“Ini terlalu manis,” protes Lara pada Alex yang hanya mengangkat sekilas kedua bahunya dengan senyum yang tak hentinya dia tunjukkan.Lara melihat sebelah tangannya yang mengarah ke depan yang dengan segera disambut olehnya sehingga tangan mereka kini saling menggenggam.“Iya, aku mau berdansa denganmu.”“Sebuah kehormatan bisa berdansa dengan perempuan secantik Nona.”“Aleeex? Berhentilah bersikap begitu.” Lara tertawa saat Alex merengkuh pinggangnya sehingga tidak ada jarak yang terjadi di antara mereka kini.“Apa sih? Kenapa kamu selalu menolak setiap kali aku ajak melakukan hal yang manis, Lara?”“Karena itu membuatku merinding. Jangan terlalu manis nanti kamu digigit semut.”“Kalau semutnya kamu, aku sih ikhlas dan mau-mau saja.”Lara menggeleng lirih, kemudian mereka saling menatap. Dengan keadaan tidak ada yang bicara sampai Alex menunduk dan memberi kecupan di bibirnya“Kamu cantik sekali, Lara.”“Masa?”“Iya. Cantik sekali.”“Tapi tidak lebih cantik dari banyaknya perempuan y
‘Alex, apa kabar?’Sebuah pesan yang masuk di dalam ponsel Alex saat dia memeriksanya sewaktu dalam perjalanan dari restoran dia menghabiskan malam dengan berdansa dan dinner dengan Lara.Karena Alex tidak menyetir sebab dia ada di bawah pengaruh alkohol, Loi menjemputnya. Mereka baru mendapat setengah perjalanan saat Alex membaca pesan masuk itu.Bukan baru saja masuk. Tetapi masuk sekitar setengah jam yang lalu. Mungkin saat-saat dia menghabiskan wine di dekat jendela restoran dan berciuman dengan Lara.Dari nomor yang tidak dikenal, yang menanyakan kabar Alex.Siapa?Saat Alex mengetuk foto di profilnya, sebuah foto yang menunjukkan keseksian seseorang. Karena dia duduk di tepi kolam dengan mengenakan bikini berwarna hitam.Seksi, buah dadanya ke mana-mana, dengan paha yang terumbar dan pinggang yang dia tunjukkan. Melihat dari mana dia mengambil fotonya, rasanya dia bukan orang ‘sembarangan.’ Setidaknya dia kaya, atau memiliki banyak uang karena Alex melihat latar belakang foto i
Ah ... rasa sesak apa ini yang menyerang Lara?Dia perlahan membuka matanya dan bukan menjumpai pemandangan langit-langit kamar yang dia lihat melainkan wajah Alex, kedua bahunya yang bidang, rambutnya yang jatuh di atas alisnya, dan matanya yang sayu.Bibirnya yang tersenyum saat dia melihat Lara terbangun. Dia seperti ingin mengatakan, ‘Bagaimana? Senang melihat pemandangan dada dan perut delapan pack?’Tahu sudah Lara rasa sesak yang memenuhi seluruh tubuhnya ini. “Hah ....” Dia menggigit bibirnya, tidak ada yang bisa dia pikirkan selain Alex, Alex, Jest Alexander yang bergerak di atasnya.Tempo lembutnya seperti sebelumnya tak ingin membangunkan tidur Lara.“Alex?”“Iya, Sayangku? Tidurlah lagi kalau kamu mengantuk. Aku pikir kau tidak akan bangun loh.”Hmmh ... memangnya siapa yang sanggup melewatkan legitnya malam mereka dengan tidur terlelap?Tapi tunggu!Lara merasakan bahunya terbuka, disapu oleh hembusan udara dari pendingin ruangan yang menyadarkannya akan satu hal. Bahwa
Iya, itu adalah Ibrani.Ibra lah yang membuat The Heaven jungkir balik pagi ini. Semalam, atau lebih tepatnya dini hari sekitar pukul satu tadi, Ibra bangun dari tidurnya saat membaca pesan masuk dari Alex yang mengatakan kurang lebih seperti, ‘Urus dia! Kabari aku besok pagi!’Ibra memang tidak bisa tidur nyenyak belakangan ini. Karena ada masalah yang timbul di sekitarnya yang disebabkan oleh Pramita atas skandal yang dia buat, yang mencatut wajah dan nama Alex.Lalu, pesan datang dari Alex agar Ibra mengurus seseorang. Siapa yang sedang dikatakan oleh Alex ini?Tapi Ibra tahu itu adalah Pramita karena Alex menyertakan tangkapan layar percakapannya dengan Pramita.Wanita yang mengenakan bikini hitam pada profil itu adalah Pramita.“Astaga ... dari mana sih dia dapat nomornya pak Alex?”Ibra memijit keningnya dengan kesal. Benar-benar menguras pikiran, si perempuan satu ini, pikirnya dalam hati.Dia menghela napasnya, memandang dan membaca pesan dari Alex, dia tahu jika Alex pasti t
