....Karel sedang ada di rumah sakit pada siang hari ini. Dia baru saja keluar dari ruang operasi setelah melakukan bedah caesar pada salah seorang pasien perempuan yang kehabisan air ketuban dan di bawa ke rumah sakit dalam keadaan tak sadarkan diri.Karel menuju ke pujasera rumah sakit internasional tempat dia bekerja, pujasera yang rapi, bersih dan menyediakan banyak pilihan makanan serta minuman yang sedikit banyak memanjakan dirinya dari keletihan selama di ruang operasi.Dia menuju ke drink corner. Mengambil satu kaleng cold brew lalu dia bawa duduk di meja yang dekat dengan taman.Memandang cantiknya bunga hortensia berwarna ungu dan merah muda yang ditanam di pot bunga yang berbeda seraya membuka kaleng yang ada di tangannya.“Kenapa aku sering capek belakangan ini?”Karel menggumam seorang diri, meneguk isi kaleng hingga hampir habis, membuang napasnya dan kembali memandang banyaknya bunga yang cantik yang bertebaran di taman. Ditanam dengan sengaja memang untuk memberi efek
Karel melihat kepergian Ibra setelahnya. Mereka berbincang tentang apa saja yang dilakukan oleh Pramita belakangan ini.Bahwa memang skandal itu memberikan efek yang tidak baik bagi JS Group. Dan juga bagi Lara.Karel jadi berpikir, ‘Bagaimana jika setelah mendengar dan membaca sakandal itu Lara akan bertengkar dengan Alex? Bukankah itu memebri keuntungan baginya juga?’Yang artinya hubungan Lara dengan Alex akan merenggang lalu—Tidak!“Jangan ikut menjadi orang jahat hanya karena itu memberimu keuntungan, Karel!” Karel menasehati dirinya sendiri, dia tahu dia tidak boleh mendukung yang dilakukan oleh Pramita karena itu memberikan efek kerugian yang tidak kecil.Tapi bagaimana?Bagaimana jika kesilapan dunia akhirnya membuat Karel lupa bahwa dia harus tetap menjadi orang baik?....Ibra berjalan meninggalkan Karel yang masih berada di sudut pujasera We Care Hospital, tempat di mana dia bekerja sebagai dokter SpOG. Meski dia melihat Karel itu sebagai lelaki yang baik, dia tidak yakin
“Ini terlalu manis,” protes Lara pada Alex yang hanya mengangkat sekilas kedua bahunya dengan senyum yang tak hentinya dia tunjukkan.Lara melihat sebelah tangannya yang mengarah ke depan yang dengan segera disambut olehnya sehingga tangan mereka kini saling menggenggam.“Iya, aku mau berdansa denganmu.”“Sebuah kehormatan bisa berdansa dengan perempuan secantik Nona.”“Aleeex? Berhentilah bersikap begitu.” Lara tertawa saat Alex merengkuh pinggangnya sehingga tidak ada jarak yang terjadi di antara mereka kini.“Apa sih? Kenapa kamu selalu menolak setiap kali aku ajak melakukan hal yang manis, Lara?”“Karena itu membuatku merinding. Jangan terlalu manis nanti kamu digigit semut.”“Kalau semutnya kamu, aku sih ikhlas dan mau-mau saja.”Lara menggeleng lirih, kemudian mereka saling menatap. Dengan keadaan tidak ada yang bicara sampai Alex menunduk dan memberi kecupan di bibirnya“Kamu cantik sekali, Lara.”“Masa?”“Iya. Cantik sekali.”“Tapi tidak lebih cantik dari banyaknya perempuan y
‘Alex, apa kabar?’Sebuah pesan yang masuk di dalam ponsel Alex saat dia memeriksanya sewaktu dalam perjalanan dari restoran dia menghabiskan malam dengan berdansa dan dinner dengan Lara.Karena Alex tidak menyetir sebab dia ada di bawah pengaruh alkohol, Loi menjemputnya. Mereka baru mendapat setengah perjalanan saat Alex membaca pesan masuk itu.Bukan baru saja masuk. Tetapi masuk sekitar setengah jam yang lalu. Mungkin saat-saat dia menghabiskan wine di dekat jendela restoran dan berciuman dengan Lara.Dari nomor yang tidak dikenal, yang menanyakan kabar Alex.Siapa?Saat Alex mengetuk foto di profilnya, sebuah foto yang menunjukkan keseksian seseorang. Karena dia duduk di tepi kolam dengan mengenakan bikini berwarna hitam.Seksi, buah dadanya ke mana-mana, dengan paha yang terumbar dan pinggang yang dia tunjukkan. Melihat dari mana dia mengambil fotonya, rasanya dia bukan orang ‘sembarangan.’ Setidaknya dia kaya, atau memiliki banyak uang karena Alex melihat latar belakang foto i
