***Meski semua paginya indah, tetapi Alex akan menobatkan pagi ini sebagai salah satu pagi terbaiknya.Kenapa?Karena dia bisa melihat Lara yang masih terlelap dengan sangat cantik. Tangannya yang kecil memeluknya, ada di pinggangnya. Pemandangan langka karena biasanya saat Alex membuka mata, Lara sudah menghilang entah ke mana perginya.Tapi lain dengan pagi ini karena Alex masih bisa menemukannya di sini, ada di sebelah kanannya dengan wajahnya yang cantik saat Alex mengusap puncak kepalanya, mendaratkan satu kecupan di sana.Alasan Lara masih terlelap?Ah ... Alex tahu betul. Itu karena dia meghajar Lara dengan tiga ronde dalam semalam hingga dia kelelahan dan masih terlelap saat Alex membuka matanya.Tok tok tok!Satpam-satpam kecil sudah datang!Neo dan Shenina yang mengetuk pintu, Alex yakin benar soal itu. Mereka pasti akan bertanya, ‘Papa, Mama, kita akan ke mana hari ini?’“PAPAAAA?” panggilan mereka tertahan di luar pitu sebab pintunya masih terkunci.Tok tok tok!Alex tida
“Jangan begini, Alex! Anak-anak lihat!” bisik Lara lirih seraya menoleh ke belakang tetapi yang ada bibirnya malah dicium oleh Alex.Salah satu alis prianya itu terangkat seolah bicara, ‘Diam atau aku akan menciummu!’“Kenapa memangnya kalau ada anak-anak? Bukannya aku sudah pernah bilang kalau kita saling menyayangi itu akan menjadi contoh yang baik buat mereka?”“Ck! Contoh yang baik apanya? Tapi yang kamu lakukan ini lebih ke mesum loh!”“Kalau memang kebelet, silahkan pergi ke kamar dulu! Biar saya yang temani Neo dan Shenina makan,” ucap Nina yang membuat Lara semakin meronta dari pelukan Alex.“Tuh! Sampai bu Nina bilang begitu. Lepas tidak?!” kesal Lara pada Alex yang akhirnya melepaskan pelukan.Mereka menoleh sekilas pada Nina yang membawakan ayam saus madu untuk si kembar yang duduk berdampingan dengan anteng di meja makan.Akhirnya Alex melepasnya, meski itu dengan bibirnya yang bisa dikuncir dengan ikat rambut milik Lara. Biarkan saja! Kadang si Alex itu memang perlu diber
“Kenapa kamu tanya begitu, Lara?”Alex memandang Lara, menyelipkan rambut panjangnya ke belakang telinga saat dia mendapati ada kekhawatiran yang hebat tumbuh di dalam kedua bola matanya.“Karena saat kebahagiaan didapatkan dengan cepat, biasanya itu disertai dengan badai, Alex. Kamun tidak ingat bagaimana hari iku kita berbahagia karena kita akan punya baby? Lalu tiba-tiba kebahagiaan itu sirna. Tidak ada sama sekali terlintas di pikiran kita bahwa kita akan kehilangan dia, ‘kan?”“Itu karena saat itu orang-orang yang tidak suka dengan kita masih bebas berkeliaran di mana-mana, Lara. Tapi sekarang tidak, ‘kan? Kita tidak punya musuh lagi, Sayang. Jangan khawatir dengan apapun! Kamu akan baik-baik saja. Kebahagiaan ini, semuanya, adalah hak milik kamu. Tidak ada Nala, tidak ada Shiera lagi. Percayalah ....”Alex mengusap lembut pipi Lara yang bersemu merah.Sekilas melirik pada Neo dan Shenina yang ada di dalam pengawasan dua bodyguard miliknya yang memastikan Neo dan Shenina ada di d
“Ibrani,” panggil Alex lewat telepon setelah dia berjalan menjauh dari samping pohon dan menyerahkan kemera mahal yang semula dia gunakan untuk memotret Neo dan Shenina pada Karg, salah satu nama bodyguard yang mengawal keluarganya.Alex menghubungi Ibra karena Karg baru saja berbisik di telinganya dengan mengatakan, ‘Sir, Ibrani just called me, you must contact him. A little bit chaos happened in Jakarta.’“Pak Alex, maaf menganggu liburanmu.”“Kamu tidak bisa menyelesaikannya sendiri? Apa yang terjadi?”“Pak Alex kenal dengan pemilik restoran bintang lima yang bernama The Heaven?”“Tidak, Ibrani. Apa yang terjadi?” Kali ke dua.“Apa pernah pergi ke sana?”“Pernah seingatku. Kenapa?”“Dengan siapa?”“Apa maksudmu?”“Jawab saja pertanyaanku, Pak Alex!” Ibra yang ada di seberang telepon sepertinya sedang menahan amarah.“Dengan Lara, dengan anak-anak juga. Kalau kamu tanya kapan waktu pastinya, aku tidak ingat. Ada apa?”“Itu ....”“JAWAB, IBRANI!”“Ada yang bilang kalau Pak Alex bert