“Brengsek! Brengsek!”Pramita mengumpat saat dia keluar dari lobi utama JS Group. Berjalan menuju ke mobilnya yang tadi dia parkir di luar. Diikuti oleh Sanha yang ada di belakangnya yang mendengar segala keluh kesah yang dia sampaikan mulai dari A hingga Z.“Aku akan bunuh Alex! Aku benar-benar akan mendapatkan lelaki itu dan menghancurkannya dengan tanganku sendiri, Sanha!” Pramita menoleh pada Sanha yang masih mengikuti langkahnya.Lelaki itu tidak menjawab selain memilih untuk berjalan mendahuluinya dan membuka pintu mobil saat mereka tiba di sebelah sedan milik mereka yang terparkir di tepi jalan.“Masuklah dulu, Nona! Tidak ada gunanya mengamuk karena semuanya sudah terjadi.”Pramita yang hampir masuk gagal melakukan itu. Dia menahan dirinya di dekat pintu dan sekali lagi memutar kepalanya pada Sanha.“Kamu tidak ingin berdiri di pihakku, Sanha?”“Nona tahu kalau bukan itu yang aku maksudkan.”Tepat saat Sanha berhenti bicara, Pramita meraih kerah kemeja yang dia kenakan, Dari y
“Wah, ini sangat-sangat-sangat enak, Mama.”Pujian terlontar pertama kali datang dari Shenina. Dia mengacungkan jempol di tangannya sekalian mengangkat paha ayam bakar yang sedang dia nikmati.“Enak? Terima kasih, Sayang. Mama senang kalau masakan Mama kalian sukai.”“Iya, ini sangat enak. Boleh besok kita bekal seperti ini buat makan di jalan?” sambung Neo ikut mengacungkan paha ayam di tangannya.“Tapi besok ‘kan naik pesawat? Ada banyak makanan di first class, Sayang.” Alex berujar, tangannya sibuk memainkan garpu dan sendok, memisahkan daging dengan tulang yang lumer di dalam mulutnya.“Kalau begitu buat makan sebelum pergi ke bandara, bagaimana, Mama? Boleh tidak?” tanya Neo lagi. Yang dengan cepat dijawab oleh Lara,“Boleh, kok. Besok Mama buatkan lagi untuk kita makan.”“YEAY!” Senang dan berselebrasi menyentuhkan kedua paha ayam mereka dan itu menimbulkan tawa dari Alex.“Tapi besok di pesawat apakah lama, Papa?”“Tidak, Shen. Mungkin sekitar empat sampai lima jam dengan satu
Ini tentang ingatan Lara beberapa tahun silam. Sebuah kisah tentang kesulitan lainnya yang dia temui ........Masih segar di ingatan Lara tentang hari yang tidak akan pernah dia lupakan itu. Pagi ini, dia mengantar anak-anaknya untuk masuk ke play group. Karena anak-anak tetangga sekitar sudah masuk ke play group, Neo dan Shenina juga ingin pergi ke sekolah.Melihat hasrat yang tidak bisa ditahan oleh si kembar untuk bisa mengeksplor dunia lebih banyak, Lara mengantar mereka.Dia melambaikan tangannya pada Neo dan Shenina yang lalu dibawa masuk oleh guru mereka, Miss Lily namanya.Dia wanita baik hati yang hari itu menerima Lara dan kedatangan si kembar pada saat pendaftaran.Wanita itu postur tubuhnya lebih tinggi dari Lara, usianya juga ada di atas Lara. Dia manis dengan kulit sawo matang dan rambutnya yang panjang sebatas bahu.“Saya titip anak-anak ya, Miss Lily?”“Iya, Bu Lara. Jangan khawatirkan mereka. Anak-anak akan di sini dengan aman dalam pengawasan kami.”Lara mengangguk
Dia menujukkan piring yang ada di tangannya pada Lara. Lauknya sudah habis tapi nasinya masih banyak.Lara hampir menjawabnya dengan, ‘Maaf, Sayang. Tapi sudah habis’ tetapi hal itu dia urungkan sebab dia melihat Neo yang sudah berdiri di samping Shenina dan meletakkan ayam bakar miliknya di sana.“Makan saja punya Kakak, Shen.”“Lalu Kakak Neo?”Lara segera menjawabnya dengan, “Ah ini ada telur ceplok, bu Alun buatkan buat kita tadi. Neo mau makan sama telur ceplok saja? Di kulkas masih ada jagung, mau Mama buatkan dadar jagung dulu, Sayang?”“Tidak, mama. Telur saja. Terima kaish.”Lara tersenyum melihat bagaimana dewasanya Neo.Sore itu rasanya Lara tidak bisa berpikir banyak hanya karena ayam bakar yang dia potong menjadi dua.Dia melamun sampai hari menggelap dan melihat anak-anaknya yang ada di kamar dan mewarnai gambar pemandangan.Lara tersenyum saja, menemani mereka.“Mama,” panggil Neo pada Lara yang seketika itu berhenti melamun.“Iya, Neo?”“Apa Neo dan Shen selamanya tida