Ah ... rasa sesak apa ini yang menyerang Lara?Dia perlahan membuka matanya dan bukan menjumpai pemandangan langit-langit kamar yang dia lihat melainkan wajah Alex, kedua bahunya yang bidang, rambutnya yang jatuh di atas alisnya, dan matanya yang sayu.Bibirnya yang tersenyum saat dia melihat Lara terbangun. Dia seperti ingin mengatakan, ‘Bagaimana? Senang melihat pemandangan dada dan perut delapan pack?’Tahu sudah Lara rasa sesak yang memenuhi seluruh tubuhnya ini. “Hah ....” Dia menggigit bibirnya, tidak ada yang bisa dia pikirkan selain Alex, Alex, Jest Alexander yang bergerak di atasnya.Tempo lembutnya seperti sebelumnya tak ingin membangunkan tidur Lara.“Alex?”“Iya, Sayangku? Tidurlah lagi kalau kamu mengantuk. Aku pikir kau tidak akan bangun loh.”Hmmh ... memangnya siapa yang sanggup melewatkan legitnya malam mereka dengan tidur terlelap?Tapi tunggu!Lara merasakan bahunya terbuka, disapu oleh hembusan udara dari pendingin ruangan yang menyadarkannya akan satu hal. Bahwa
Iya, itu adalah Ibrani.Ibra lah yang membuat The Heaven jungkir balik pagi ini. Semalam, atau lebih tepatnya dini hari sekitar pukul satu tadi, Ibra bangun dari tidurnya saat membaca pesan masuk dari Alex yang mengatakan kurang lebih seperti, ‘Urus dia! Kabari aku besok pagi!’Ibra memang tidak bisa tidur nyenyak belakangan ini. Karena ada masalah yang timbul di sekitarnya yang disebabkan oleh Pramita atas skandal yang dia buat, yang mencatut wajah dan nama Alex.Lalu, pesan datang dari Alex agar Ibra mengurus seseorang. Siapa yang sedang dikatakan oleh Alex ini?Tapi Ibra tahu itu adalah Pramita karena Alex menyertakan tangkapan layar percakapannya dengan Pramita.Wanita yang mengenakan bikini hitam pada profil itu adalah Pramita.“Astaga ... dari mana sih dia dapat nomornya pak Alex?”Ibra memijit keningnya dengan kesal. Benar-benar menguras pikiran, si perempuan satu ini, pikirnya dalam hati.Dia menghela napasnya, memandang dan membaca pesan dari Alex, dia tahu jika Alex pasti t
“Brengsek! Brengsek!”Pramita mengumpat saat dia keluar dari lobi utama JS Group. Berjalan menuju ke mobilnya yang tadi dia parkir di luar. Diikuti oleh Sanha yang ada di belakangnya yang mendengar segala keluh kesah yang dia sampaikan mulai dari A hingga Z.“Aku akan bunuh Alex! Aku benar-benar akan mendapatkan lelaki itu dan menghancurkannya dengan tanganku sendiri, Sanha!” Pramita menoleh pada Sanha yang masih mengikuti langkahnya.Lelaki itu tidak menjawab selain memilih untuk berjalan mendahuluinya dan membuka pintu mobil saat mereka tiba di sebelah sedan milik mereka yang terparkir di tepi jalan.“Masuklah dulu, Nona! Tidak ada gunanya mengamuk karena semuanya sudah terjadi.”Pramita yang hampir masuk gagal melakukan itu. Dia menahan dirinya di dekat pintu dan sekali lagi memutar kepalanya pada Sanha.“Kamu tidak ingin berdiri di pihakku, Sanha?”“Nona tahu kalau bukan itu yang aku maksudkan.”Tepat saat Sanha berhenti bicara, Pramita meraih kerah kemeja yang dia kenakan, Dari y
“Wah, ini sangat-sangat-sangat enak, Mama.”Pujian terlontar pertama kali datang dari Shenina. Dia mengacungkan jempol di tangannya sekalian mengangkat paha ayam bakar yang sedang dia nikmati.“Enak? Terima kasih, Sayang. Mama senang kalau masakan Mama kalian sukai.”“Iya, ini sangat enak. Boleh besok kita bekal seperti ini buat makan di jalan?” sambung Neo ikut mengacungkan paha ayam di tangannya.“Tapi besok ‘kan naik pesawat? Ada banyak makanan di first class, Sayang.” Alex berujar, tangannya sibuk memainkan garpu dan sendok, memisahkan daging dengan tulang yang lumer di dalam mulutnya.“Kalau begitu buat makan sebelum pergi ke bandara, bagaimana, Mama? Boleh tidak?” tanya Neo lagi. Yang dengan cepat dijawab oleh Lara,“Boleh, kok. Besok Mama buatkan lagi untuk kita makan.”“YEAY!” Senang dan berselebrasi menyentuhkan kedua paha ayam mereka dan itu menimbulkan tawa dari Alex.“Tapi besok di pesawat apakah lama, Papa?”“Tidak, Shen. Mungkin sekitar empat sampai lima jam dengan satu