa oleh Neo. “Selamat ulang tahun, Mama,” kata Shenina pertama-tama. “Ayo buat permohonan dan tiup lilinnya.” Lara dengan segera melakukan itu. Ia merapatkan tangannya dan berdoa agar kebahagiaan ini tidak pernah putus. Untuknya, untuk keluarganya. Agar mereka diberkati dalam kebahagiaan yang sempurna. Barulah setelah itu Lara menunduk, merendahkan tinggi tubuhnya untuk meniup lilinnya. Lara menerima kue dari Neo yang mengatakan, “Selamat ulang tahun untuk Mama,” katanya manis. “Tidak banyak yang Neo minta selain Mama menjadi Mama yang bahagia.” “Selamat ulang tahun, Mama,” kali ini Shenina yang berujar. “Shen juga memiliki harapan yang sama, semoga Mama tetap bahagia. Dan tetap menjadi Mama cantiknya Shen.” Lara lebih dulu meletakkan kue ulang tahun dari para kesayangannya ke atas meja makan kemudian ia memeluk si kembar yang dengan senang hati membalasnya. “Terima kasih unt
*** Merasakan dingin yang memeluknya, Lara membuka matanya dengan cepat. Napasnya tersengal bahkan setelah ia membuka matanya. Ia baru saja berpikir dirinya sedang tidur di lantai seperti lima tahun silam agar anak-anaknya bisa tidur dengan nyaman di atas ranjang. Ia menggigil, kenangan akan sulitnya masa lalu sekali lagi membuatnya terjaga dengan keadaan yang berbeda. Dulu, Lara terbangun karena dingin dan tidak nyaman, tidak ada selimut untuknya selain ia menggunakan apapun untuk menutupi tubuhnya. Tetapi sekarang ia terbangun di tempat yang nyaman dan bahkan tidak sendirian. Tangisan Sky itulah yang pasti membuat intuisi seorang ibu dalam dirinya membuka mata. Dan saat hal itu ia lakukan, Lara telah menjumpai Alex yang berdiri dan menggendong Sky. Ia tampak memandang Lara dengan hanya bibirnya saja yang bergerak seolah bertanya, ‘Kenapa kamu bangun?’ “Sky baik-baik saja?” tanya Lara lirih. Alex mengangguk, menunjukkan Sky yang kembali terlelap saat Alex menepuk lem
.... Dari tempat bulan madu Karel dan Sunny. Seperti yang sebelumnya dikatakan oleh Lara bahwa ada kemungkinan mereka memang sedang berbulan madu ... hal itu memang benar! Mereka pergi berbulan madu setelah penantian yang cukup panjang dan lama mengurus izin cuti Karel yang notabene adalah seorang dokter yang bisa dikatakan ... hm ... masih baru di tempat ia bekerja. Udara sejuk Edinburgh membelai wajah Sunny begitu ia membuka pintu geser di sebuah hotel tempat mereka menghabiskan waktu selama mereka di sini. Ia memandang ke luar dan berdiri di balkon. Pandangannya ia jatuhkan paada jalan yang tampak lengang pada hari MInggu pagi ini yang sebagian besarnya basah oleh sisa hujan. Semalam memang Edinburgh diguyur hujan. Bukan hujan deras tetapi itu cukup untuk membuat bunga kecil dan dahan pepohonan kedinginan pagi ini. “Cantik sekali pemandangan setelah hujan,” gumamnya. Meski ia sebenarnya juga suka pemandangan sebelum hujan, tetapi setelah curahan air turun dari langit ... ia
.... “Apakah Neo dan Shenina suka dengan sekolah baru mereka, Lara?” tanya Alex pada Lara yang saat ini tengah menatapnya setelah mengalihkan wajahnya dari layar ponsel yang ada di tangannya. “Aku rasa mereka senang,” jawab Lara. Memandang sekilas pada jam digital yang ada di atas meja kemudian pada Sky yang terlelap di dalam box bayi miliknya. “Karena mereka bisa bertemu dengan si kembar Zio dan Asha juga, ‘kan? Kamu ‘kan tahu kalau mereka itu bestie.” Alex tak bisa menahan senyumnya. Ia menutup laptop yang ada di pangkuannya dan meletakkannya di atas nakas yang tak jauh dari ranjang sebelum meraih ponsel Lara. “Jangan main ponsel terus! Peluk aku sekarang, hm?” Alex merengkuh pinggang Lara, membuatnya berbaring dengan nyaman saat mereka merasakan hangat di bawah satu selimut yang sama. Mereka saling memagut untuk beberapa lama sebelum Alex mengecup pipinya. “Cantik sekali ....” “Bukankah aku memang selalu cantik?” tanya Lara, menyentuh garis dagu Alex, tersenyum saat merasaka
