....Pada akhirnya, malam terakhir di Geirangerfjord terlewati. Lara dan Alex sudah mengukirkan malam terakhir mereka dengan sangat manis dan juga indah semalam.Dalam aktivitas fisik yang menggairahkan tetapi yang semalam itu berbumbu lebih banyak manisnya karena mereka baru saja membicarakan banyak hal, tentang kenangan, tentang masa sulit Lara yang pada akhirnya bisa terlewati. Pagi ini, mereka sudah ada di bandara, lebih tepatnya di dalam lounge tunggu first class di mana mereka akan terbang dari Norwegia menuju Inggris, London untuk sampai di tujuan mereka yang selanjutnya, Dunster.Anak-anak sedang makan pudding. Sedangkan Alex dan Lara hanya duduk-duduk dan melihat lalu-lalang orang yang silih berganti memasuki lounge.“Tadi kayaknya pudding yang di sana enak, tapi tinggal sepotong saja dan diambil sama orang.” Alex berujar pada Lara.“Pudding?” tanya Lara memperjelas yang dijawab anggukan oleh Alex.“Iya, Sayang. Yang pudding mangga itu loh! Kayaknya enak tapi aku tidak kebag
....Malam datang lebih cepat. Musim semi membawakan hembusan dingin angin yang menyibakkan dedaunan sehingga mereka memilih untuk di dalam rumah saat hari menggelap.Neo dan Shenina duduk di ruang tengah. Di atas karpet bulu, sibuk menyusun lego yang tadi mereka minta belikan dari paman baru mereka, paman Karg dan paman Loi.Keterbatasan bahasa ternyata tidak menyulitkan anak-anak Lara yang cerdas berkomunikasi dengan Karg dan Loi.Lara membiarkan mereka bicara semampu mereka, sedangkan Karg dan Loi ... mereka tidak seperti tampang seram mereka, mereka ternyata kebapakan. Mereka bilang jika Neo dan Shenina mengingatkan mereka pada anak-anak mereka yang seusia si kembar.Selagi Lara datang dari dapur untuk membawakan mereka camilan, ternyata kesibukan yang terjadi di ruangan tengah tak hanya tentang menyusun lego belaka melainkan juga karena Neo dan Shenina menikmati pertujukan yang sedang dilakukan oleh Alex.Tuts-tuts piano berdenting bergantian, meyelinap masuk menghangatkan setiap
Of course, making love is the answer.Itu yang selau dikatakan oleh Alex menjelang waktu mengantuknya si kembar Neo dan Shenina. Entah untuk ke berapa kalinya dia mengatakan tentang ‘habis ini kamu akan menjadi milikku, Lara’ dengan versi yang berbeda-beda.Dimulai dari versi yang paling halus sampai versi yang paling frontal karena Alex tetaplah si buaya yang berpengalaman dalam merangkai kata yang manis. Mungkin sama manisnya dengan calon anggota dewan yang sedang maju untuk pemilihan.Lalu, mereka akhirnya mendengar keluhan mengantuk dari Neo dan Shenina. Si kembar sedang ingin diantar oleh Alex sehingga Lara membiarkan mereka melakukan yang mereka mau sementara sendirinya masuk ke dalam kamar.Dia tidak akan menolak apa yang dimau oleh Alex.Memang tujuan mereka ke sini, untuk berbulan madu yang sangat terlambat selain untuk menyembuhkan luka hati yang tadinya menganga lebar.Lara bersiap dengan mengambil gaun tidurnya yang cantik.Sebuah sleep wear dengan model long dress semata
“Alex.”Lara menahan tangan Alex yang sudah singgah di dadanya dan memberikan tekanan serta remasan yang lembut di sana.“Apa, Sayang?”“Aku tidak tahu bagaimana cara menjelaskannya, tapi aku berterima kasih karena kamu menjadi dirimu yang sudah mengambil keputusannya untuk hanya memberikan hidupmu bagiku, Neo, dan juga Shenina.”“Sama-sama. Jadi, bisakah kita mengubah malam pertama kita di Dunster ini menjadi malam yang indah lagi?”Lara mengangguk. Namun, sudut matanya mengerling pada pintu kamar yang tadi ditutup oleh Alex.Seperti tahu kegugupan yang sedang dia pendam, Alex mengikuti pandang ke mana mata Lara berhenti sebelum memastikan,"Aku sudah mengunci pintunya. Lagi pula tidak ada orang yang masih bangun di rumah ini. Hanya ada kita."Alex melepas pelukan tangannya dari pinggang Lara. Dia meletakkan telapak tangannya yang besar di belahan dress tidur cantik yang dikenakan oleh Lara dan membuat Lara bangun dari berbaringnya. Mengangkat Lara untuk berada di pangkuannya sejen