“Tidak akan terjadi apapun, Lara. Jangan cemas. Ya?”Alex meraih tangan Lara, merangkul bahunya sebelum akhirnya memeluknya.“Ibrani sudah mulai bergerak untuk menyisihkan semua gulma itu. Jadi jangan terbebani. Kamu bilang kalau kamu mau ke sini sebagai cara kamu menghilangkan kecemasan, ‘kan?”“Kecemasannya sudah hilang kalau soal Nala, Shiera, atau tentang kehilangan baby kita. Kamu yang bikin aku bisa melupakan kecemasan itu dengan membuktikan kamu ada di sini denganku, Alex. Tapi bagaimana dengan yang selanjutnya? Hm ... memang benar kalau manusia tidak hanya hidup dengan manusia yang baik saja tetapi juga dengan manusia yang jahat hatinya.”“Akan selalu ada manusia seperti itu, Lara. Disingkrkan di sini, yang sebelah sana malah semakin menjadi.”“Tadinya aku benar-benar akan mengambil pusing dan cemas, tapi rasanya aku tidak akan peduli lagi sih. Masa bodohlah! Selama tidak mengenai kamu, Neo atau Shenina aku akan baik-baik saja. Biar si Pramita itu melampiaskan dendamnya padak
Dan yang terjadi adalah ....Tentu saja mau. Untuk apa menolak jika di kasih enak?Dan katakan bagaimana caranya Lara menolak jika Alex sudah mengangkatnya dengan tanpa bebannya dan membuatnya duduk di meja seperti ini.Membuat Lara berdebar, membuat Lara memiliki posisi yang hampir sama tingginya dengan Alex sekarang ini.Mata Lara terpejam selama beberapa detik berjalan saat Alex memberikan kecupan di bibirnya. Tapi saat itu terjadi, Lara baru sadar jika Alex sedang menciumnya dengan matanya yang terbuka.“Kamu curang,” ucap Lara dengan suaranya yang setengah berbisik, singgah di telinga Alex dengan sangat seksinya.“Apa yang curang, Lara?”“Kamu. Kamu tidak menutup matamu saat menciumku, Alex.”“Memangnya wajib ya berciuman dengan menutup mata?”“Ada banyak hal di dunia ini yang hanya bisa dirasakan dengan hati dan mata tertutup, salah satunya adalah berciuman. Kalau kamu membiarkan matamu tetap terbuka, bagaimana kamu bisa merasakannya?”“Manis kok.”“Apa?”“Bibirmu. Rasanya mani
....Rupanya, hujan tak hanya disaksikan oleh Lara yang sedang ada di dalam kamarnya yang ada di Geiranger bersama dengan Alex. Melainkan juga disaksikan oleh Ibra yang sedang berdiri menghadap jendela luas di kamarnya. Sudah larut malam, sudah hampir tengah malam tapi dia masih belum bisa tidur.Dia memandang derasnya hujan yang mengguyur Jakarta malam hari ini. Ada angin yang lumayan besar yang membuatnya khawatir.“Akan ada badai,” gumamnya seorang diri.Dia mendapatkan firasat yang buruk tentang Pramita, perempuan itu. Perempuan yang ditolak oleh Karel, perempuan yang ternyata dengan sengaja menyebarkan skandal pertemuannya dengan Alex di The Heaven, padahal jelas itu adalah Alex dan juga Lara.“Apa tujuannya sebenarnya? Kenapa dia abu-abu?”Ibra menghela napasnya.Ingatannya kembali pada beberapa jam sebelumnya saat dia bertemu dengan Pramita setelah dia menghubungi Alex perihal skandal yang mengikuti Alex padahal dia sedang tidak ada di Jakarta.....Beberapa jam yang lalu ....
....Karel sedang ada di rumah sakit pada siang hari ini. Dia baru saja keluar dari ruang operasi setelah melakukan bedah caesar pada salah seorang pasien perempuan yang kehabisan air ketuban dan di bawa ke rumah sakit dalam keadaan tak sadarkan diri.Karel menuju ke pujasera rumah sakit internasional tempat dia bekerja, pujasera yang rapi, bersih dan menyediakan banyak pilihan makanan serta minuman yang sedikit banyak memanjakan dirinya dari keletihan selama di ruang operasi.Dia menuju ke drink corner. Mengambil satu kaleng cold brew lalu dia bawa duduk di meja yang dekat dengan taman.Memandang cantiknya bunga hortensia berwarna ungu dan merah muda yang ditanam di pot bunga yang berbeda seraya membuka kaleng yang ada di tangannya.“Kenapa aku sering capek belakangan ini?”Karel menggumam seorang diri, meneguk isi kaleng hingga hampir habis, membuang napasnya dan kembali memandang banyaknya bunga yang cantik yang bertebaran di taman. Ditanam dengan sengaja memang untuk memberi efek