*** . . Berhasilkah? Tidak! Tapi mungkin saja, 'kan? Pertentangan batin sedang bergejolak di dalam benak Kalisha. Ia berdiri bersandar di pintu kamar mandi di dalam kamarnya. Menggenggam sebuah test pack yang ada di tangannya. Yang baru saja ia gunakan untuk mengetes, apakah ia benar hamil ataukah tidak. Ia memang sering terlambat datang bulan. Tapi tak seperti kali ini. Ini sangat jauh dari hari biasanya. Jadi ia ingin melakukan tes. Sejak pernikahannya dengan Ibra, lebih dari satu tahun lamanya, lebih dari berbulan-bulan pula ia selalu terlambat datang bulan dan hasilnya selalu satu garis setiap ia ingin melihatnya. Dan ia tak pernah mengharap lebih soal itu. Tapi sekarang, dadanya berdebar lebih dari biasanya. Sebagai seorang perawat yang tahu betul seperti apa detak jantung normal dan detak jantung yang tidak normal, maka Kalisha akan menggolongkan ini sebagai detak jantung yang tidak normal. Berisik sekali. Berdentum. Seolah tak mau diam setiap kali tanya muncul m
Yang dilihat oleh Lara itu adalah Roy, ayahnya. Ia tak berdiri di sana sendirian melainkan bersama dengan ibunya Lara, Laras. Tak ia ketahuai berapa lama waku berjalan hingga membawa Roy ke hadapannya. Sudah tahun demi tahun berlalu, bukan? Lara memang mendengar jika hukuman untuk ayahnya itu mendapatkan keringanan karena ia berperilaku baik selama menjadi tahanan. Dan ternyata, kepulangannya itu adalah hari ini. Atau mungkin beberapa saat lebih awal dari hari ini karena setidaknya ia membutuhkan waktu untuk bersiap ke sini. Barangkali dengan meneguhkan hatinya untuk bisa menghadapi Lara. Sebab beberapa kali Lara mengunjunginya di tahanan, Roy selalu mengatakan hal yang sama. ‘Mungkin nanti Papa tidak bisa langsung menemuimu karena merasa sangat bersalah, Lara.’ Tapi sekarang dia di sini. Di hadapan Lara. Berdiri dengan tampak canggung dan air matanya mengembun membasahi pipi saat ia tersenyum dan membiarkan Lara datang guna memeluknya. “Papa ....” Lara mengulanginya sekali
*** Beberapa waktu setelah tertangkapnya Selim, Lara kemudian tahu bahwa yang dilakukan oleh pria itu jauh lebih parah daripada yang ia bayangkan. Bagaimana ia mengawasi Lara sebelum dan sesudah kembalinya ia dari luar negeri membuat Lara bergidik merinding saat Alex menceritakannya dan membawa beberapa catatan yang difoto oleh Ibra. Salah satunya juga adalah soal kegugurannya kala itu yang disebut oleh Selim sebagai 'hilangnya anak monster.' Hati Lara sakit. Ia tak pernah tahu ada orang sejahat itu yang hadir di hidupnya. Dan rasanya itu bertubi-tubi. Ingat saja berapa banyak orang yang membuatnya sengsara. Dimulai dari Nala yang kabur pada hari pernikahannya, atau Shiera yang membencinya karena menganggapnya merebut Alex. Tetapi Selim memberikan rasa tersendiri, ketakutan dan juga was-was. Lara bahkan memerlukan waktu tenang selama beberapa jam setelah Alex mengatakan itu. Ia kembali tersadar dan menepis hal tak penting yang mengganggunya itu saat melihat Sky yang miring
*** "Pulanglah, ini sudah malam," ucap Ibra saat ia merapikan lengan kemejanya dan memandang Alex yang masih berdiri di depan sandsack dengan napas yang naik turun tak beraturan. Kedua tangannya masih terbungkus oleh sarung tinju. Rambutnya tampak basah saat ia menoleh pada Ibra dengan salah satu alis yang terangkat tak percaya. "Kamu sudah mandi dari tadi?" tanya Alex memastikan. Memandang Ibra dari atas hingga ke bawah. Di dalam ruang gym, hanya ada mereka berdua. Ruangan ini disewa oleh Alex yang tidak ingin melihat ada orang lain masuk sebab sekitar tiga jam yang lalu, lepas ia pergi dari unit apartemen Selim ia harus melampiaskan kekesalannya. Saat ia meminta agar Ibra menjadwalkan ulang untuk ia bisa mengunjungi Selim dan membuatnya babak belur jilid dua, Ibra tak mengabulkannya. Alih-alih mengiyakan Alex, Ibra dengan santainya malah mengatakan, 'Tidak perlu, Pak Alex. Kita tunggu saja nanti di pengadilan. Kita ledek dia sampai dia muntah dan kesetanan. Sayang tanganmu kala
Entah berapa ratus, atau bahkan ribu banyaknya foto Lara yang ada di dalam kamar itu—selain kamar yang diyakini oleh Alex sebagai kamar utama. Pada dindingnya yang lebar itu Alex bisa menjumpai foto Lara. Jika Alex biasanya melihat hal seperti ini lumrahnya ada di film atau di drama thriller tentang seorang psikopat, tetapi kali ini Alex melihatnya ada di depan mata. Alex pernah mengatakan bahwa pria itu—Selim—memiliki pengetahuan tentang Lara sama sepertinya. Tetapi sangkaan itu harus ia tepis sekarang karena sepertinya Selim lebih banyak tahu tentang Lara. Sebab ada banyak sekali foto Lara yang tinggal di rumah lamanya, bersama dengan Neo dan Shenina yang masih kecil. Berada di depan rumah, atau sedang membeli jajanan di toko yang tak jauh dari rumahnya. Atau saat Lara mengantar mereka ke sekolah bersama dengan wanita paruh baya yang dikenal Alex sebagai pengasuh si kembar dulu, selama Lara bekerja. Ada buku yang memiliki catatan apa-apa saja yang dilakukan oleh Lara. Tanggal,