Pagi datang dan terlewati dengan cepat.Mengantar keluarga kecil Lara untuk mengambil perjalanan pertama mereka menyisir keindahan Dunster dengan hati yang bahagia.Di antara tumbuhnya pohon pinus yang sedang menikmati pucak musim semi, kastil yang mereka datangi tampak megah dan cantik.Lara bisa melihat suka cita yang tumbuh di dalam kedua mata Neo dan Shenina setiap kali mereka berlarian bersama dengan Alex di sepajang jalan yang sunyi.Atau saat mereka mengejar kupu-kupu dan bermain di bawah pohon maple. Lalu menunggu daun kering yang jatuh dan mereka lelah menunggu karena tidak ada yang jatuh.Atau saat mereka berlari lebih dulu untuk masuk ke dalam kedai es krim dan meminta pada Alex sebuah cone yang besar yang pada akhirnya tidak habis dan Alex lah yang menghabiskannya.Waktu seperti melayang pergi meninggalkan normal yang seharusnya, menyiksa Lara dalam tanya, ‘kenapa waktu sangat cepat berlalu saat mereka ada di dalam hari yang bahagia?’Padahal mereka rasanya baru saja menik
Manis sekali, Lara menghapus air matanya yang tergenang di pipinya sebelum jatuh dan membasahi kartu ucapan—yang sebenarnya lebih bisa dikatakan sebagai surat—dari Alex yang sedang ada di tangannya.Lara tersenyum. Lalu memasukkan kartu ucapan itu ke dalam koper dan kembali untuk mengamati bunga yang cantik yang dia sentuh, saat bibirnya yang menerbitkan senyuman.“Aku tidak tahu kalau kamu akan jadi seperti ini karena dulu kamu sangat membenciku, Alex.”Menyentuh kelopak bunga iris dan mengusapnya dengan lembut.“Kok belum tidur?”Lara menoleh ke arah datangnya suara dan menjumpai Alex yang tersenyum padanya.Alex berdiri di tempatnya. Bingung dengan tatapan Lara yang menatapnya dengan ekspresi yang tidak bisa dijelaskan.Alex menghela napasnya, meraba dirinya sendiri, bertanya dalam kediaman apa dia melakukan kesalahan sehingga Lara berdiam diri dan lebih memilih untuk tidak mengatakan apapun atau menjawab tanya darinya?“Lara? Kenapa? Apa aku melakukan kesalahan?”Alex masih tidak m
***Dunster akan menutup perjalanan Lara dan keluarga kecilnya. Musim semi yang indah dengan bunga yang bermekaran dan pohon yang hijau seperti melambaikan tangan pada mereka yang akhirnya pergi meninggalkan garis akhir di tempat mereka mengukirkan kenangan.Mereka sudah tiba di Jakarta sejak semalam. Pagi ini, kegiatan normal sebagaimana mereka melakukan hari-hari biasanya yang dibuka dengan pemandangan mengesankan.Asupan pagi untuk Lara saat dia melihat Alex yang berjalan dari ruang gym dengan rambutnya yang basah.Di tangan kanannya ada sebotol minuman dingin yang sedang dia bawa saat dia memasuki kamar dan berpapasan dengan Lara yang hampir keluar.Lara menelan salivanya dengan sedikit kasar, itu sangat tidak baik untuk kesehatan jantung. Rambut alwex yang berkeringat dan basah, dan senyum yang timbul saat dia bertemu dengan Lara adalah pemandangan yang sempurna. Seksi, atraktif, dan membuat Lara mengerjapkan matanya beberapa kali mendengar Alex yang bertanya,"Mau ke mana?""K
Berita apa yang didengar oleh Lara ini?Di hari ulang tahunnya?Yang harusnya menjadi momen yang sangat spesial untuknya?Lara tidak salah dengar akan apa yang baru saja disampaikan oleh pihak kepolisian. Bahwa Alex mengalami kecelakaan, bersama dengan Ron. Karena Ron yang menjemput Alex sore ini dengan keadaan Ron yang tewas di tempat.Hati Lara rasanya habis, tubuhnya meremang, dengung asing berkeliaran memenuhi telinganya hingga dia tak bisa membedakan mana suara yang nyata dan yang fatamorgana.“Bapak bohong, ‘kan?” tanya Lara dengan suara yang gemetar. Kakinya terasa lumpuh dan kehilangan tulang penyanggga. Dia akan jatuh ke lantai jika Nina tidak menahan bahunya dengan segera.“Maaf, Bu Lara. Tapi yang kami sampaikan adalah sebuah kebenaran. Pak Alex dalam kondisi kritis sekarang. Kecelakaan itu terbilang sangat fatal karena mereka ditabrak di perempatan dan terjepit dengan mobil yang lainnya. Tolong Bu Lara datang ke We care Hospital karena belum ada keluarganya yang ada di sa